Mohon tunggu...
Anastasia Bernardina
Anastasia Bernardina Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka Aksara

Berbagi energi positif dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dua Sahabat Pantai di Bawah Lembayung Senja

22 Juni 2022   20:59 Diperbarui: 22 Juni 2022   21:11 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Bingo Naranjo dari Pixabay

Aku kembali bergabung dengan teman-teman komunitas yang kebetulan sedang dibriefing oleh sang ketua. Nantinya kami  akan memberikan edukasi dan sosialisasi dengan cara intensif kepada warga sekaligus wisatawan agar mereka mau terlibat dalam gerakan bebas sampah di sekitar pantai.

Setiap akhir pekan, aku bersama komunitasku mengunjungi pantai Angin Mamiri ini. Ada juga beberapa relawan yang bergabung dengan komunitas kami. Beberapa warga yang hatinya sudah mulai terbuka pun akhirnya mau bergabung untuk memungut dan membersihkan sampai di sekitar pantai, khususnya sampah plastik. Biasanya saat akhir pekan jumlah sampah akan lebih banyak dikarenakan meningkatnya jumlah wisatawan yang datang.

Sampah plastik dapat ditampung dan dijual. Komunitas menamainya mal sampah. Hasil dari penjualan sampah plastik yang dipungut warga, tentu saja bisa menambah pemasukan bagi mereka.

######

Pagi ini aku kembali menikmati keindahan pantai setelah sekian tahun tak datang. Kepindahanku ke luar kota dengan jadwal kuliah yang padat membuatku meninggalkan komunitas pecinta pantai yang sejak awal sangat aku cintai.

Aku sengaja menyewa penginapan yang berada di sekitar pantai ini, aku ingin menikmati waktu liburku dengan kembali menghadirkan indahnya harmoni pantai. Buih putih gelombang yang berkejaran menerjang daratan dan meninggalkan pasir hitam yang melekat di telapak kaki orang-orang saat tersentuh riaknya, seakan memanggilku untuk kembali datang ke pantai ini. Bukan hanya sekadar itu, kedatanganku ke sini demi mencari sebuah jawaban atas mimpi-mimpi yang tak bisa kutafsirkan ketika aku terjaga dari lelap.

Seorang anak kecil menghampiriku dengan secarik kertas lusuh di tangannya. Mataku menyelami setiap bentuk aksara yang terukir di atasnya. Aksara yang tak terlalu bagus namun masih bisa aku eja. "Senja nanti, ku tunggu kamu di sini." Saat aku memalingkan wajahku dan ingin bertanya dari siapakah secarik kertas lusuh berisi pesan singkat itu, anak kecil itu sudah berlari menjauh. Aku kembali pulang ke penginapan untuk membersihkan diri dan menikmati hari dengan berkunjung ke tempat wisata lainnya.

Senja pun telah datang menghampiri. Aku kembali ke bibir pantai yang sekarang telah terlihat lebih menawan. Warga dan wisatawan telah jauh lebih berkawan dan membuat hamparan air dibawah langit biru ini semakin menghadirkan pesonanya. Burung camar yang terbang di antara nyiur melambai bagai menari-nari tertiup angin pantai. Semuanya mampu membungkus suasana senja dengan sinar yang masih terang benderang menyinari seluruh alam raya. Aku menunggu sinar itu semakin meredup dan hampir tenggelam membentuk lembayung senja.

Mataku mencari seseorang. Aku sangat meyakini jika yang memintaku datang kemari di kala senja hari adalah lelaki dengan ember sampah di tangannya dan kala itu aku telah menegurnya. Entah mengapa, wajah lelaki itu seringkali datang ke mimpiku. Itulah yang menyebabkan aku ingin datang lagi ke pantai ini dan bermalam beberapa hari dengan tujuan mencari lelaki itu lagi.

Setelah teguranku yang membuatnya marah, aku tidak pernah melihatnya lagi. Padahal, ketika aku masih bergabung dengan komunitas pecinta pantai, hampir setiap akhir pekan aku datang ke pantai ini untuk membersihkan area sekitarnya dari sampah-sampah yang berserakan. Anehnya akhir-akhir ini, wajahnya kerap datang ke dalam mimpiku.

Aku mendengar suara langkah dari arah belakang seperti hendak mendekatiku. Aku membalikkan tubuhku dan melihat seorang lelaki menggunakan kruk sebagai pengganti kakinya yang tinggal sebelah. "Selamat datang kembali di pantai Angin Mamiri yang sudah semakin cantik ini," ucapnya dengan wajah gembira dihiasi senyum merekah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun