Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) Gelombang 1 Kelompok 100 di Jl. Arjuno No.40 D, Sisir, Kec. Batu, Kota Batu, Jawa Timur, Kota Batu mengadakan sosialisasi anti bullying di SD Plus Al Irsyad Kota Batu. Adapun anggota kelompok sebagai berikut, M. Anas Mujahid Akbar, Achmad Wildansyah, Farah Abdat, Adam Setyo Adi, dan Ahmad Khilmi Ramadhani. Kelompok ini dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Hutri Agustino, S. Sos,. M. Si.
Diadakannya sosialisasi anti bullying kepada murid SD Plus Al Irsyad khususnya pada murid kelas tiga dan empat adalah untuk memberikan edukasi kepada anak-anak tentang bullying sekaligus meningkatkan kesadaran tentang masalah yang ada di lingkungan masyarakat, khususnya masalah bullying.Â
"Sosialisasi ini diharapkan dapat membentuk sikap dan perilaku anak untuk mewujudkan lingkungan yang bebas dari bullying serta mendorong tindakan preventif untuk mencegah bullying di kalangan anak-anak" ,ujar Wildan selaku penanggung jawab, senin (29/01).Â
Maraknya berbagai kasus bullying di kalangan anak-anak yang beredar di media sosial mendorong mahasiswa untuk melakukan kegiatan sosialisasi anti bullying, selain itu kondisi anak-anak di SD Plus Al Irsyad Kota Batu dalam berteman, ini berkelompok-kelompok sehingga memungkinkan untuk terjadinya bullying. Kegiatan terdiri dari acara menonton video animasi tentang bullying, pemaparan materi, dan kuis.
Penanggungjawab kegiatan Achmad Wildansyah mengatakan bullying adalah segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan secara sengaja oleh satu orang atau kelompok yang lebih kuat. Bullying mencakup tindakan seperti memanggil nama seseorang dengan julukan yang tidak disukai, memukul, mendorong, menyebarkan rumor, mengancam, dan menyerang seseorang secara fisik maupun lisan. Bullying memiliki tujuan untuk menyakiti orang lain secara berulang.Â
Jenis bullying dapat dibedakan menjadi verbal, sosial, dan fisik. ujar Wildan, mahasiswa tersebut, menjelaskan bahwa kebanyakan bullying terjadi di lingkungan sekolah, tetapi perlu diingat bahwa bullying dapat terjadi di berbagai tempat, seperti tempat bermain, lingkungan sekitar rumah, atau bahkan di internet. Dengan demikian, fenomena bullying dapat terjadi di mana saja, tidak terbatas pada satu lokasi tertentu.
Wildan menjelaskan bahwa individu yang berisiko menjadi korban bullying adalah mereka yang memiliki perbedaan dengan kelompoknya, seperti kelebihan atau kekurangan berat badan, penggunaan kacamata, gaya berpakaian yang berbeda, atau bahkan memanggil nama orang tua. Selain itu, orang yang dianggap lemah, kurang populer, memiliki sedikit teman, dan kesulitan bergaul juga rentan terhadap bullying.Â
Adapun tanda-tanda bahwa seorang anak mungkin menjadi korban bullying meliputi perubahan sikap menjadi pemurung, buku dan barang yang hilang atau rusak, ketidakminatan terhadap sekolah, keluhan sakit sebelum berangkat sekolah, kesulitan tidur, dan sering mengalami mimpi buruk.
Dampak dari bullying ini sangat berpengaruh pada kesejahteraan mental anak, seperti depresi dan kecemasan yang meningkat, perasaan sedih dan kesepian yang berlebihan, gangguan pola makan dan tidur, serta kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati. Selain itu, anak yang mengalami bullying juga dapat mengembangkan ketakutan terhadap sekolah, kehilangan kepercayaan diri, penurunan prestasi akademis, kurangnya partisipasi dalam kegiatan sekolah dan bahkan berisiko tinggi untuk bolos atau putus sekolah. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami tanda-tanda ini dan memberikan dukungan kepada anak-anak yang mungkin mengalami bullying.