Mohon tunggu...
Anas Bukhori
Anas Bukhori Mohon Tunggu... Freelancer - Anak petani

Saya bergabung di sentral organisasi pemuda desa jawa barat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Mental dan Jiwa Merdeka bagi Generasi Milenial di Desa

18 Agustus 2019   22:32 Diperbarui: 18 Agustus 2019   22:43 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah narasi untuk gagasan besar

Merdesa sebuah kalimat yang memiliki dimensi pengertian yang berbeda beda, tentu menjadi sebuah keunikan tersendiri bagi kalangan yang menganut terminology tersebut. Sentral organisasi pemuda desa jawa barat misalnya, memiliki slogan mari bersatu, merdesa!, merdesakan!. Tidak lain tidak bukan mereka mendefinisikan bahwa jiwa merdeka pada pemuda, anak anak didesa belum terwujudkan. Sisa feodalisme masih mencengkram di sektor ekonomi maupun tendensi kebudayaan. Maka dengan itu merdeka menjadikan slogan merdesa, bukan saja untuk style perjuangan, namun itulah tabiatnya. Merdeka pada mereka adalah merdesa.

Bagi anak petani, mereka seharusnya menaikan derajat orang tuanya dari sendi manapun, tak ayal mereka dituntut untuk mencari kerja di industri yang memaksa dirinya untuk menerima upahan hanya untuk kehidupan sehari hari diperantauan. Orang tua menunggu didesa untuk hasil anaknya,nyatanya tidak sengitu yang diharapkan. Upah mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan diperantauan. Anak desa, yang hidup dikota hanya sebatas pindah kamar, dan mengikuti sirkulasi kerja pasar bebas serta industri yang mengalienasi dirinya dari alat produksi. Sekolah tingkat menengah menjadi senjata untuk bertarung di ibu kota. Ijazah hanya berlaku selama kontrak kerja berlangsung, diusia produktif mereka dipakai, diusia pernikahan ijaAh mereka tidak berlaku, dengan dalih pabrik menginginkan yang fresh graduents.

Dengan demikianlah Sentral organisasi pemuda desa hadir mencoba mencari jawaban atas persoalan yang rumit dari kebudayaan ekonomi didesa ini. Mengingat tahun 2014. Uu desa disahkan dengan sangat diharapkan bagi kalangan politisi dan aparat desa, namun hingga kini hanya beberapa persen khususnya dijawa barat yang mampu mengoperasionalkan uu desa dengan baik, dana desa yang di suplai oleh pemerintah pusat hanya menjadi nasi timbel bagi aparat desa dan kroni politiknya. Masyarakat desa hanya mendapat aspal dan batu krikil saja, itupun hanya pembangunan satu tahun sekali.

Bumdes hadir dengan dalih sebagai jawaban atas produksi desa yang tidak terorganisir. Bumdes menjadi prioritas dana desa dari peraturan menteri 2017. Hanya beberapa yang beroperasi, dan semua raib ditangan aparat desa. Masyarakat tetap saja bekerja mandiri untuk penghidupan keluarganya. Yang petani tetap rugi, yang kuli tetap begitu, pemuda tetap menganggur.

Karang taruna. Adalah gagasan besar dari kegiatan desa, ia lahir dari rezim orde baru untuk diharaokan mengakumulasi pemuda didesa agar aktif serta membangun desa di kalangan pemuda. Upayanya hanya hadir di momentum seperti avara hari kemerdekaan dan hari besar agama. Selain itu hanya sebatas ngopi dan bermain sepak bola. Dengan realitas yang ada karang taruna menjadi event organaizer yang pandai. Seperti bem dalam strural kampus.

Badan permusyawaratan desa menjadi dewan perwakilan rakyat tingkat desa. Pemilihannya berbed beda tiap desa, ada yang ditunjuk kepala desa, ada juga yang dipilih langsung oleh rakyat, adapula yang dipilh dalam perumusan Rw/RT. Kian hari kian tidak produktif, BpD hanya menajdi mitra kongsi regulasi dan budgeting tingkat desa. Tak ayal kemudian mereka menjadi basis utama dalam sisa feodalisme di desa.

kepala desa. Kurang nya sumber daya manusia ditingkat desa yang memiliki kapasitas dan berkompeten dalam melaksanakan amanat rakyat dan undang undang membuat kekacauan pembangunan. Sehingga menjadi tak heran apabila dana desa serta peraturan desa tidak singkron dengan pembangunan masyarakat didesanya. Otoriter menjadi sifat dasar dari kebijakan kepala desa. Minim pengetahuan menjadi isu yang memang fakta, dan masih banyak lagi persoalan kapasitas yang harus di benahi dan diatur

Dengan demikian hadirnya sentral organisasi pemuda desa jawa barat untuk membenahi persoalan yang rumit ini. Ia mengagas tiga sektor ril dalam kehiduapan berbangsa dan bernagara untuk dilaksanakan.

Pertama yakni ekonomi, memegang prinsip gotong royong serta menghindari pasar bebas supaya produksi dari desa mampu menjadi komoditas yang terus diserap oleh kota lain maupun desa lain.

Kedua yakni sosial dan pendidikan.dalam kondisi ini tentunya sebagai alternatif pemuda didesa untuk serta memahami dan mengerti cara kerja uu desa dan permendesa dengan tujuan mampu menjadi basis intelektual organik dalam membangun desa nya. Ketiga yakni kesadaran politik, pada tahap akhirnya pemuda didesa mampu dengan sendirinya memahami kontekz dan kondisi bangsa dari desanya untuk bisa membangun jaringan dan mengupayakan dapat berkontribusi aktif pada pembanguan dan kesejahteraan rakyat desa.

Maka terminology merdesa adalah upaya penyelamatan kemandirian desa. Upaya kemerdekaan individu dan kelompok untuk memecahkan masalah ril yang tidak abstrak dihadapan kondisi realitas yang ada.

Anas bukhori

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun