Nilai kearifan lokal kegotong royongan (sayan) diwujudkan dalam implementasi pembangunan di wilayah Suku Tengger. Sepanjang peneliti melakukan observasi dan berada di lapangan, hampir semua pembangunan baik yang didanai oleh APBD maupun oleh swadaya masyarakat dilakukan secara gotong-royong. Gotong-royong dilakukan oleh semua masyarakat terutama bapak-bapak dan pemuda yang melakukan pembangunan, sedangkan para ibu-ibu dan pemudi bergotong royong menyiapkan makanan dan minuman. Sikap hidup gotong-royong benar-benar membumi hampir disetiap kegiatan masyarakat Suku Tengger.
Nilai kearifan kejujuran (prasaja) diwujudkan dalam proses pertanggungjawaban penggunaan anggaran. Pertanggungjawaban anggaran yang dilakukan oleh Petinggi atau Lurah pada akhir tahun merupakan kegiatan yang tidak dilakukan oleh pemimpin desa lain. Sebagai bentuk kejujuran pemimpin kepada rakyat yang telah mempercayainya, di masyarakat Suku Tengger selalu diadakan rembug warga tengger dalam kerangka menjelaskan setiap kegiatan yang telah dilakukan selama satu tahun serta menampung berbagai masukkan untuk kegiatan tahun berikutnya. Kegiatan pertanggungjawaban yang dilakukan oleh petinggi di Suku Tengger hampir tidak dijumpai di daerah lainnya di Indonesia.
Ana Sopanah, Malang, 27 Juni 2016, Tulisan ini merupakan bagian dari Paper Yang Telah Mendapatkan Penghargaan Menjadi The Best Paper Kualitatif dalam Ajang Konferensi Regional Akuntansi di Universitas Jember, tanggal  20-21 April 2016
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI