Mohon tunggu...
Anas Wahaby
Anas Wahaby Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bravo

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Media Sosial sebagai Ruang Sosial Virtual

14 Desember 2024   22:50 Diperbarui: 15 Desember 2024   05:02 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstrak

Media sosial adalah ruang sosial virtual di mana individu, komunitas, dan institusi berinteraksi melalui teknologi digital. Media sosial melampaui wujud fisikal seperti aplikasi atau platform. Sebaliknya, ia merupakan fenomena yang mencakup dinamika sosial, budaya, dan politik. Media sosial berfungsi sebagai arena di mana struktur sosial dan agen individu berinteraksi secara intens. Ia membentuk norma baru, menyebarkan kekuasaan secara digital, serta mempengaruhi identitas, emosi, dan pola pikir.

Isi

Aspek mikro media sosial menghadirkan interaksi pada tingkat individu atau kelompok kecil. Di media sosial, simbol dan bahasa seperti emoji, hashtag, dan tren menjadi alat komunikasi utama. Misalnya, penggunaan hashtag seperti #FreePalestine, dimana hastag ini menciptakan solidaritas global secara kolektif di media sosial untuk membebaskan atau memerdekakan rakyat palestina dari penjajahan israel. Hal ini menunjukkan bagaimana individu atau suatu kelompok memanfaatkan simbol untuk menyuarakan pendapat. Interaksi ini dapat terjadi karena media sosial menyediakan ruang tanpa batas untuk mengekspresikan diri. Disisi lain, Media sosial juga menjadi sarana individu mengonstruksi identitas dan mengekspresikan emosi. Banyak pengguna media sosial menggunakan profil mereka untuk menampilkan versi ideal dari diri mereka sendiri, menciptakan "persona digital." Fenomena ini terjadi karena media sosial memberikan kontrol penuh atas narasi pribadi. Di lain hal, norma media sosial seperti budaya "like" atau "subscribe" menentukan perilaku pengguna. Peran seperti influencer, pembuat konten, atau pengikut menjadi bagian integral dari struktur mikro ini. Hal ini terjadi karena adanya algoritma yang mengatur visibilitas konten dan membentuk kebiasaan konsumsi digital.

Dalam skala makro, media sosial mempengaruhi institusi, proses global, dan struktur kekuasaan. Platform seperti Facebook, Twitter, dan Instagram bukan hanya perusahaan teknologi tetapi juga institusi global yang mengatur bagaimana informasi dan komunikasi berlangsung. Pengaruh ini terjadi karena media sosial memonopoli pendistribusian informasi dalam skala besar. Disini, media sosial juga menjadi arena penyebaran nilai-nilai budaya dan ideologi yang dominan. Kampanye politik, iklan, hingga aktivisme digital menggunakan media sosial untuk membentuk opini publik. Misalnya, penyebaran propaganda melalui akun media sosial  akan menciptakan persepsi tertentu tentang isu global. Disisi lain , peran media sosial tidak hanya sebagai penghubung antar individu dengan kelompok kecil tetapi juga mempengaruhi makro ekonomi melalui e-commerce dan pemasaran digital. Dalam politik, media sosial telah digunakan untuk memobilisasi massa, seperti dalam  The Arab Spring. Fenomena ini terjadi karena media sosial memiliki kemampuan untuk menjangkau audiens yang masif dalam waktu singkat.

Untuk mengintegrasikan aspek mikro dan makro yang ada pada media sosial, pendekatan yang relevan adalah menggunakan teori strukturasi Giddens. Dalam konteks media sosial, interaksi individu di media sosial (mikro) secara kolektif menciptakan pola-pola besar seperti tren global (makro). Sebaliknya, struktur makro seperti platform algoritma menghasilkan norma-norma yang mempengaruhi tindakan pengguna. Media sosial juga mewakili dualitas antara agen dan Struktur. Pengguna (agen) membentuk tren, tetapi platform (struktur) menentukan bagaimana tren tersebut disebarkan. Integrasi terjadi ketika individu memahami peran mereka dalam membentuk struktur sekaligus dipengaruhi olehnya. Disisi lain, Pendekatan Habitus dan Field juga memengaruhi pengguna media sosial. Habitus digital mencakup kebiasaan pengguna media sosial seperti scrolling atau like, sedangkan field adalah platform itu sendiri. Integrasi terjadi ketika pengguna menyadari bagaimana kebiasaan mereka membentuk budaya digital secara keseluruhan. Dengan memadukan analisis mikro dan makro, kita dapat memahami media sosial sebagai fenomena yang kompleks, sekaligus menjelaskan bagaimana ruang virtual ini mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tindakan individu serta dinamika global.

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/16999/Peran-Media-Sosial-Dalam-Membangun-Citra-Positif-Organisasi.html
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/16999/Peran-Media-Sosial-Dalam-Membangun-Citra-Positif-Organisasi.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun