Mohon tunggu...
Ananto Nooraini Putro
Ananto Nooraini Putro Mohon Tunggu... Administrasi - Masih tahap belajar.

Bekerja di Fakultas Filsafat UGM

Selanjutnya

Tutup

Nature

Program Pengantin Nabung Pohon

8 Mei 2013   10:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:55 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa bulan yang lalu saya menghadiri undangan resepsi pernikahan salah seorang teman kerja. Uniknya, souvenir pernikahannya adalah sebuah tas yang berisi pohon kaktus kecil beserta potnya. Hal yang belum pernah saya temui pada resepsi - resepsi pernikahan sebelumnya. Biasanya, souvenir pernikahan adalah kipas, gelas kecil, gantungan kunci atau aksesori - aksesori kecil lainnya. Tapi ini kok kaktus, "kenapa ya?" gumam saya dalam hati. Mungkin tujuannya adalah agar kaktus tersebut ditanam, dirawat dan dijaga sampai tumbuh besar dan berkembang biak yang kelak dapat memperindah suasana atau menjadi pengingat momen pernikahan teman saya tersebut.

Belajar dari peristiwa tersebut kemudian saya menjadi mempunyai sebuah uneg - uneg. Bagaimana seandainya pemerintah mengeluarkan atau membuat program tentang menabung pohon yang diterapkan kepada warga yang hendak menikah. Sebagai contoh, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta misalnya. Mengeluarkan sebuah program yang diberi nama " Program Pengantin Nabung Pohon", yaitu bagi warga Yogyakarta yang hendak menikah maka harus menabung pohon sejumlah 5 - 10 pohon di lokasi yang telah ditentukan. Maka dari itu sebagai langkah awal dari realisasi program tersebut yaitu pemerintah DIY harus menentukan dimana lokasi lahan yang hendak dijadikan celengan ( tempat menabung ) pohon. Misalnya di kawasan lereng Gunung Merapi yang beberapa waktu silam terbakar akibat erupsi. Dipilih kawasan yang paling gundul kemudian diberi semacam pembatas wilayah. Supaya lebih mengena maka diberi nama "Hutan Pengantin". Sebab tujuan dari Program Pengantin Nabung Pohon adalah penghutanan kembali lahan yang gundul.

Mekanisme pelaksanaan atau penerapan program tersebut yaitu dengan mensosialisasikan dan menginformasikan terlebih dahulu program tersebut kepada masyarakat melalui media elektronik dan cetak. Bisa juga melalui pengarahan - pengarahan kepada para pamong dan kepala desa supaya selanjutnya dapat diteruskan kepada warganya. Setelah itu baru kemudian mulai diterapkan program tersebut. Yaitu bila ada warga yang hendak mengurus kelengkapan surat - surat dan segala administrasinya guna melangsungkan pernikahan, maka pihak KUA memberitahukan bahwa sebagai syarat yang terakhir adalah menabung pohon terlebih dahulu di Hutan Pengantin, kemudian baru bisa melangsungkan pernikahan. Jadi, setelah warga selesai mengurus surat - surat dan administrasinya maka langsung menuju Dinas Kehutanan dan perkebunan DIY supaya difasilitasi nabung pohonnya. Warga bisa nitip atau ingin menanam langsung di Hutan Pengantin. Keduanya sama - sama mendapat kesempatan untuk memberi label pada pohon - pohon tersebut dengan nama mereka, dan juga mendapat sertifikat atau piagam penghargaan dari Pemda DIY sebagai tanda bukti dan ungkapan terima kasih atas partisipasinya dalam Program Pengantin Nabung Pohon. Perbedaannya mungkin hanya dari segi kemantapan hati. Mengenai pohonnya bisa usaha sendiri atau dapat membeli di Dinas Kehutanan dengan harga yang murah. Untuk jenis pohonya ditentukan oleh Dinas Kehutanan, sebab merekalah yang lebih tau dan paham tentang jenis pohon apa yang cocok untuk ditanam di Hutan Pengantin.

Program ini bertujuan untuk lebih menyadarkan masyarakat akan pentingnya pohon dan hutan bagi kehidupan. Mengapa dipilih para calon pengantin sebagai sasarannya, sebab pernikahan adalah dambaan setiap manusia. Pernikahan adalah kebahagiaan, dan akan lebih bahagia lagi apabila pernikahan sekaligus menyelamatkan bumi dari kerusakan demi kehidupan yang akan datang. Hutan adalah paru - paru dunia, apabila sakit atau bahkan rusak maka bumi menjadi "mati". Sebagai contoh, di negara kita ini yang tiap tahun hutannya berkurang kurang lebih 1 juta hektar akibat dari bencana alam atau dirusak oleh manusia itu sendiri. Maka dari itu bila tidak diselamatkan mulai dari sekarang, kapan lagi. Sebuah hal kecil bila dilakukan oleh orang banyak maka kelak hasilnya akan besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun