Mohon tunggu...
Anastasia Bernardina
Anastasia Bernardina Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka Aksara

Berbagi energi positif dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Salah Ambil Botol

6 Juli 2022   12:25 Diperbarui: 6 Juli 2022   12:31 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tya memiliki rambut yang lurus panjang dengan warna cokelat tanpa dicat. Kulitnya yang putih, pipinya yang chubby, serta  badannya yang bahenol membuat gairah lelaki menjadi tinggi setinggi Gunung Rinjani.

Siang ini, Tya melenggang di depan sekumpulan tukang ojek online yang sedang mangkal menunggu orderan. Si Toni yang sedari tadi lunglai karena nggak dapat orderan, langsung bersemangat menawarkan tumpangan gratis kepada Tya sang gebetan.

"Ayo, naik ojek abang, Neng! Gratis, nggak usah bayar." Toni berusaha mengajak Tya dengan cara yang sopan dan elegan. Wadidaw...!

Tya menoleh dan tersenyum. "Terima kasih, Bang Toni. Saya jalan kaki saja, rumah saya sudah dekat, hitung-hitung olahraga. Sekarang kan badan harus banyak gerak, biar kuat dan nggak gampang kena virus."

Toni masih belum mau menyerah. "Nggak apa-apa, Neng. Mumpung abang belum dapat orderan. Siapa tau, Neng itu pembuka rejeki abang."

Tya menanggapi dengan nggak kalah sopan. "Terima kasih, Bang. Budi baik Abang saya terima, tapi saya memang lebih suka jalan kaki, Bang. Mungkin lain kali ya, Bang."

Tya berlalu meninggalkan Toni yang masih berharap suatu saat bisa membonceng Tya yang super bahenol itu.

"Calon istri idaman, sopan betul. Rambut bagus, kulit mulus, wajah cantik, badan bahenol. Wah, paket lengkap, deh! Toni bicara sendiri sementara matanya terus memerhatikan Tya yang berjalan semakin menjauh darinya. Kepalanya geleng-geleng seraya mulutnya menelan air liur yang sedari tadi sudah terkumpul penuh di mulutnya. Untung nggak sampai mengalir keluar dari mulutnya.

******

Keesokan harinya Toni kembali mangkal dengan teman-temannya sesama ojek online. Mereka berkumpul di depan salah satu apartemen yang tidak terlalu mahal karena apartemen itu berada di daerah pinggiran. Toni menunggu orderan masuk ke ponselnya.

Tiba-tiba ada notifikasi masuk ke ponselnya. "Wah, ada orderan masuk, nih!" Hati Toni sangat girang. Apalagi ketika melihat nama pemesannya, Toni semakin girang bukan kepalang karena di ponselnya tertulis nama Tya.

Toni segera menaiki motornya dan menuju alamat yang dituju sesuai dengan titik alamat pemesan yang tertera pada map. Toni sudah hafal jika alamat pemesan merupakan alamat rumah Tya. Itu sebabnya hati Toni sangat girang saat menerima orderan dengan nama Tya, karena ini bukan Tya yang lain, tetapi Tya yang sudah lama menjadi gebetannya.

Sesampainya di depan rumah Tya, Toni sedikit merapikan penampilannya. Ia menyemprotkan sedikit parfum di jaketnya berharap Tya yang akan diboncengnya klepek-klepek saat mencium wangi parfumnya itu.

Dengan terburu-buru, Toni segera menyemprot jaket yang dikenakannya. Tak lupa bagian leher juga disemprot menggunakan parfum tersebut. Berharap saat Toni membonceng Tya dan tertiup angin, wangi parfum itu akan tercium oleh Tya.

Sayangnya, karena terburu-buru, Toni salah mengambil botol parfum yang ada di tas selempangnya itu. Di tasnya terdapat 2 buah botol parfum yang sama persis, namun Toni tidak menyadari jika cairan yang ada di dalamnya berbeda.  Botol yang Toni ambil dari tasnya bukanlah botol berisi cairan parfum, tetapi berisi cairan yang baunya sama seperti bau kotoran manusia. Alhasil, sekarang badan Toni bau kotoran manusia.

Ternyata, adiknya Toni yang menyimpannya di dalam tas Toni. Adiknya melakukan hal itu bertujuan untuk membalas dendam karena Toni sudah terlalu sering menjahilinya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun