Kota Klaten merupakan sebuah kota yang terletak di Jawa Tengah. Kota Klaten memiliki banyak tempat wisata seperti sumber mata air yaitu umbul dan wisata religi, salah satu hal yang menarik di Klaten yaitu tradisi sebar Apem Yaqowiyu saparan  yang letaknya di Kecamatan Jatinom. Tradisi ini sudah ada sejak 1589 Masehi atau 1511 Saka, Ciri khas tradisi Yaqowiyu yaitu penyebaran  kue apem, makanan berbentuk bundar yang terbuat dari tepung beras. Masyarakat percaya bahwa tradisi ini membawa keberkahan, kesejahteraan bagi yang mendapatkan Apem tersebut.
Pada penulisan artikel ini kita akan mengggali lebih dalam seputar Tradisi Yaqowiyu. Tradisi tersebut diadakan di Desa Krajan Lapangan Klampeyan, Jatinom, Klaten. Asal Mula Tradisi atau Festival Yaqowiyu setelah kembalinya Ki Ageng Gribig, yang dipercaya merupakan keturunan dari Prabu Wijaya dan merupakan tokoh ulama besar yang menyebarkan ajaran Islam didesa tersebut. Tradisi sebaran apem Yaqowiyu merupakan budaya Ki Ageng Gribig, pada saat beliau pulang dari menunaikan ibadah haji membawa oleh -- oleh kue apem dan akan dibagikan kepada saudara, murid, serta tetangganya. Tetapi oleh -- oleh yang dibawa tidak cukup untuk mereka semua, beliau lalu meminta keluarganya untuk membuatkan kue apem untuk dibagikan.
Mulai saat itulah, Ki Ageng Gribig memberi amanah kepada masyarakat Desa Krajan, Jatinom untuk  memasak sesuatu sebagai sedekah kepada masyarakat yang membutuhkan apalagi pada bulan Sapar yang jatuh pada hari Jum'at tanggal 12-15 tanggalan jawa. Maka dari itu Tradisi Yaqowiyu dilakukan setiap setahun sekali pada bulan Sapar dalam tanggalan Jawa.
Nama tradisi Yaqowiyu ini diambil dari bagian akhir doa yang artinya memohon kekuatan dalam bahasa Arab, yaitu "Yaa Qowiyyu, Ya Aziz, Qowwina wal Muslimin, Ya qowiyyu Warzyqna wal Muslimin". Tidak hanya itu saja, penggunaan kue apem tersebut memiliki makna, kata Apem diambil dari bahasa Arab, yakni Affum yang berarti maaf.
Sebelum acara Yaqowiyu masyarakat Desa Krajan biasanya membuat kue apem dan dibentuk gunung yang dinamakan gunungan apem. Setalah dibentuk gunung, apem tersebut dikumpulkan di Masjid besar Jatinom setelah masyarakat melakukan sholat Jum'at, selepas sholat  akan dilakukan upacara. Puncak dari upacara yaitu berdoa serta  gunungan tersebut diarak menuju keatas bangunan dan disebar atau dibagikan oleh petugas yang dilakukan diatas bangunan seperti di foto tersebut. Masyarakat sangat percaya apabila mereka mendapatkan apem tersebut merupakan sebuah keberkahan.
Tradisi  Sebar Apem Yaqowiyu sampai sekarang masih diperingati untuk upacara tradisi atau adat masyarakat Desa Krajan, Kecamatan Jatinom yang diadakan setiap tahun pada hari Jum'at bulan Sapar dalam penanggalan Jawa yang berlokasi di lapangan Klampeyan dekat dengan Makam Ki Ageng Gribig.
Tujuan dilaksanakan Sebaran kue  Apem untuk napak tilas oleh Ki Ageng Gribig dalam penyebaran agama Islam dengan melalui budaya Jawa, agar masyarakat mencontoh peran beliau dalam berdakwah dan mengajarkan agama Islam sekaligus melestarikan budaya Jawa, agar masyarakat selalu menjaga keimanan dan menjauhi larangan-larangannya  serta memohon ampunan kepada sang pencipta. Selain itu, upacara ini juga bertujuan untuk menyatukan orang-orang yang datang untuk merayakannya.
Sumber :
 https://soloraya.solopos.com//
https://media.neliti.com/media/publications/151336-ID-simbol-danmakna- Â
https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=358
Penulis :
Anas Yusuf / 2022015167
Universitas Sarjanawita Tamansiswa
Kontak :
Anasysf213@gmail.com
@anaasyyyy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H