Mohon tunggu...
Anastasia Bernardina
Anastasia Bernardina Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka Aksara

Berbagi energi positif dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hening

7 September 2022   20:45 Diperbarui: 7 September 2022   20:59 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

David baru saja keluar dari mobilnya. Dengan sedikit merapikan setelan jas, dia menutup pintu mobil, berlalu agak tergesa sambil menekan tombol kunci otomatis yang ada di genggamannya. Langkahnya seperti ingin segera sampai di depan pintu lift basement itu. Segera setelah pintu lift terbuka, dia menekan tombol yang bertuliskan angka 17. 

Aroma parfum Dior Homme Intense menjadi ciri khas sehingga mudah diingat oleh orang-orang yang berpapasan dengannya. Penampilannya pun selalu terkesan keren, bersih, dan rapi. Sampai-sampai beberapa pasang mata yang berada satu lift dengannya hanya mampu tersenyum dan mengangguk, menandakan bahwa mereka terpesona. David tampak sempurna di mata orang-orang dan mereka tidak pernah tahu apa yang sedang disembunyikannya selama ini.

Ruangan kerjanya terbilang sederhana. Dinding bercat putih dan perabotan yang tidak mencolok. Hanya ada pesawat telepon, beberapa berkas, laptop, sofa sekaligus meja tamu, serta televisi yang hampir tidak pernah ditonton. 

Dari ruangan kantor terlihat panorama Jakarta yang itu-itu saja. Fly over, puncak-puncak pohon, dan atap-atap bangunan. "Aku harus segera menyiapkan semuanya. Aku sudah tidak tahan lagi bekerja di kantor ini,"gumamnya seraya berlalu dan kembali berkutat dengan beberapa berkas yang harus dipelajari dan ditandatangani. Pekerjaannya sebagai seorang manager keuangan tentu bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah dan santai.

Separuh hari sudah dilaluinya, waktunya menyantap makan siang dan melepas penat sejenak. Gado-gado kesukaannya telah tersedia dan diantarkan oleh office boy kepercayaannya. Suap demi suap dinikmatinya dengan suasana yang sangat hening dan tidak ada satu remah pun yang tersisa karena itu suapannya yang terakhir. Tekanan pekerjaan dan ekspektasi atasan membuatnya selalu merasa panik, sulit berkonsentrasi, dan cemas sepanjang hari. 

Walaupun dia sangat cerdas namun saat menghadapi masalah pekerjaan, kepercayaan dirinya mudah runtuh, sampai akhirnya dia memilih jalan pintas ini. David membunuh dirinya sendiri dengan cara mencampurkan racun ke dalam gado-gado kesukaannya itu. Semua orang tidak percaya dengan kejadian ini, termasuk mereka yang tadi pagi satu lift dengannya. Situasi di kantor pun menjadi sangat hening.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun