Sudah satu jam aku memperhatikan Aldi. Ada banyak gambar ia selesaikan. Entah, ia tak sadar kedatanganku atau memang terlalu asyik dengan gambar hingga menyapa menjadi satu hal berat baginya. Aku diam saja. Toh biasanya dia cuek.
Sambil menunggu dia rampung dengan keasyikannya, aku terbawa pada kenanganku sendiri. Tepatnya, kenanganku bersama Aldi yang nyaris dua tahun sejak pertama aku mengenal dia. Seorang yang kadang lucu, kadang menakutkan, kadang alay, kadang berkharisma. Ah, diam-diam aku menyukainya.
“Hei, De”, Aldi memukulkan pinsil ke kakiku yang selonjor di belakangnya. “cieee, ngelamunin siapa nih?!”
“haish! kau”, cukup kaget. Tapi aku mencoba tenang, jangan sampai ia tahu bahwa aku diam-diam mengenang kebersamaan kami.
“kamu kan tukang komen. Komenin gambar-gambarku gih”, katanya sambil menyodorkan buku gambar A3.
Halaman pertama. Gambar mobil. “biasa,”, kataku singkat.
Lembar pertama kubuka. “gambar mobil lagi? Duh, bocah sekali kamu, Al!” aku meledek sedikit membentak.
Lembar kedua kubuka. “wih, ini apik!”, kataku saat melihat satu desain topi tergambar di sana.
[caption id="" align="alignnone" width="456" caption="http://www.mde-art.com/art-blog/drawing-painting-of-a-fedora-hat-in-memory-of-michael-jackson/"][/caption]
Lembar ketiga kubuka. “ini lebih bagus. Tapi kenapa topi lagi?”, tanyaku pada Aldi.
Dan dia hanya menjawab, “lanjutin dulu…”