PENDAHULUAN
Pelestarian lingkungan hidup merupakan isu global yang semakin menjadi perhatian masyarakat dunia. Berbagai permasalahan seperti perubahan iklim, pencemaran udara, tanah, dan air, serta hilangnya keanekaragaman hayati mengancam keseimbangan ekosistem dan kelangsungan hidup manusia (Jayawardana, 2023). Kondisi lingkungan hidup yang semakin memburuk saat ini mempertegas urgensi dari upaya pelestarian. Laporan dari World Resources Institute (WRI) pada tahun 2023 mengungkapkan bahwa dunia kehilangan 10 juta hektar hutan setiap tahun akibat deforestasi. Selain itu, polusi plastik telah mencapai tingkat yang kritis dengan lebih dari 11 juta ton sampah plastik mencemari lautan setiap tahunnya (WRI, 2023). Di Indonesia sendiri, kualitas udara di beberapa kota besar seperti Jakarta dan Surabaya sering kali berada pada tingkat tidak sehat akibat tingginya polusi kendaraan bermotor dan emisi industri. Permasalahan ini menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan untuk mengambil tindakan nyata dalam melestarikan lingkungan hidup
Upaya untuk melestarikan lingkungan hidup harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak, yang merupakan generasi penerus. Peran anak-anak menjadi penting karena mereka memiliki potensi besar untuk membangun kebiasaan dan kesadaran yang dapat berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan hidup (Romadhon dkk., 2024). Anak sekolah dasar (SD) memiliki peran strategis dalam membangun budaya peduli lingkungan. Pada usia ini, anak-anak cenderung lebih mudah menerima nilai-nilai baru dan membentuk perilaku yang berorientasi pada kelestarian lingkungan. Pendidikan sejak dini menjadi kunci dalam menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga alam. Melalui pendekatan yang tepat, anak-anak dapat diarahkan menjadi agen perubahan yang mampu menginspirasi lingkungan sekitarnya untuk lebih peduli terhadap kelestarian alam.
Selain itu, anak-anak memiliki potensi untuk membawa dampak signifikan melalui pengaruh mereka terhadap keluarga dan masyarakat sebagai bagian dari keluarga, mereka dapat mengedukasi orang tua dan saudara mengenai pentingnya menjaga lingkungan. Di lingkungan sekolah, mereka dapat memotivasi teman-teman untuk berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan. Dengan demikian, peran anak-anak tidak hanya terbatas pada diri mereka sendiri tetapi juga dapat meluas ke komunitas yang lebih besar. (Husamah & Rahardjanto, 2024) Sayangnya, kesadaran lingkungan pada anak-anak di Indonesia masih menjadi tantangan. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa tingkat literasi lingkungan di kalangan siswa sekolah dasar masih rendah. Hal ini disebabkan oleh minimnya integrasi pendidikan lingkungan dalam kurikulum formal dan kurangnya kegiatan berbasis lingkungan yang menarik bagi anak-anak (Mucholifah & Kadeni, 2024). Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang inovatif untuk memberdayakan anak-anak agar mereka mampu berperan sebagai agen perubahan.
Program-program edukasi lingkungan di sekolah dasar dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan anak-anak dalam pelestarian lingkungan. Misalnya, kegiatan seperti pembuatan taman sekolah, daur ulang sampah, dan kampanye hemat energi dapat membantu anak-anak memahami pentingnya tindakan kecil dalam menjaga kelestarian alam (Rezeki & Muhajir, 2024). Program-program semacam ini tidak hanya memberikan edukasi teoritis tetapi juga memberikan pengalaman praktis yang mendalam kepada anak-anak. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengulas peran anak-anak sekolah dasar sebagai agen perubahan dalam melestarikan lingkungan hidup. Dengan menggunakan pendekatan studi literatur, artikel ini akan mengidentifikasi strategi-strategi yang efektif untuk memberdayakan anak-anak dan menjadikan mereka sebagai pelopor dalam membangun kesadaran lingkungan. Harapannya, hasil dari artikel ini dapat menjadi panduan bagi pendidik, orang tua, dan pembuat kebijakan dalam mengembangkan program-program lingkungan yang berkelanjutan.
METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi literatur yang dilakukan dengan mengkaji berbagai sumber terpercaya, seperti buku, jurnal ilmiah, artikel akademik, dan laporan penelitian yang relevan. Kajian ini berfokus pada tema pelestarian lingkungan hidup dan peran anak sekolah dasar sebagai agen perubahan. Penulis secara sistematis menelaah konsep-konsep yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan pada anak usia sekolah dasar, mengidentifikasi manfaatnya bagi pembentukan kebiasaan peduli lingkungan, serta menyusun strategi praktis untuk mengintegrasikan nilai-nilai ini ke dalam lingkungan sekolah. Proses kajian literatur ini mencakup analisis terhadap potensi anak-anak dalam mendorong perubahan lingkungan melalui perilaku sehari-hari, pengaruhnya terhadap keluarga dan komunitas, serta evaluasi terhadap tantangan yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan program lingkungan di sekolah dasar. Dengan memadukan berbagai perspektif dan temuan penelitian, artikel ini juga menawarkan solusi aplikatif untuk membantu guru, orang tua, dan pihak sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung keberlanjutan. Tujuannya adalah memberikan panduan strategis yang dapat mendorong anak-anak untuk berperan aktif dalam melestarikan lingkungan hidup sejak dini
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pentingnya Pelestarian Lingkungan Hidup
Kondisi lingkungan hidup global saat ini menghadapi berbagai tantangan serius yang mengancam keseimbangan ekosistem. Perubahan iklim, misalnya, telah menyebabkan peningkatan suhu global rata-rata hingga lebih dari 1C sejak era pra-industri, menurut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2021). Dampaknya meliputi meningkatnya intensitas bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan badai tropis. Perubahan ini juga mempengaruhi siklus hidrologi yang berdampak langsung pada ketersediaan air bersih bagi jutaan manusia. Sementara itu, pencemaran lingkungan semakin meluas, baik dalam bentuk pencemaran udara, tanah, maupun air, yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti penggunaan bahan bakar fosil, pembuangan limbah industri, dan penggunaan plastik secara berlebihan.
Deforestasi menjadi masalah utama yang mempercepat kerusakan lingkungan hidup global. Data dari World Resources Institute (2023) menunjukkan bahwa setiap tahun, dunia kehilangan sekitar 10 juta hektar hutan akibat konversi lahan untuk pertanian, perkebunan, dan urbanisasi. Kehilangan hutan ini tidak hanya mengurangi kemampuan bumi untuk menyerap karbon dioksida, tetapi juga mengancam keanekaragaman hayati. (Supriatna, 2021) Ribuan spesies flora dan fauna yang bergantung pada ekosistem hutan kini menghadapi risiko kepunahan. Di Indonesia sendiri, deforestasi yang masif masih menjadi perhatian besar, terutama di wilayah Kalimantan dan Sumatra, yang kaya akan hutan tropis.