Mohon tunggu...
Anas AbdulKadir
Anas AbdulKadir Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Hobi Ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia Dalam Karung

11 Juli 2022   18:05 Diperbarui: 11 Juli 2022   18:06 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita biasa mendengar 'Kucing Dalam Karung', saya buat istilah sendiri: 'Manusia dalam Karung'. Tidak ada yang unik dari istilah itu, kalau pun sudah ada sebelumnya, saya kasih tafsir yang akan beda.

Meminjam istilah Rocky Gerung kalau belum ada di KBBI, saya buat istilah sendiri biar dimasukkan dalam KBBI. Keren bukan?

Bulan depan, tepatnya 17 Agustus 2022 , Indonesia memasuki usia yang ke-77. Berbagai event tentu saja di buat, dari pemerintah, organisasi laba, organisasi sosial atau nirlaba bahkan perseorangan. Salah satunya yang tidak asing di penglihatan anak tahun 90-an ialah balap karung.

Balapan unik, bisa jadi hanya di Indonesia yang memiliki kebudayaan itu. Selain, menghibur balap karung tidak banyak perlu banyak latihan, toh munculnya setahun sekali atau mendekati 17 Agustus.

Apalagi jika sudah ibu-ibu muda yang ikut, riuh penonton tak ada habisnya. Anaknya teriak, apalagi pendukungnya tidak ada jeda menyorakki.

Saya tidak tahu, mengapa orang suka nonton balapan dengan menggunakan karung. Padahal ada balapan lain yang lebih seru.

"Entahlah".

Di bilang hobby juga bukan harian, mau dikata event kejuaraan juga belum saya temukan kalendernya, selain agenda 17-an.

Ikut adu kecepatan dalam balap karung memang tidak mudah, selain butuh keseimbangan juga butuh kekuatan fisik. Dikarenakan kaki pembalap terbungkus dan terbatas, salah lompat bisa  jatuh. Namanya balap karung yang mengendalikan tentu saja pembalapnya. Bukan pemilik karung.

Berbeda dengan manusia dalam karung, kehidupanya selalu dalam karung, isinya mau ditambah apapun tergantung dari pemilik karung. Bisa dicampur sampah, emas, permata, belian dan sebagainya. Semua bergantung dari pemiliknya.

Selain penglihatan terbatas, akhirnya makan dan minum di tempat yang sama. Tidak peduli apapun, terpenting dirinya aman dan tak dikeluarkan dari karungnya.

Mungkin ini tipikal penurut, dibanting pun dia nggak masalah, bahkan dijadikan umpan juga tidak jadi soal. Terpenting, kebutuhan terpenuhi.

Tanah Grogot, 11 Juli 2022
Penulis: Anas Abdul Kadir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun