Mohon tunggu...
Ananta Damarjati
Ananta Damarjati Mohon Tunggu... Wartawan -

Wartawan partikelir | Alumni Ponpes Kedunglo, Kediri |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cara Masyarakat Kita Menanggapi Foto Noor Tagouri

3 Oktober 2016   10:53 Diperbarui: 3 Oktober 2016   17:41 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Tribunnews.com

Manuver majalah Playboy seperti ini memang bisa dipahami. Sekarang konten birahi dalam bentuk gambar hanya menjadi pilihan kesekian. Era sudah berubah, kemudahan akses untuk mendapatkan konten berbentuk video membuat Playboy tidak mampu terus-terusan menawarkan hal basi semacam itu. Dampak terbaliknya arus tersebut jelas buruk bagi Playboy. Buruk juga bagi generasi muda Indonesia tentunya.

Lantas, ketika Playboy sudah banting stir menjadi majalah gaya hidup, bukankah tidak masalah kalau Mbak Noor Tagouri berpose di sana? Menariknya di Indonesia, yang jadi permasalahan di sini adalah ketika fakta dan realitas semacam ini ditentang oleh tendensi emosional, bahwa perempuan Islam harusnya begini dan begitu, sedangkan majalah Playboy ini begini dan begitu?

Marah, merasa terusik, benci, menghujat, jelas merupakan tendensi emosional, dan ikhtilaf (perbedaan cara pandang) yang didikte oleh emosi semacam ini jelas tidak objektif. Salah satu alasan kenapa dalih tendensius semacam ini dengan murah meriah diberikan kepada Mbak Noor Tagouri adalah karena masyarakat Indonesia percaya bahwa jangan-jangan apa yang selama ini dikhawatirkannya memang benar!

Masyarakat Indonesia jelas mempersoalkan terpuji atau tercelanya Mbak Noor Tagouri. Tapi di satu sisi, ada kealpaan bahwa yang diperdebatkan di sini adalah masalah fur’iyah (ajaran keagamaan yang bukan pokok), di mana perbedaan cara pandang seperti ini memiliki kepastian hukum dengan berbagai kemungkinan.

Sangat disayangkan, argumen yang marak belakangan ini pun terlampau didikte pula oleh klaim kebenaran sepihak. Tidak ada jarak yang diambil sebelum mengeluarkan argumen. Kita akan banyak kehilangan nilai berharga dalam Islam kalau kita terlalu mempermasalahkan perbedaan di sekitar hal itu-itu saja. Sehingga kewajiban utama dan target yang besar (ghayat uzhma) telah banyak kita lupakan.

Daripada menyiyiri, mbokyao berdoa saja, semoga demand dari foto muslimah di Amerika setelah Mbak Noor Tagouri berfoto di Playboy melonjak. Sehingga kelak majalah Playboy sedikit demi sedikit merubah lagi orientasinya menjadi majalah khusus muslimah, kontennya jelas konten Islami. Nomenklatur Playboy diganti juga barangkali: Ikhwan, Akhi, atau, terserahlah…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun