Mohon tunggu...
anarodhotul
anarodhotul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Menemukan Harapan di Tengah Keterbatasan

26 Desember 2024   01:05 Diperbarui: 26 Desember 2024   07:25 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wahyu Sofkhiana Lestari penjual wingko babat di Malioboro (sumber: dokumentasi sendiri)

Yogyakarta-Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Dalam kehidupan ini, suka dan duka selalu dihadapi bersama. Begitulah yang dilakukan oleh pasangan suami istri, Rohmad Setiawan (31 tahun) dan Wahyu Sofkhiana Lestari (32 tahun), yang mempunyai semangat untuk menghidupi kedua anaknya dengan keterbatasan fisik. Walaupun dengan kekurangan yang di alami, mereka memiliki semangat berjuang yang besar untuk bertahan hidup. Sofi dan Rohmad adalah penjual wingko babat di daerah Malioboro.

Dimulai pada tahun 2019, Sofi mengatakan ia memulai berjualan setelah sang suami baru saja selesai kontrak kerja, mereka memutuskan untuk memulai usaha bersama. Meski awalnya menghadapi tantangan besar tanpa modal yang cukup, mereka berdua bertekad untuk terus maju. "Dulu saya sempat mencoba berjualan brownies, serabi dan terang bulan di pasar tradisional sebelum ke Malioboro. Merasa jajanan tersebut tidak bertahan lama dan sulit untuk dijual kembali. Terutama ketika jajanan tradisional tersebut tidak habis dalam satu hari, maka rasanya bisa berubah. Akhirnya saya dan suami beralih ke wingko babat yang paling cocok sampai saat ini," ujar Wahyu Sofkhiana Lestari penjual wingko babat.

"Wingko babat memiliki daya tahan yang lebih lama dibandingkan dengan jajanan lainnya, sehingga bisa disimpan dalam waktu yang cukup lama tanpa mengurangi rasa enaknya. Oleh karena itu, wingko babat menjadi pilihan yang tepat bagi saya dan suami untuk berjualan.  Seiring dengan berjalannya waktu pengirimannya kini juga sudah sampai ke Taiwan, Jepang, Hongkong, dan Malaysia," jelas Sofi.

Setiap pagi pukul 08.00 WIB, di tengah keramaian dan hiruk-pikuk Malioboro, Sofi dan Rohmad memulai perjuangan mereka. Dengan menggunakan kursi roda yang didorong oleh suaminya. Sofi membawa 10-15 pack wingko babat setiap harinya untuk dijual. Walupun terkadang hanya membawa 5 pack akibat cuaca yang buruk, tidak menghalangi mereka untuk mencari nafkah. Meskipun begitu semangat mereka tak pernah pudar untuk selalu berusaha, bertahan dan berjuang di tengah keterbatasan. Awalnya, tentu saja mereka menghadapi banyak kesulitan, mulai dari kurangnya modal, keterbatasan fisik, hingga persaingan yang ketat. Namun, seriring berproses mereka mulai menemukan cara untuk bertahan.

Dengan adanya perkembangan teknologi yang pesat, Sofi juga mulai memanfaatkan sosial media untuk mempromosikan usaha mereka dan memperluas jangkauan pelanggan. "Saya merasa bahwa penjualan saat ini berbeda dengan sebelumnya, sehingga saya memanfaatkan media sosial untuk meningkatkan penjualan. Sekarang tidak hanya orang yang datang ke Malioboro saja yang bisa membeli wingko, tetapi juga bisa memesan secara online lewat akun Tiktok, Instagram, ataupun WhatsApp saya. Jadi kita bisa COD ataupun dikirimkan langsung ke alamat pembeli," ujar Sofi. Berkat usaha yang gigih, penjualan wingko babat mereka semakin berkembang, bahkan hingga ke luar negeri.

Sofi juga aktif dalam membuat konten di akun-akun media sosial seperti TikTok, Instagram, Facebook, bahkan YouTube, untuk berbagi pengalaman sehari-harinya sebagai pedagang di Malioboro. Konten-konten tersebut tidak hanya memperkenalkan produknya, tetapi juga memberikan wawasan tentang kehidupan seorang pedagang kecil yang bekerja keras.

Namun, tidak hanya fokus pada usahanya sendiri, Sofi dan Rohmad juga menunjukkan kepedulian yang besar terhadap sesama pedagang kecil. Ia sering membantu pedagang lain dengan membeli produk mereka. "Ketika kita saling bantu, rezeki juga akan mengalir dengan lancar. Saya dan istri percaya bahwa rezeki telah diatur oleh yang Maha Kuasa," ujar Rohmad. Prinsip saling membantu di antara sesama pedagang ini menunjukkan betapa pentingnya rasa kebersamaan dalam menjalani kehidupan. Mereka percaya bahwa dengan saling mendukung, rezeki akan datang dengan lebih lancar dan kehidupan akan lebih bermakna.

Suka duka, pahit dan manis kehidupan, telah banyak dilalui oleh pasangan ini. Meski mereka menghadapi banyak cobaan, seperti keterbatasan fisik yang mereka miliki, hal itu tidak membuat mereka merasa kecewa atau putus asa. Justru dengan segala kekurangan itu, mereka merasa semakin semangat untuk berjuang. Keterbatasan fisik yang mereka alami tidak menjadi penghalang, tetapi malah menjadi pendorong untuk lebih gigih dan lebih kreatif dalam berusaha.

Selain itu, anak-anak mereka juga menjadi sumber motivasi utama bagi Sofi dan Rohmad. Setiap senyuman dan kebahagiaan anak-anak mereka menjadi pengingat untuk terus berjuang, meskipun terkadang situasi yang dihadapi sangat sulit. Kehadiran anak-anak memberi mereka harapan dan tujuan hidup yang lebih besar. Bagi Sofi dan Rohmad, keluarga adalah segalanya. Mereka bertekad untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka dan menjadikan mereka sebagai alasan untuk terus berjuang.

Kisah kehidupan Sofi dan Rohmad mengajarkan kita banyak hal. Bahwa hidup tidak selalu mudah, namun dengan tekad, semangat, dan kebersamaan, kita bisa menghadapinya. Mereka juga menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan. Dengan usaha yang keras, kreativitas, dan dukungan dari orang-orang terdekat, segala hal bisa terwujud. Semangat mereka untuk bertahan hidup dan memberikan yang terbaik bagi keluarga, meskipun dengan segala kekurangan, adalah contoh nyata bahwa dalam hidup, tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun