Mohon tunggu...
Senia Ana Wijayati
Senia Ana Wijayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran

Halo!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jojon: Mengenang Sang Pelawak Legendaris Indonesia

26 Juni 2024   23:21 Diperbarui: 26 Juni 2024   23:31 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang pelawak yang selalu memakai baju motif garis-garis dan bretel, bajunya dimasukkan ke dalam, celana komprang yang dinaikkan sampai ke perut, kumis ala Charlie Chaplin, dan sifat planga plongo yang sudah menjadi khasnya. Kira-kira siapa yang pertama kali terbesit oleh teman-teman saat mendengar ciri-ciri itu?

Ya, betul sekali. Ia adalah Djuhri Masdjan atau yang lebih dikenal orang-orang sebagai "Jojon". Mungkin diantara Generasi Z ini ada yang tahu siapa itu Jojon, tetapi juga mungkin masih banyak yang tidak tahu siapa itu Jojon dan bagaimana eksistensinya dulu di dunia hiburan Indonesia.

Siapa itu Jojon?

Jojon lahir pada tanggal 5 Juni 1947 di Karawang, Jawa Barat. Pada tahun 70-an ia mengawali karir di dunia hiburannya dengan grup lawak "Jayakarta Group" bersama rekannya yaitu U'uk, Esther, dan Cahyono. Jayakarta Group kerap tampil di berbagai acara TV di stasiun TVRI, salah satunya adalah acara Aneka Ria Nusantara. Di sinilah Jojon dan Jayakarta Group mulai terkenal dan menjadi grup lawak paling fenomenal pada masanya. Walaupun sebelumnya sudah ada pelawak legendaris seperti Bagio Cs, Kwartet Jaya, Benyamin Sueb, dan Warkop DKI, tetapi Jayakarta Group ini mampu bertahan bahkan namanya menjadi semakin bersinar karena potensi yang dimiliki oleh masing-masing personilnya.

Pada tahun 90-an Jojon keluar dari Jayakarta Group dan memilih untuk bersolo karir. Di saat pelawak-pelawak seangkatannya sudah banyak yang tidak lagi eksis di dunia hiburan baik karena masalah Kesehatan ataupun karena sudah tidak diminati lagi. Berbeda dengan Jojon yang masih bertahan dan tetap eksis di dunia hiburan, menjadi lebih sering tampil di acara-acara TV seperti acara lawak, variety show, dan acara sahur selama bulan Ramadhan. Jojon juga kerap berkolaborasi dengan pelawak lain seperti Eko Patrio, Parto, Bolot, Malih, Mandra, dan lain sebagainya.

Jojon sering dipanggil menjadi Bintang tamu dalam acara ragam Opera Van Java (OVJ) yang diisi oleh Parto, Sule, Andre, Nunung dan Azis. Selain menjadi pelawak, Jojon juga menjadi seorang aktor. Ia membintangi beberapa film, diantaranya adalah:

1980: "Tiga dara Mencari Cinta"

1981: "Apa Ini Apa Itu" dan "Okey Boss"

1983: "Barang Antik"

2008: "Setannya Kok Beneran?" dan "Doa yang Mengancam"

2009: "Mau Dong Ah"

2011: "Badai di Ujung Negeri"

Ia juga membintangi sinetron SCTV "Emak Ijah Pengen K Mekkah" yang tayang pada tahun 2013 sebagai Haji Soleh.

Jojon ini merupakan pelawak yang serba bisa, karena ia juga mengepakan sayap karirnya di dunia tarik suara. Ia menjadi seorang penyanyi pop sunda. Lagu-lagu yang ia nyanyikan itu tidak jauh-jauh maknanya dari hubungan manusia dengan Tuhannya dan tentang percintaan. Walaupun image yang dibawa oleh Jojon adalah ia sebagai seorang yang bolon, tetapi sebenarnya ia adalah seorang yang pintar apalagi terhadap ilmu agamanya melihat dari latar belakang pendidikannya yang pernah mengenyam Pendidikan di Pondok pesantren Wanaraja.

Lagu-lagu yang ia nyanyikan diantaranya adalah:

Pamali, Si Tole, Karunya, Tahu Sumedang, Hayam Pelung, Muji Syukur, Terminal Leuwi Panjang, Katumbiri, dan masih banyak lagi.

Atas kehendak Allah, di usianya yang menginjak 66 tahun ia meninggal dunia karena sakit serangan jantung. Jojon meninggal di Rumah Sakit Ramsey Premier pada tanggal 6 Maret 2014 dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Kebon Pedes Bogor.

Perginya sang pelawak legendaris itu meninggalkan duka yang sangat mendalam bagi keluarga, rekan, penikmat karyanya bahkan dunia hiburan tanah air. Jojon meninggalkan kenangan yang sangat berharga untuk pelawak lain, karena Jojon ini dikenal sebagai sosok yang sangat baik hati, kebapak-an, disenangi oleh orang-orang yang pernah bekerja bersamanya.

Sebuah Kenangan dengan Jojon

Saat itu aku berusia 4 tahun, subuh-subuh aku dibangunkan oleh mama lalu bersiap untuk ikut bersama bapak. Ngantuk dan dingin. Itu yang aku rasakan ketika pergi meninggalkan rumah. Aku tidak tahu, sebenarnya akan pergi ke mana aku dan bapak hari itu. Setelah melewati perjalanan yang cukup jauh, aku melihat banyak sekali orang di tempat itu. Banyak bapak-bapak yang sibuk kesana kesini, seperti sedang menyiapkan sesuatu.

Aku diajak bapak untuk berkenalan dan menyapa teman-temannya, tetapi ada satu orang yang membuat aku merasa takut dan memilih untuk bersembunyi di balik pintu agar tidak bertemu tapi percuma saja, karena beliau tetap menghampiriku dan mengajak aku untuk bercanda.

Saat sedang jalan melihat sekitar, aku melihat ada seorang yang kelihatannya sudah cukup tua sedang duduk dan dirapikan penampilannya, kemudian tidak lama dari situ beliau duduk di atas batu besar dan anak-anak yang ada di situ dipanggil untuk berkumpul mengelilingi beliau. Aku merasa sedikit shock karena tiba-tiba disuruh berkumpul padahal anak-anak yang ada di sana pun tidak ku kenal. Bapak mencoba memberitahuku "Itu sen, kesana, gapapa kok kan ada bapak di sini ngeliatin", tapi aku tetap tidak mau dan sedikit tantrum di sana mungkin karena belum beradaptasi dengan sekitar. Orang-orang yang ada di tempat juga berusaha membujuk aku untuk bergabung, bahkan orang tua yang tadi duduk pun memanggilku untuk bergabung dengan senyum ramah dan tutur kata nya yang sangat lembut. Iya, betul. Sosok orang tua yang aku lihat itu adalah Jojon.

Ternyata bapak mengajak aku untuk pergi ke lokasi syuting pembuatan video klip lagu Jojon yang berjudul "Pamali" dan "Si Tole".

Video klip
Video klip "Pamali" (Sumber: Youtube channel Mochamad Joereal)
Video klip
Video klip "Si Tole" (Sumber: Youtube channel Mochamad Joereal)

Saat sudah merasa nyaman berada di lokasi, aku pun mau untuk melakukan take terpisah bersama dengan beberapa anak perempuan yang aku yakin mereka lebih tua dariku. Namun, sekarang aku menyayangkan karena tidak ikut on-frame dalam take yang mengelilingi Jojon itu, ketika itu aku hanya melihat dari pinggir bagaimana proses pengambilan video dilakukan. Anak-anak itu terlihat sangat senang, mereka bercanda dan tertawa lepas bersama dengan Jojon.

Kemudian saat sudah besar, aku bertanya kepada bapak, "Kok bisa ada aku di video klip itu? Apa Jojon dan Bapak itu sebenernya berteman?", bapak bilang bahwa "Jojon itu dulu pernah milih lagu yang bapak ciptain yaitu lagu "Terminal Leuwi Panjang" untuk dia nyanyikan, jadi yaa bisa dibilang kami itu rekan kerja lah gitu". 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun