Mohon tunggu...
Anastasia Silvani Dasi Letto
Anastasia Silvani Dasi Letto Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate Basindo UGM.

Punya minat besar di bidang bahasa dan gender. Utamanya suka membaca artikel ilmiah, tetapi sekarang menantang diri untuk menulis karya populer dan jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Belajar Menulis Lagi

19 Juni 2024   18:17 Diperbarui: 19 Juni 2024   18:20 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini, setiap kali ingin menulis saya selalu bertanya-tanya bagaimana sih cara menulis? Beberapa tahun yang lalu, saya kira saya menganggap menulis adalah hal yang sangat mudah. Akan tetapi saat ini, menulis itu rasa-rasanya adalah kegiatan yang sangat melelahkan.

Padahal dari sejak masih belajar Bahasa Indonesia di sekolah, saya sudah diajari menulis itu dimulai dengan memahami apa yang ingin ditulis: menentukan topik dan tema, membuat kerangka tulisan, mengidentifikasi gaya penulisan, mengembangkan tulisan, menyunting diksi-diksi dan seterusnya. Hal itu bagi saya harusnya sudah menjadi hal yang sering dilakukan dan sudah di luar kepala. Akan tetapi, mengapa menulis menjadi hal yang sungguh sulit?

Menyadari hal ini, saya mau mencoba untuk menulis lagi. Saya pikir kesulitan menulis saya utamanya muncul karena saya terlalu banyak menimbang-nimbang. Selama ini, sudah menjadi hal yang wajar bila orang lain menilai tulisan kita dan oleh karena itu, saya kira kemampuan menulis saya juga berkelidan dengan keinginan saya untuk mendapat validasi dari orang lain atas tulisan saya. Hal ini sepertinya membuat pandangan saya menjadi sempit dan menjadikan menulis sebagai kegiatan yang semata-mata ditujukan bagi orang lain, untuk menyenangkan hati orang lain.

Belajar menulis bagi diri sendiri adalah sesuatu yang bisa dibilang sia-sia. Di masa sekarang, saat tulisan sudah dengan mudah dipertukarkan dan dihargai dengan uang, mengapa tidak belajar menulis untuk sesuatu yang lebih praktis ekonomis saja? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya teringat kata-kata guru saya yang kira kira begini pesannya.

"Menulislah sampai tuntas, jangan terpaku pada jumlah kata. Jika Anda berhenti menulis sebelum tuntas, tulisan Anda banyak bolongnya. Jika Anda masih menulis setelah tuntas, tulisan Anda banyak bohongnya."

Salam kenal. Semoga Anda menikmati yang saya bawa di sini dalam bentuk tulisan-tulisan saya. Kadang saya menulis panjang, kadang pendek. Kadang bagus, kadang jelek. Menulis adalah salah satu upaya saya untuk bersuara dan merawat pikiran dan eksistensi saya. Serial yang baru saja saya selesaikan membuat saya menyadari bahwa merawat pikiran dan eksistensi adalah sesuatu yang penting karena tanpa pikiran yang baik, eksistensi tidak akan bertahan lama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun