Mohon tunggu...
Ananta Damarjati
Ananta Damarjati Mohon Tunggu... Wartawan -

Wartawan partikelir | Alumni Ponpes Kedunglo, Kediri |

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Mendengar Gitar Nick Johnston Bisa Membuatmu Tak Lagi Percaya Ide Sekuler

3 September 2018   16:20 Diperbarui: 4 September 2018   03:39 2621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenit, dua menit, lagu terputar. Bila raungan gitarnya terdengar mengisyaratkan kesedihan, pada menit selanjutnya---percayalah---kesedihan akan menghanyutkan siapapun engkau yang mendengarnya. Nick Johnston juga punya sejumlah lagu cinta, yang saat disetel kiranya bisa menghangatkan dinding rumahmu yang dingin. Privat, intim, dalam di kedalaman, dan dialogis, itulah sebagian karakternya musiknya.

Secara umum lagu Nick betulan nyaman didengar, di volume keras pun tak menyakitkan. Dan lagi, ini penting; lagu-lagu ekperimental yang ia tulis seperti begitu saja menyulap sesuatu yang abstrak menjadi konkret. Hal seabstrak transendensi misalnya. Nomor Even If It Takes a Lifetime, bisa saja merangsang kumpulan misteri yang tersimpan dalam tubuh pendengarnya.

Karya Nick Johnston sungguh mampu membuat getaran transenden dalam tubuh. Ini serius. Meski transendensi yang terjadi dalam tubuh manusia, belum terang betul di mataku.

Mungkin lebih karena saking banyaknya diskursus soal tubuh manusia, tapi jarang ada yang benar-benar menguasai palagan dan menjadi kanon soal transendensi, yang membuat pembahasan tubuh serupa kerumunan pasar. Tak ada yang mencolok.

Ya, pada akhirnya ilmu pengetahuan terus bergulir. Wacana berubah, kanon berganti. Perimbangan selalu berkembang dari waktu ke waktu.

Pemahaman di soal tubuh dan transendensi pun terus berkembang. Namun tragisnya, beberapa wacana sekuler malah menguras urusan transendensi dari tubuh manusia hingga habis betul. Manusia, bagi paham sekuler, barangkali hanyalah mekanisme organis, tak jauh beda dengan tanaman.

Dulu Michelangelo mengautopsi mayat-mayat dan berpendapat bahwa tubuh manusia tak lebih dari sekadar anatomi. Freud menganggap tubuh adalah urusan libido. Marx bicara bahwa tubuh manusia adalah alat produksi berdasarkan teori ekonomi. Sedang Darwin di alam berpikir biologis, mengatakan kalau manusia adalah sekumpulan anak-cucu dari kera.

Kenapa orang-orang cerah pikirannya seperti mereka sangat percaya, bahwa manusia dapat seluruhnya dikuras dari transendensi dan membuatnya jadi semata objek materil yang bisa diteliti?

Kalaupun "yang transenden" sebegitu receh bagi mereka, dalam sependek tahuku, tubuh yang materiil tetaplah menyimpan segudang misteri. Transendensi adalah misteri tubuh. Dan dengan begitu, mustinya yang transenden tak dapat seenaknya saja direduksi dari pembahasan soal tubuh.

Atau mungkin para orang cerah seperti Freud, Marx, dan Darwin ini adalah pria-pria dingin sehingga tak pernah merasa---minimal---sedih saat mendengar alunan musik sendu? Apa jangan-jangan mereka ini orang sibuk yang tak punya waktu luang mendengar lagu bagus, Nick Johnston-Nick Johnston pada zamannya?

Kalau saja mereka pendengar musik yang taat, kuat saja dugaanku, para pemikir sekuler ini bakal menyadari bahwa ada benang kusut yang sukar diperjelas, di balik "melankolia" yang terasa kala mendengar, kasihlah, Weakened by Winter oleh Nick Johnston.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun