Mohon tunggu...
Anas IkhwanSalafy
Anas IkhwanSalafy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

seseorang yang hobi menulis, menonton film, dan perfilman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunikasi dalam Perspektif Islam: Mengunggah Kesadaran Media Sosial dan Penistaan Agama

11 Juli 2024   20:55 Diperbarui: 11 Juli 2024   20:56 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komunikasi memainkan peran vital dalam kehidupan manusia, memfasilitasi pertukaran ide, informasi, dan nilai nilai antar individu dan kelompok. Dalam Islam, komunikasi lebih dari sekedar pertukaran informasi melainkan manifestasi dari nilai nilai moral dan etika yang di ajarakan dalam Al-Quran. Dengan seiring berkembangnya zaman teknologi digital, media sosial telah menjadi sarana utama untuk berkomunikasi, tetapi sering kali disalahgunakan untuk menyebarkan kebencian, fitnah, dan sampai ke penistaan agama. Hari ini saya akan mengkaji prinsip-prinsip komunikasi dalam Al-Quran, peran media sosial dalam komunikasi islam serta fenomena penistaan aga dan kekerasan atas nama agama tentunya dari perspektif kajian islam.

Prinsip Komunikasi dalam Al-Quran

Al-Quran memberikan pedoman konferhensif mengenai bagaimana komunikasi seharusnya dilakukan. Prisnsip ini mencakup kejujuran, etika, kesopanan, dan kebaikan. Salah satu ayat yang menyoroti pentingnya menjaga kesopanan dalam komunikasi adalah Al-Quran surah Al-Hujurat ayat 11

"Wahai orang orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain. Boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan janganlah pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita lain, boleh jadi wanita-wanita (yang diolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok). Janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruknya panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertaubat, mereka itulah orang-orang zalim."

Tentu ayat ini menekankan larangan untuk kita kaum muslim untuk tidak mengolok-olok atau menggunakan panggilan yang merendakan sesama manusia, hal ini juga sangat relevan dalam konteks interaksi di media sosial saat ini. Dalam islam sudah sangat di perjelas larangan untuk kita mengolok-olok atau menggunakan panggilan yang merendahkan orang lain.

Selain itu, Al-Quran juga menekankan pentingnya komunikasi yang jujur dan benar. Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 42

"Dan jangankah kamu mencampuradukan kebenaran dengan kebatilan dan (jangan pula) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya."

Pada ayat ini, allah memberikan memberikan larangan kepada Bani Israil untuk tidak mencampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan. Dan janganlah kamu, wahai Bani Israil, campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dengan memasukkan apa yang bukan firman Allah ke dalam Kitab Taurat, dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran firman-firman Allah seperti berita akan datangnya Nabi Muhammad, sedangkan kamu mengetahuinya. Orang-orang Yahudi menyembunyikan berita tentang kedatangan Nabi Muhammad yang termaktub di dalam Taurat dengan maksud untuk menghalangi manusia beriman kepadanya.

Dan juga pada ayat ini mengajrkan bahwa kebenaran harus diutamakan dalam setiap bentuk komunikasi. Kejujuran dan transparasi adalah kunci untuk membangun kepercayaan dan menghindari konflik yang tidak perlu.

Peran Media Sosial dalam Komunikasi Islam

Media sosial telah menjadi alat yang sangat efektif untuk menyebarkan informasi dan membangun jaringan sosial. Namun, kebebasan berekspresi di media sosial sering kali tidak diiringi dengan rasa tanggung jawab, sehingga menyebabkan penyebaran kebencian dan fitnah.

Penggunaan media sosial dalam perspektif islam harus didasarkan pada etika dan tanggung jawab. Ini berarti setiap individu yang menggunakan media sosial harus menyadari dampak dari setiap kata yang di ucapkan atau dituliskan dan berusaha untuk menyebarkan kebaikan serta menghindari fitnah. Media sosial, jika digunakan dengan benar dapat menjadi alat yang sangat kuat untuk berdakhwah, dengan majunya teknologi yang sangat pesat tak bisa dipungkiri bila menggunakan media sosial dengan benar memberikan alat yang kuat untuk melakukan hal hal positif seperti berdakwah dan menyebarkan nilai nilai islam yang positif.

Fenomena Penistaan Agama dan Kekerasan atas Nama Agama

Penistaan agama dan kekerasan atas nama agama adalah fenomena yang tidak bisa kita abaikan, terutama di era digital ini. Media sosial sering menjadi medium Dimana Tindakan penistaan agama menyebar dengan cepat, memicu respon yang tidak jarang berujung pada kekerasan. Bagaimana islam memandang fenomena itu?

Islam memandang penistaan agama sebagai Tindakan yang sangat serius. Namun dengan tanggapan terhadap penistaan agama harus dilakukan dengan bijak dan sesuai dengan prinsip prinsip Islam.

Dalam Al-Quran Surah An-Nahl ayat 125 Islam memberikan panduan bagaimana seharusnya umat islam merespon provokasi

"serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan  hikmah dan Pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalannya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk"

Tentu ayat ini merujuk pentingnya pendekatan yang bijaksana dan etis dalam merespon penista agama. Islam tidak pernah mengajarkan umatnya melakukan kekerasan dalam mengambil suatu Tindakan terlebih dalam kasus pensitaan agama, allah sangat melarang keras. Kekerasan atas nama agama tidak hanya bertentangan dengan ajaran Islam, tetapi juga merusak citra Islam dimata dunia.

Perspektif Kajian Islam

Dalam perspektif islam, fenomena penistaan agama dan kekerasan atas nama agama harus dianalisis dengan mandalam, poin-poin penting yang dapat menjadi fokus untuk menganalisis masalah ini

Pendidikan Agama yang Mendalam, Umat Islam harus dibekali dengan pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam, termasuk prinsip komunikasi yang diajarkan dalam Al-Quran. Pendidikan agama yang komperhensif akan membantu mengurangi Tindakan yang merugikan dan menyesatkan. Pemahaman yang mendalam tentang Islam juga akan membantu umat Islam untuk merespon penistaan agama dengan cara yang bijaksana dan damai. Pendidikan yang baik akan memberikan mereka alat untuk berdiskusi secara konstruktif.

Etika dalam Komunikasi memiliki prinsip yang harus di terapkan di semua aspek kehidupan termasuk Media Sosial. Penggunaan media sosial harus menyadari tanggung jawab untuk menyebarkan informasi dan menjaga harmoni sosial.

Etika komunikasi mencakup kejujuran, kesopanan, dan rasa hormat terhadap orang lain. Dalam konteks Media Sosial ini berarti menghindari penyebaran fitnah,berita palsu dan konten yang merendahkan.

KESIMPULAN

Komunikasi dalam perspektif Islam, sebagaimana di ajarkan dalam Al-Quran menekankan prinsip prinsip etika, kejujuran dan kebaikan. Di era media sosial, tantangan dalam menerapkan prinsip prinsip ini semakin besar, terutama dengan adanya fenomena penistaan agama dan kekerasan atas nama agama. Dalam perspektif kajian islam, Pendidikan agama yang mendalam, penerapan etika komunikasi, penegakan hukum yang adil, dialog antaragama dan peran aktif pemimpin adalah kunci untuk mengatasi tantangan ini. Dengan demikian, umat Islam dapat berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai, sesuai dengan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun