Mohon tunggu...
Ana Sopanah
Ana Sopanah Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Widyagama Malang

Saya adalah Dosen FE Akuntansi di Universitas Widyagama Malang dan Aktif di beberapa organisasi Profesi Moto: Yakin Usaha Sampai

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menembus Gunung Bromo (2): Melewati Padang Savana yang Eksotis

21 Juli 2016   18:33 Diperbarui: 21 Juli 2016   18:42 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Inggi Menerima Tamu dengan Ramah (Koleksi Priabdi)

Perjalanan yang tidak kalah menariknya adalah perjalanan kedua menembus Gunung Bromo dilakukan pada tanggal 26 Januari 2010 melewati Desa Ngadas Kecamatan Poncokusomo Kabupaten Malang. Masyarakat Suku Tengger di Desa Ngadas di Kabuapten Malang masih memegang teguh adat istiadat dan kehidupan masyarakatnya lebih plural. Desa Ngadas di Kabupaten Malang adalah satu-satunya Desa Suku Tengger di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang yang merupakan desa paling tinggi di Jawa Timur. Desa yang letaknya terpencil, jauh dari pusat kota dan berada di sekitar Gunung Semeru dan Gunung Bromo. 

Keelokan Desa Ngadas bukan saja pada panorama alamnya, tapi juga keanegaragaman adat istiadat dan budaya di dalamnya. Desa yang dihuni Suku Tengger itu mampu mempertahankan budaya di tengah derasnya arus globalisasi. Desa Ngadas yang terletak di lereng Gunung Semeru tidak ubahnya seperti desa lainnya di wilayah kabupaten. Yang membedakan adalah kebudayaan Suku Tengger yang tetap terjaga kuat di desa ini. Padahal masyarakatnya sangat plural dari sisi keyakinan. Sebab, di desa ini sekitar 1.820 warganya menganut agama yang beragam. Ada yang beragama Islam, Buddha, Katolik, Kristen dan Hindu.

Keyakinan berbeda itu tak menyurutkan masyarakatnya mempertahankan adat Suku Tengger. Tak hanya orang dewasa, tapi juga ditanamkan sejak dini pada anak-anak. Dengan kuatnya menjaga ada istiadat itu, Desa Ngadas diakui menjadi Desa Tengger. Yakni desa yang didiami oleh Suku Tengger asli yang sangat kuat mempertahankan dan menjalankan budaya dan adat istiadat Tengger. Di Jawa Timur, ada 33 Desa Tengger. Di wilayah Kabupaten Malang hanya ada satu desa yakni Desa Ngadas. 

Sebelumnya, di wilayah kabupaten ada tiga Desa Tengger,  yakni Desa Gubuk Klakah (Poncokusumo), Desa Tosari (Tumpang), dan Desa Ngadas sendiri. Namun sekarang Desa Tosari dan Desa Gubuk Klakah sudah tergerus zaman sehingga hanya sebagian kecil saja masyarakatnya yang mempertahankan tradisi Tengger. Karena itu, keduanya tidak lagi masuk dalam golongan Desa

Padang Savana Yang Eksotis (Koleksi Pribadi)
Padang Savana Yang Eksotis (Koleksi Pribadi)
Tidak masuknya Desa Tosari dan Desa Gubuk Klakah di jajaran Desa Tengger tidak lepas pergeseran nilai budaya pada masyarakatnya. Maklum saja, letak geografis di dua desa itu sudah berada di bawah Desa Ngadas. Sehingga transformasi dan akulturasi budaya lebih cepat karena akses jalan ke perkotaan lebih enak. Kondisi itu berbeda dengan Desa Ngadas. Lokasinya di ujung timur kabupaten yang terpisah dengan desa lain membuat desa ini sangat orisinil dalam menjalankan ada dan budaya Tengger. Baik adat desa maupun spiritualitas. Mereka tetap memegang teguh budaya yang diwariskan nenek moyangnya. Itu misalnya ditunjukkan dengan menghormati para leluhur yang babat alas (mendiami atau menghuni lebih dulu) menghidupi keluarganya. Mereka tetap meyakini leluhur akan menciptakan kedamaian di desa.

Begitu juga roda pemerintahan. Kepala desa lebih mudah mengatur sistem pemerintahannya. Mengingat dengan kondisi masyarakat yang mudah diatur, roda pemerintahan desa bisa berjalan sesuai dengan kesepakatan bersama. Walau masyarakatnya tidak tahu politik, warga Ngadas sebenarnya sudah sejak dulu sadar berpolitik, misalnya, masalah pemilihan kepala desa. Calon kepala desa diajukan oleh masyarakat. Mereka yang ditunjuk harus siap lahir batin. Pengajuan para calonnya pun melalui rapat adat. Setelah diajukan dan memenuhi persyaratan pencalonan, masyarakatlah yang akan mengumpulkan dana untuk pesta demokrasi tersebut.

Sedangkan para calon tidak boleh mengeluarkan dana sedikit pun. Begitu juga saat terpilih, calon yang kalah harus bijaksana ikut mengantar atau mengarak Kades terpilih ke balai desa.Walau tidak mengeluarkan uang satu sen pun, tugas Kades di desa tidaklah mudah. Selain menjalankan pemerintahan desa, Dia juga menjadi pelayan masyarakat yang baik. 

Misalnya, saat orang akan melahirkan. Dia harus siap kapan pun mengantar. Selain itu kades juga dituntut memberikan keputusan yang tepat saat mengambil sebuah kebijakan. Dengan memiliki kesadaran berpolitik secara alami, kondisi desa tetap aman. Tidak ada yang mempermasalahkan siapa yang menjadi pimpinan desa. Masyarakat tetap menerima dan menghormati hasil pemilihan yang telah dilakukan. 

Selain bertugas menjalankan pemerintahan, Kades juga diminta menjaga adat istiadat desa. Salah satunya menjaga tanah desa tetap utuh dimiliki warga desa sendiri. Warga dari desa tetangga atau luar desa dilarang membeli tanah di kawasan Desa Ngadas. Karena itu tanah di desa tersebut tetap utuh dikelola masyarakat sendiri. Itu juga menjadi salah satu faktor mengapa kebudayaan di Ngadas tetap terjaga.

Hingga sekarang, tanah pertanian yang ada semuanya dikelola masyarakat setempat. Tidak satu pun penduduk luar desa yang mengelola. Walau diberi harga yang sangat tinggi, aturan adat, masyarakat tidak boleh menjualnya. Hanya boleh pada masyarakat yang ada di desa. Sedangkan hasil pertanian maupun peternakan dijual kepada pengepul. Kebanyakan para pengepul sayuran datang langsung ke desa tersebut. Mereka langsung membeli tanaman dari petani. Harganya pun mengikuti pasar. Tergantung musim panen pada saat itu. Para petani menggunakan pupuk organik. Pupuk tersebut didapat dari kotoran atau sisa makanan hewan ternak yang mereka pelihara di ladang. Karena pupuk dari kotoran hewan itulah tanaman di Desa Ngadas tumbuh subur. Dan resep tersebut sudah turun-temurun diwariskan oleh nenek moyang warga sekitar. Baik kunjungan pertama maupun kunjungan selanjutnya ke Desa Ngadas peneliti diterima oleh Kepala Desa yang saat itu sedang menerima tamu (warga keturunan tiong hoa) yang sedang membuat KTP. Saya menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan di Desa Ngadas yaitu melakukan survey pendahuluan tentang penelitian

Pak Inggi Menerima Tamu dengan Ramah (Koleksi Priabdi)
Pak Inggi Menerima Tamu dengan Ramah (Koleksi Priabdi)
Kepala desa juga menyampaikan kalau pada tanggal 1 Februari 2012 akan ada Musrenbang Desa Ngadas dan mempersilahkan saya untuk datang dan bergabung dalam Musrenbangdes tersebut. Dengan senang hati saya bersyukur selama melakukan perjalanan survey untuk menyapa masyarakat Suku Tengger, semua kepala desa sangat ramah dan terbuka menerima kehadiran saya. 

Pada tanggal 1 Februari 2012 saya pun memenuhi panggilan untuk menghadiri acara Musrenbang Desa. Ratusan masyarakat Suku Tengger hadir dalam acara musrenbang. Ibu-ibu juga semangat ikut menghadiri musrenbang, sambil menunggu acara Musrenbang di mulai, ibu-ibu duduk di depan kantor kelurahan sambil membicarakan masalah kentang yang akan dijadikan produk unggulan menjadi keripik kentang.

Jadi bagi para pembaca yang ingin melakukan perjalanan menembus Gunung Bromo baik untuk tujuan wisata maupun penelitian seperti saya, salah satu jalur yang dilewati selain Desa Wonokitri Kabupaten Pasuruan, Saudara dapat melewati Desa Ngadas Kabupaten Malang. Melewati Jalur ini saudara dapat melihat Padang Savana yang sangat indah dan mempesona.  Hamparan rumput yang tumbuh sepanjang jalan bak karpet hijau yang tergelar rapi sepanjang jalan. Udara tak begitu dingin tetapi segar dan segar sekali untuk di hirup. Selamat Mencoba.

Malang. 21 Juli 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun