Mohon tunggu...
Yuda Arimbawa
Yuda Arimbawa Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Masih dalam proses belajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Logo IKN: Sekilas Tentang Pohon Hayat dan Kisah Pemutaran Mandara Giri

3 Juni 2023   06:00 Diperbarui: 3 Juni 2023   06:54 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Ibu Kota Nusantara (IKN), sumber gambar: harapanrakyat.com

Presiden Joko Widodo secara sah telah menunjuk logo Ibu Kota Nusantara (IKN) pada 30 Mei 2023 lalu. Logo yang terpilih adalah logo pohon Hayat karya Aulia Akbar, seorang desain grafis dari Bandung, Jawa Barat. Dalam pandangan Bapak Jokowi dikutip dari Kompas.com, logo tersebut mencerminkan semangat pembangunan IKN sebagai bangsa besar serta menggugah masyarakat untuk menjaga alam, lingkungan dan ekosistem.

Apa itu Pohon Hayat?

Pohon Hayat juga dikenal dengan sebutan Kalpataru. Dalam dunia sains, pohon Hayat merupakan tanaman yang berasal dari keluarga Moraceae dan Genus Ficus. Tanaman ini diberi nama ilmiah Ficus religiosa.

Kalpataru berasal dari kata "kalp" dan "taru". Kata "kalp" berarti ingin atau keinginan, sedangkan kata "taru" berarti pohon. Jadi, Kalpataru diartikan sebagai pohon yang dapat mengabulkan segala keinginan.

Dalam agama Buddha, Kalpataru disebut juga sebagai pohon Bodhi. Pohon yang meneduhkan Pangeran Siddharta Gautama saat melakukan semadi dan menjadi saksi atas pengetahuan agama Buddha. Sehingga, pohon ini diartikan sebagai sebuah pencerahan.

Kemudian dalam mitologi agama Hindu, Kalpataru mencerminkan suatu tatanan lingkungan yang harmonis dan seimbang, serta merupakan tatanan yang menggambarkan keserasian beberapa elemen seperti hutan, tanah, air, udara dan berbagai makhluk hidup lainnya.

Kalpataru dalam Cerita Pemutaran Mandara Giri

Proses pemutaran Mandara Giri, sumber gambar: https://shuddhsanatan.org/anant-chaturdashi/
Proses pemutaran Mandara Giri, sumber gambar: https://shuddhsanatan.org/anant-chaturdashi/

Berawal dari kisah pengadukan lautan kosmik atau lautan Ksera (Kserasegara). Pada saat itu diceritakan para Dewa dan Asura (Raksasa) melakukan pertemuan untuk mendapatkan Tirta Amerta, yaitu air suci kehidupan yang dapat membuat keabadian bagi peminumnya.

Para Dewa dan Asura mendengar sabda Sang Hyang Narayana (Wisnu) untuk mendapatkan Tirta Amerta, mereka harus mengaduk secara bersama lautan Ksera tersebut. Kemudian, berangkatlah mereka bersama-sama.

Di suatu pulau bernama Sangka Dwipa (Pulau Sangka) terdapat sebuah gunung bernama gunung Mandara (Mandara Giri). Gunung itu kemudian dicabut beserta isinya oleh Sang Anantaboga dan di dijatuhkan di dalam lautan setelah mendapat izin dari Dewa Samudera.

Di bawah gunung terdapat kura-kura raksasa bernama Akupa. Akupa ditugaskan menopang gunung Mandara agar tidak tenggelam dalam lautan. Kemudian, Sang Basukih melilit gunung Mandara dan badannya membentang seperti tali. Dewa Indra pun turut menduduki gunung tersebut agar gunung tidak melambung ke atas.

Pengadukan lautan pun dimulai. Para Dewa dengan memegang ekor Sang Basukih dan para Asura memegang kepala Sang Basukih sehingga para Asura sesekali merasa kepanasan akibat semburan api dari Sang Basukih. Dewa Indra dengan kekuatannya memanggil hujan untuk meneduhkan para Asura.

Di saat pengadukan itu, racun dari segala racun muncul dari lautan. Racun ini sangat berbahaya dan dapat membunuh segala makhluk hidup. Racun itu bernama Halahala. Namun, dengan sigap Dewa Siwa meminum racun itu agar tidak menyebar ke seluruh jagat raya. Maka dari itu, ia meminumnya dan mengubah tenggorokannya menjadi berwarna biru menyala. Disebutlah ia sebagai Nilakantha.

Setelah itu hasil dari pengadukan laut Ksera tersebut muncul. Bukan hanya Tirta Amerta, namun juga hasil yang lain, di antaranya:

  • Sura merupakan dewi yang menciptakan minuman anggur;
  • Apsara adalah kaum bidadari kahyangan;
  • Kostuba adalah permata yang paling berharga di dunia
  • Uccaihsrawa adalah kuda dari para dewa;
  • Kalpawreksa adalah pohon yang dapat mengabulkan segala keinginan;
  • Kamadhenu adalah sapi pertama dan ibu dari segala sapi;
  • Airawata merupakan kendaraan dari Dewa Indra;
  • Laksmi merupakan dewi keberuntungan dan kemakmuran yang tak lain sakti dari Dewa Wisnu.

Tirta Amerta kemudian diperoleh dan diberikan kepada para Dewa, sehingga para Dewa memperoleh keabadian. Berbeda dengan para Asura yang tidak mendapat bagian dari Tirta Amerta.

Dari kisah tersebut, Kalpataru atau Kalpawreksa merupakan salah satu hasil dari para dewa dan asura untuk mendapatkan Tirta Amerta. Para dewa melambangkan kebaikan dan para asura melambangkan keburukan. Oleh karena itu, Kalpataru dikaitkan dengan simbolis kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun