Mohon tunggu...
anaseptiani
anaseptiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menulis dan membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kesetaraan Gender di Keluarga: Jalan Menuju Kebahagiaan Bersama

10 Desember 2024   14:18 Diperbarui: 10 Desember 2024   14:18 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah kesetaraan gender menjadi topik hangat yang selalu dibahas masyarakat baik secara global maupun nasional. Gerakan dan perjuangan dalam mewujudkan kesetaraan gender tidak hanya terpaku pada kesetaraan status dan hak antara laki-laki dan perempuan, melainkan juga kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan seperti kehidupan keluarga, masyarakat, dan juga pemerintahan. Meskipun isu kesetaraan gender telah lama dibahas, namun faktanya banyak orang yang salah paham dengan konsep kesetaraan gender tersebut (Nurrahman, 2022).

Gender mengacu pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal peran, fungi, hak, perilaku dan tanggung jawab. Perbedaan ini sebenarnya lebih dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial, budaya, dan adat istiadat yang berkembang dalam suatu masyarakat yang bisa berubah dengan seiring waktu. Jadi, bisa dibilang gender adalah suatu kontruksi sosial yang menentukan perbedaan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan (A et al., 2023).

Kesetaraan gender adalah keadaan ketika laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan dan hak yang sama sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial masyarakat secara umum (Bangun, Nurrahman, 2022). Kesetaraan gender seharusnya tidak hanya diterapkan dalam kehidupan sosial masyarakat, tetapi juga dalam kehidupan berkeluarga.

Menurut islam, perempuan memiliki hak yang setara dengan laki-laki, selama tidak melanggar martabat dan kewajiban mereka. Islam menolak diskriminasi gender dan mendorong perempuan untuk berpartisipasi dalam berbagai bidang politik, pendidikan, dan ekonomi. Laki-laki dan perempuan saling melengkapi dan harus setara sebagai makhluk Allah yang memiliki peran penting di masyarakat.

Kesetaraan gender dalam keluarga sangat penting agar tidak terjadi ketidakadilan yang bisa mempengaruhi hubungan antara anggota keluarga. Jika kesetaraan gender diterapkan dengan baik dalam keluarga, akan menjadi tempat yang lebih adil dan sehat bagi anggotanya.

Perempuan yang sudah menikah dan bekerja sering kali menjalankan peran ganda. Mereka tidak hanya berperan sebagai istri dan ibu yang bertanggung jawab atas keluarga, tapi juga sebagai pencari nafkah. Tanggung jawab perempuan sekarang ini bukan hanya dirumah saja, seperti yang biasa kita lihat di peran traditional, tapi juga merambah ke dunia publik.

Dalam keluarga dimana istri bekerja, peran suami juga mengalami perubahan karena adanya pembagian tugas dalam rumah tangga. Namun, meskipun banyak istri yang mengambil peran ganda, seringkali suami enggan membantu dalam urusan rumah tangga. Mereka cenderung tetap berpegang pada harapan masyarakat, yaitu sebagai pencari nafkah utama.

Suami memiliki tanggung jawab untuk merawat anak-anak, sama halnya dengan istri. Dengan kata lain, menjaga anak bukan hanya sebagai tugas istri, tetapi juga suami. Dalam hukum islam perempuan diperbolehkan untuk bekerja, namun mereka perlu mendapatkan izin dari suami, dengan itu menunjukkan bahwa pria memiliki tanggung jawab dalam mengelola dan memimpin keluarga. Kedudukan laki-laki dan perempuan di hadapan Allah adalah setara. Meskipun dalam beberapa aspek tanggung jawab mereka berbeda.

Pola relasi gender yang harmonis harus dilakukan dengan merencanakan dan melaksanakan manajemen sember daya keluarga, sehingga anggota keluarga mempunyai pembagian peran dalam berbagai aktivitas (domestik, publik, dan kemasyarakatan) dalam rangka menjembatani permasalahan dan harapan di masa depan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga (sosial, ekonomi, psikologi, dan spiritual) yang berkeadilan dan kesetaraan gender.

Para pakar gender sepakat bahwa peluang untuk meraih prestasi dan mengembangkan diri tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Islam telah memberikan ketegasan bahwa prestasi individu, baik dalam bidang spiritual maupun urusan karir profesional tidak mesti dimonopoli oleh salah satu jenis kelamin saja. Namun kenyataannya di tengah masyarakat konsep ideal ini membutuhkan tahapan dan sosialisasi, karena masih terdapat sejumlah kendala terutama kendala budaya yang sulit dihilangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun