Mohon tunggu...
Taufiq Anas
Taufiq Anas Mohon Tunggu... Insinyur - Pria biasa yang dibesarkan lingkungan sosial, politik, ekonomi dan musik Pantura

Bekerja secukupnya, menikmati hidup selebihnya

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Jangan Pernah Berhenti Belajar

26 Juli 2014   14:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:07 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai generasi yang paling diharapkan, anak muda adalah golongan yang mempunyai energi dan dan pemikiran yang masih segar. Pemikiran itulah yang diharapkan oleh banyak orang agar peradaban yang dicita-citakan oleh bapak ibu dan kakek nenek kita dapat terwujudkan. Sudah dibuktikan oleh zaman bahwa masa mudalah yang dapat memberikan perubahan signifikan bagi lingkungan hingga bangsanya. Tidak jarang ide tersebut meletup-letup bak kawah panas gunung merapi yang ingin memuntahkan lavanya. Namun, semua itu hanya akan menjadi omong kosong bahkan menjadi celaan jika tidak dibekali dengan ilmu dan pengalaman yang memadai. Oleh karena itu, dengan lantang saya berikrar bahwa saya akan belajar dan terus belajar dimanapun dan kepada siapapun. Mengutip wejangan sahabat Ali ra. bahwa yang bisa dibanggakan dari pemuda hanyalah ilmunya karena pemuda yang tidak mempunyai bekal ilmu tidak mempunyai arti apa-apa.

Saya akan menyitir beberapa paragraf dari novel edensor karya Andrea Hirata yang sangat menginspirasi perjuangan saya untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya.

Sejak kecil aku harus bekerja keras demi pendidikan, mengorbankan segalanya. Harapan yang diembuskan besiswa itu membuatku terpukau. Aku sadar bahwa apa yang aku alami selama ini bukanlah aku sebagai diriku. Beasiswa itu menawarkan semacam turning point: titik belok bagi hidupku, sebuah kesempatan yang mungkin didapat orang yang selalu mencari dirinya sendiri. Aku telah tertempa untuk mengejar pendidikan apapun taruhannya.

Aku memutuskan keluar dari pekerjaan di kantor pos yang telah menggiringku ke kutub moderat. Semakin lama semakin berkurang tantangannya. Pekerjaan itu tidak memberiku kelimpahan, tapi memberi keamanan finansial dan kehidupan yang itu-itu saja, demikian gampang diramalkan kesudahannya. Aku terjamin secara sederhana terlindung oleh sistem, stabil secara psikologis, mapan secara sosial, dan semua itu membuatku bosa. Aku seperti tupai yang sibuk mengendong pinangnya, kura-kura yang mengerut kedalam tamengnya, atau siput yang sembunyi dibalik cangkangnya.

Aku ingin hidup mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesuliatan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar kearah yang mengejutkan. Aku ingin ke tempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-oarang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin, dan menciut dicengkeram dingin. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penklukan. Aku ingin hidup! Ingin merasakan sari pati hidup!

Maksud saya mengambil judul di atas adalah ajakan saya untuk diri saya dan kita semua mari bersama-sama belajar, belajar memaknai hidup, belajar mengoreksi dan menrtewakan diri sendiri, belajar menjadi manusia dalam fitrahnya. Jangan sampai tertipu dengan lalu lalang dan hiruk pikuknya kehidupan. Hidup ini memang penuh misteri, kadang kita bahagia, nyaman, tertawa, penuh cinta, dan seketika tiba-tiba menangis, menyesal, dan penuh benci. Karena kita belum tahu apa yang harus kita harapkan dan gapai. Di titik itulah hakekatnya tujuan kita terlihat yang menampakkan dirinya dengan anugrah, yang tampak dengan amarah, yang tampak dengan gairah. Jangan berhenti, teruslah cari tujuan yang hakiki dalam hidup ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun