Mohon tunggu...
ANASTASIA IDA RISTIANI
ANASTASIA IDA RISTIANI Mohon Tunggu... Guru - GURU

Saya seorang guru di SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Saat ini saya ingin mengembangkan diri dengan cara menulis di Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antarmateri Modul 3.1

21 April 2023   09:08 Diperbarui: 21 April 2023   09:15 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KONEKSI ANTARMATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

Disajikan oleh: Anastasia Ida Ristiani, S.Si

CGP Angkatan 7

SD Pangudi Luhur 3 Yogyakarta

Berikut saya sajikan koneksi antarmateri modul 3.1 dengan mengacu pada pertanyaan-pertanyaan yang disediakan:

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Salah satu filosofi KHD yang terkenal adalah Pratap Triloka yaitu: ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Ketiga hal ini haruslah menjadi bagian dari seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran. Guru seyogyanya menjadi teladan/contoh bagi murid, guru membangun/menuntun potensi murid, dan guru mendorong segala tumbuh kembang murid. Artinya guru yang demikian adalah guru yang berpihak pada murid.  Sehingga Pratap Triloka memiliki kaitan dengan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Seorang pemimpin pembelajaran yang berpihak kepada murid, maka akan bisa melakukan pengambilan keputusan yang bijaksana dan tepat. Keputusan tersebut pastinya juga berpihak kepada murid, berdasarkan nilai kebajikan, dan bertanggung jawab.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Prinsip-prinsip etika berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama. Menurut Diane Gossen (1998) pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada murid-murid. Nilai-nilai yang dimaksud antara lain keadilan, keselamatan, tanggung jawab, kejujuran, rasa syukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih sayang, rajin, berkomitmen, percaya diri, kesabaran, keamanan, dan lain-lain. Sedangkan prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan adalah yaitu berpikir berbasis hasil akhir (end-based thinking), berpikir berbasis peraturan (rule-based thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking).

Pengaruh nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri kita ini dengan prinsip pengambilan keputusan yang dipilih adalah nilai-nilai kebajikan membantu mengembangkan kepribadian sesorang untuk mengenali prinsip-prinsip pengambilan keputusan mana yang lebih kuat dalam dirinya dalam hubungan sosialnya dengan orang lain. Sehingga keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.

Dalam proses pengambilan keputusan yang berupa dilema etika atau pun bujukan moral, maka kita  mengikuti 4 (empat) paradigma, 3 (tiga) dan 9 (sembilan) langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Ketika proses pengambilan keputusan ini sedang terjadi, maka perlu bagi guru untuk melakukan coaching yang efektif.  Sehingga dalam pengambilan keputusan dibutuhkan ketrampilan coaching. Keterampilan ini membekali seorang guru untuk menjadi coach bagi dirinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil dan melihat berbagai opsi solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Pengambilan keputusan harus dilakukan dalam kondisi kesadaran penuh (mindful). Kesadaran penuh itu sendiri dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja/sadar. Kesadaran penuh membantu sesorang untuk bisa fokus terhadap permasalahan yang terjadi. Sehingga keputusan yang diambil dalam kondisi fokus dan bijaksana sehingga bisa mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi yang akan timbul akibat keputusan yang diambil. Untuk mempraktikkan kesadaran penuh ini seorang guru harus mempunyai kemampuan dalam hal kompetensi sosial dan emosional: 1) kompetensi kesadaran diri (self awareness), 2) pengelolaan diri (self management), 3) kesadaran sosial (social awareness), seta 4) keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Jika kompetensi ini terpenuhi, maka keputusan yang diambil ketika menghadapi kasus dilema etika adalah keputusan yang dapat dipertangungjawabkan.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Ketika melakukan pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika, maka pendidik dapat mengidentifikasi terlebih dahulu kasus tersebut. Misalnya saja kasus tersebut adalah kasus yang benar lawan benar atau benar lawan salah. Ketika pendidik menggunakan intuisinya bahwa kasus yang dihadapi adalah dilema etika, maka pendidik akan menggunakan unsur nilai-nilai kebajikan yang diyakininya. Langkah dalam pengambilan keputusan menggunakan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dalam hal ini jika pendidik merasa belum mampu menyelesaikan kasus dilema etika tersebut, maka pendidik bisa melibatkan narasumber lain untuk membantu menyelesaikannya. Namun ketika kasus tersebut berupa bujukan moral, maka kita bisa mengambil keputusan berdasarkan kode etik atau peraturan-peraturan yang berlaku dan bisa memutuskan benar atau salah.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Seorang guru tentunya sering dihadapkan pada kasus bagaimana ia menyelesaikan suatu permasalahan atau konflik pada muridnya. Guru dituntut membuat keputusan yang tepat. Tentunya keputusan yang diambil adalah keputusan yang berpihak pada murid. Jika guru sebagai pemimpin pembelajaran mampu membuat keputusan tepat yang berpihak pada murid, maka akan tercipta suasana atau lingkungan positif, kondusif, aman, dan nyaman. Lingkungan ini akan membentuk suatu budaya positif.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan yang sering terjadi di lingkungan terkait pengambilan keputusan terhadap keputusan kasus-kasus dilemma etika adalah:

a. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dalam kondisi kesadaran penuh agar bisa fokus dan bijak dalam pengambilan keputusan. Sehingga target penyelesaian kasus dilema etika adalah hasil keputusan yang bijaksana.

b. Guru sebagai pemimpin pembelajaran masih ada yang kurang terampil dalam mengidentifikasi kasus, sehingga masih bingung kasus yang dihadapi dilema etika atau bujukan moral. Jika hal ini terjadi keputusan yang diambil kurang bisa memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang terlibat dalam kasu tersebut;

c. Dalam proses penyelesaian kasus dilema etika, guru kurang terampil dalam melakukan coaching, sehingga pertanyaan-pertanyaan untuk menggali pihak-pihak yang terlibat dalam kasus belum muncul dengan baik. Sehingga pihak-pihak yang terlibat kasus tersebut bisa jadi tidak terbuka/tidak mau menceritakan tentang permasalahan yang terjadi. Akibat yang terjadi adalah penyelesaian kasus bisa berlarut-larut/lama.

Tantangan-tantangan ini juga terkait dengan paradigma di lingkungan sekolah. Misalnya saja dari pihak-pihak yang terlibat dalam kasus dilema etika berpandangan bahwa guru harus dengan cepat megambil keputusan. Akan tetapi apa gunanya cepat-cepat mengambil keputusan jika keputusannya tidak memperhatikan: apakah keputusan tersebut berpihak pada semua anak, apakah keputusan tersebut berlandaskan nilai-nilai kebijakan yang diyakini, dan apakah keputusan tersebut bisa dipertanggungjawabkan.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pendidikan yang memerdekakan adalah suatu proses pendidikan yang meletakan unsur kebebasan anak untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh, dan berkembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batiniah. Secara lahiriah anak memperoleh kemerdekaan dalam pendidikan melalui pengajaran. Sehingga pengambilan keputusan yang tepat akan berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan anak. Mengapa demikian?  Keputusan yang tepat yang berpihak kepada kebutuhan anak. Anak akan membuat anak nyaman sehingga mereka juga bebas untuk mengembangkan potensinya tanpa ada rasa takut. Jika demikian halnya, maka guru bisa memutuskan pembelajaran yang tepat sesuai dengan potensi anak yang berbeda-beda di kelas, yaitu dengan pembelajaran berdiferensiasi.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran yang dapat mengambil keputusan dengan tepat akan menjadi teladan bagi anak didiknya. Guru sering dikatakan sebagai orang yang digugu dan ditiru. Tentu saja guru akan ditiru/diteladani oleh murid-muridnya. Hal yang diteladan adalah kebijaksanaannya sebagai seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan yang tepat. Di masa depan harapannya murid-muridnya juga akan menjadi sosok pemimpin yang bijaksana dalam mengambil keputusan, seperti gurunya yang bijaksana.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Sebagai guru kita percaya bahwa setiap murid mempunyai potensi-potensi unik. Selaras dengan filosofi KHD, guru hanya bisa menuntun mereka agar bisa mengakomodir potensi yang mereka miliki. Guru harus mengutamakan keberpihakan pada murid dengan memberikan teladan, semangat, dan dorongan. Agar mereka dapat berkembang sesuai dengan kodrat alam dan zaman. Murid juga harus menyadari mereka hidup di abad 21 yang membutuhkan ketrampilan kolaborasi, komunikasi, kritis, dan kreatif. Hal ini dapat terwujud jika anak-anak mempunyai karakter Profil Pelajar Pancasila. Guru pun harus paham bahwa budaya positif di sekolah dengan suasana yang terbuka dan menyenangkan akan membentuk ekosistem pendidikan yang mendukung keberpihakan pada anak dan pembentukan karakter profil pelajar Pancasila. Pendidikan yang berpihak kepada anak dilakukan dengan praktik baik pembelajaran terintegrasi yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran yang memerhatikan kebutuhan sosial dan emosional. Agar guru dapat melaksanakan pembelajaran yang demikian dibutuhkan: 1) ketrampilan guru untuk mengambil sebuah keputusan yang tepat jika dihadapkan pada kasus-kasus dilema etika atau bujukan moral dan 2) supervisi akademik yang berkesinambungan dengan pendekatan coaching untuk mendukung guru mewujudkan pembelajaran yang terintegrasi. Pada akhirnya semoga merdeka belajar dapat terwujud.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Dilema etika merupakan situasi di mana terjadi pertentangan dua kebenaran  atau  benar lawan benar dan bujukan moral adalah situasi di mana terjadi sebuah pertentangan benar lawan salah. Hal-hal yang di luar dugaan adalah ketika kita menganggap kasus yang dihadapi adalah dilema etika, namun setelah proses berjalan, kasus tersebut berupa bujukan moral. Oleh karena itu penting bagi kita, untuk memahami apakah kasus yang diahadapi adalah dilema etika atau bujukan moral. Sehingga kita perlu mengetahui kesesuaian kasus dengan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

4 (empat) paradigma dalam pengambilan keputusan pada kasus dilema etika yaitu: 1) Individu lawan kelompok (individual vs community), 2) Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), 3) Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), dan 4) Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). 3 (tiga) prinsip pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika yaitu: 1) Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End-Based Thinking), 2) Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan 3) Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). 9 (sembilan) langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan yang dapat kita lakukan adalah: 1) Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan; 2) Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini; 3) Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini; 4) Pengujian benar atau salah; 5) Pengujian Paradigma Benar lawan Benar; 6) Melakukan Prinsip Resolusi; 7) Investigasi Opsi Trilema; 8) Buat Keputusan; serta 9) Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Saya pernah mengalami pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika. Keputusan saya ambil setelah melakukan identifikasi permasalahan, konfirmasi, dan konfrontasi dengan pihak-pihak yang terkait, dan menggunakan intuisi apa yang saya anggap benar. Namun, setelah mempelajari modul 3.1, saya mengingat kembali kemungkinan ada kasus di mana saya saat itu mengambil keputusan bukan masalah dilema etika, namun bujukan moral. Karena saya tidak melakukan uji 9 langkah pengambilan keputusan. Walaupun ada beberapa langkah yang saya gunakan.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah mempelajari modul 3.1 semakin menguatkan saya, agar ketika mengambil keputusana adalah keputusan tepat yang berpihak pada murid, berdasarkan nilai kebajikan, dan tentu saja dapat dipertanggungjawabkan.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Topik dalam modul 3.1 bermanfaat bagi guru sebagai pemimpin pembelajaran. Guru sebagai teladan bagi anak harus bijak dan tepat dalam mengambil keputusan. Tindakan guru yang demikian mendukung atmosfir budaya positif sekolah. Budaya positif mendukung pembelajaran yang terintegrasi antara pembelajaran berdiferensiasi dan KSE. Jika hal ini terwujud maka merdeka belajar bagi anak juga terwujud.

Demikian sajian saya, semoga bermanfaat. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun