Mohon tunggu...
Ananto Pratikno
Ananto Pratikno Mohon Tunggu... wiraswasta -

Ananto Pratikno is a digital marketing person. Find me at AnantoDigital.com and FreshDigitalMarketer.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menunggu Kematian Kompas Cetak/Koran Kertas  

16 Januari 2016   16:37 Diperbarui: 16 Januari 2016   17:08 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antara 5 sampai 10 tahun ke depan atau antara tahun 2020-2025 akan banyak media cetak koran yang akan tutup setelah awal Januari 2016 Sinar Harapan pamit untuk menutup koran hariannya. Katakanlah media cetak yang dicetak di atas kertas semisal Media Indonesia, Suara Pembaruan, Jakarta Globe (ini udah tutup ya), Republika, Koran Sindo, Jawa Pos, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat dan koran-koran daerah lainnya dan yang paling fenomenal adalah kematian Harian KOMPAS tercinta ini yang saya nebeng ngeblog di Kompasiana.com ini. Jangan marah ya kompasku tercinta.. ini hanya prediksi yang bisa benar dan juga bisa betul..eee bisa juga salah. 

Alasannya apa sampai saya bisa buat prediksi seperti ini? Tak lain dan tak bukan adalah perubahan demografi penduduk Indonesia dan revolusi industri digital. Kedua fenomena ini adalah ini adalah sebuah keniscayaan, sebuah perubahan zaman yang tidak bisa dielakkan. Pertama kita bahas tentang perubahan demografi yaitu makin banyaknya Generation Y alias Gen C alias Generasi Millenials yang merupakan generasi kelahiran antara tahun 1979 sampai 2000 yang saat ini berumur antara 16-37 tahun yang merupakan 50% atau setengah dari penduduk Indonesia.

Ini adalah cermin middle class Indonesia yang sudah jarang sekali membaca koran kertas, 58% selalu online anytime anywhere dan jangan berharap mereka akan melihat iklan mataharimall.com dari koran kertas Kompas dkk atau iklan TV-nya, tetapi dari iklan adsense mataharimall.com yang ditebar kemana-mana lewat google adsense. Hanya 16% dari mereka yang membaca media cetak baik cetak atau majalah cetak dan angkanya terus menurun bisa-bisa dalam 5 tahun kedepan hanya 5% saja dari mereka yang membaca koran cetak. Jadi siap-siap media cetak tutup warung..

Tetapi ini belum terlalu mengharukan sekaligus mengerikan. Wah ada yang lebih mengerikan ya..iya yaitu Generation Z alias Generasi Pasca Millenials yang lahir antara tahun 2000 ke sini yang umurnya antara 5-14 tahun. Bayangkan mereka dalam 10 tahun ke depan kan umurnya jadi 15-24 tahun..tambah wassalam saja media cetak dan mungkin media TV free to air gratis. Datanya Bro mana…mana..Nih datanya hanya 5% sekarang mereka yang baca media cetak dan 42% yang internetan. Hanya 5% Bro/Sist, itupun mungkin numpang baca dari koran Kompas Papanya dan Tabloid Nova Mamanya. Kalo 10 tahun lagi bisa cuma 1 atau 2% saja yang masih baca media cetak lewat media kertas. Ini nih yang saya sebut dengan Menunggu Kematian Kompas Cetak di atas.

Masih ada sih berita baiknya yaitu Generation X yang kelahiran tahun 1977 ke bawah sono alias umur 38 tahun ke atas. Ini tingkat baca media cetaknya masih 18% tapi tingkat Onlinenya 20%. Tuh kan di Generasi X ini aja banyakan yang online-online daripada baca koran cetak. Ini sudah SOS. Brand yang tua hanya untuk orang tua. Young men and women do not want to use our parents brands. Emang ada anak ABG cewek atau Ibu Muda Cewek muslimah yang mau pakai brand Shafira atau Mama Dedeh Collection, kagak ada...eta mah brand emak saya. 

Sebab musabab kedua adalah Revolusi Industri Digital. Saya selalu bilang Go Digital or Die. If you do not adopt the digital tools, you die NOW enggak besok, matinya sekarang tahun ini hehehehe. because The Data said that everyone has been going digital…Indonesia is the second biggest facebook country. Smart phone dan langganan data sudah termasuk sembako. Harga smart phone menjadi murah alias banyak pilihan yang 500rebu bisa internetan, jumlah hp active di Indonesia 310 juta padahal penduduknya 260 juta, langganan data kalau 3G masih murah, 4G sih agak mahal, wifi gratis di mana-mana asalkan beli makanan atau minuman dulu dengan password makandulu atau minumdulu heheheh ini mah password wifi di cafe anak saya.

Semua-semua sekarang pakai apps..pesen ojek, pesen makan, pesen Ticket, beli hp, beli barang elektronik, beli baju muslim jilbab, kosmetik, pesen taxi, cari jodoh, denger musik, denger radio, baca koran online, baca majalah online, nonton TV online…konsumer berubah dari prosumer alias dialah yang menentukan kapan akan menggunakan media, kagak sudi lagi nungguin sebuah program atau informasi ditentukan oelh media owner, kapan saja bisa jadi prime time. Contoh dulu baca Koran Kompas Cetak kan pagi-pagian kan? hayyo ngaku yang udah tua..sekarang hahahaha jam 10 jam 11 pagi belum disentuh. Eeee kalau itu saya, mungkin teman2 masih baca di pagi hari.

Alkisah sebuah cerita beneran, dalam sebuah seminar tentang tantangan media kira-kira tahun 2002, seorang Marketing Director perusahaan Telekomunikasi ternama menyampaikan sebuah materi tentang dipisahkannya full service agency menjadi creative agency dan media specialist. Sang Marketing Director mengungkapkan repotnya meeting dengan 2 pihak yaitu agency creative dan agency media karena harus 2 kali kerja, namun yang membuat beliau risau adalah lamanya menunggu untuk bisa memasang iklan 1 halaman atau setengah halaman di media cetak nasional no 1 pada zaman itu yaitu Harian Kompas.

Beliau bercerita sambil bercanda bahwa harus pagi-pagi sekali sehabis shalat subuh harus sudah nongkrong di kantor Palmerah supaya bisa order masang iklan di halaman 3 atau 5 atau 7 yang merupakan halaman hot karena pembaca pasti akan langsung melihat. O iya kenapa sehabis subuh padahal Sang Marketing Director kan bule..ooooo rupanya beliau mualaf yang memang rajin shalat 5 waktu. Tapi itu dulu 15 tabun yang lalu kayak kemarin aja…semua berubah, iklan Kompas menjadi sedikit. Kalau oplahnya gimana Bro? aahh kalau itu saya nggak tau..kan rahasia percetakan. Dulu tahun 200-an Kompas pernah 600ribu eksemplar setiap hari. 

Zaman berganti, yang lama diganti yang baru. Yang tua diganti yang muda. Yang lemah diganti yang kuat. Dan yang terpenting yang tercepat mengalahkan yang lambat. Ada ungkapan setiap zaman puny pahlawan masing-masing. Nah di zaman millenials ini siap-siap saja terjadi pergantian radikal di dunia permediaan, khususnya dunia koran yang dicetak lewat kertas, berganti dengan dengan dunia digital, pake brand kertas atau prefer brand baru? 

Alhamdulillah kan ada Kompas.com, iya tapi ini masalah BRAND. Sekali lagi brand Kompas yang menua. Apakah Generasi Millenials dan Pasca Millenials membaca Kompas.com dan Detikcom? Jangan2 yang baca adalah 20% Generasi X yang usianya 38 than ke atas. Ini juga berlaku untuk media online besar kayak Detikcom, Viva.co.id, republika.co.id, suaramerdeka.com, pikiranrakyat.com dll. Ini medianya orang tua. Sorry itu media bapak saya, saya bacanya beda, nggak mau sama dengan bacaan bapak saya. Saya lebih suka media saya sendiri…medianya blog Raditya Dika, media onlinenya Trinity the Naked Traveler, medianya Mas Agustinus sang penjelajah itu, atau medianya Stand Up Comedy di Youtube nggak peduli itu KompasTV atau MetroTV tau Tv2 yang upload programnya di youtube. Sama ketika Bapak/Ibu nya mulai main facebook, maka anak2 muda ini kabur ninggalin facebook dan beralih ke instagram dan path. ketika bapak/ibunya mulai main WA/Tele/BBM, anak2 muda ini nggak mau sama dan mereka pake Line atau snapchat. 

Setiap segmen mempunyai media online dan media sosial sendiri. Maka menjadi tantangan bagi brand-brand media besar yang meng-online-kan diri untuk mencari cara bagaimana meng-attract audience muda. Nggak mudah dan penuh tantangan. Kita tunggu aja ya…5 sampai 10 thn media-media cetak pada tutup dan ngap-ngapan di dunia online.

 

Salam Tidur Pagi (Abis Salam shalat subuh baru mulai tidur pagi hehehe)

Ananto Pratikno @anantop

Seorang Generasi X (38thn keatas) punya asset digital di AnantoDigital.com dan SekolahinternetGlobal.com

pernah jadi eksekutif muda dulu waktu masih muda di Nielsen dan beberapa Advertising Agency di Jakarta.

 

 

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun