Manuver majalah Playboy seperti ini memang bisa dipahami. Sekarang konten birahi dalam bentuk gambar hanya menjadi pilihan kesekian. Era sudah berubah, kemudahan akses untuk mendapatkan konten berbentuk video membuat Playboy tidak mampu terus-terusan menawarkan hal basi semacam itu. Dampak terbaliknya arus tersebut jelas buruk bagi Playboy. Buruk juga bagi generasi muda Indonesia tentunya.
Lantas, ketika Playboy sudah banting stir menjadi majalah gaya hidup, bukankah tidak masalah kalau Mbak Noor Tagouri berpose di sana? Menariknya di Indonesia, yang jadi permasalahan di sini adalah ketika fakta dan realitas semacam ini ditentang oleh tendensi emosional, bahwa perempuan Islam harusnya begini dan begitu, sedangkan majalah Playboy ini begini dan begitu?
Marah, merasa terusik, benci, menghujat, jelas merupakan tendensi emosional, dan ikhtilaf (perbedaan cara pandang) yang didikte oleh emosi semacam ini jelas tidak objektif. Salah satu alasan kenapa dalih tendensius semacam ini dengan murah meriah diberikan kepada Mbak Noor Tagouri adalah karena masyarakat Indonesia percaya bahwa jangan-jangan apa yang selama ini dikhawatirkannya memang benar!
Masyarakat Indonesia jelas mempersoalkan terpuji atau tercelanya Mbak Noor Tagouri. Tapi di satu sisi, ada kealpaan bahwa yang diperdebatkan di sini adalah masalah fur’iyah (ajaran keagamaan yang bukan pokok), di mana perbedaan cara pandang seperti ini memiliki kepastian hukum dengan berbagai kemungkinan.
Sangat disayangkan, argumen yang marak belakangan ini pun terlampau didikte pula oleh klaim kebenaran sepihak. Tidak ada jarak yang diambil sebelum mengeluarkan argumen. Kita akan banyak kehilangan nilai berharga dalam Islam kalau kita terlalu mempermasalahkan perbedaan di sekitar hal itu-itu saja. Sehingga kewajiban utama dan target yang besar (ghayat uzhma) telah banyak kita lupakan.
Daripada menyiyiri, mbokyao berdoa saja, semoga demand dari foto muslimah di Amerika setelah Mbak Noor Tagouri berfoto di Playboy melonjak. Sehingga kelak majalah Playboy sedikit demi sedikit merubah lagi orientasinya menjadi majalah khusus muslimah, kontennya jelas konten Islami. Nomenklatur Playboy diganti juga barangkali: Ikhwan, Akhi, atau, terserahlah…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H