Semarang (5/2/2022) - Sampah masih menjadi masalah yang sukar dipecahkan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengakui bahwa pada 2020 total produksi sampah nasional telah mencapai 67,8 juta ton. Artinya, ada sekitar 185.753 ton sampah setiap harinya dihasilkan oleh 270 juta penduduk. Atau setiap penduduk memproduksi sekitar 0,68 kilogram sampah per hari. Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada 2018 saja, produksi sampah nasional sudah mencapai 64 juta ton dari 267 juta penduduk. Sampah-sampah tadi pada akhirnya berkontribusi besar menambah makin menggunungnya timbunan di tempat-tempat pembuangan akhir (TPA). Timbunan sampah yang menggunung itu, selain menimbulkan pencemaran lingkungan, juga menambah produksi gas metana dari sampah.
Untuk membantu mengatasi masalah tersebut maka dibuatlah Bank Sampah. Bank sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat pengepul sampah. Bank sampah dikelola menggunakan sistem seperti perbankkan yang dilakukan oleh petugas sukarelawan. Dengan melihat lokasi KKN yang berada di RW 02 Kelurahan Srondol Kulon, Kecamtan Banyumanik, Kota Semarang yang belum memiliki Bank Sampah, Y. Ananta Fajar Pramudya (21), salah satu mahasiswa KKN Tim I UNDIP 2021/2022, membuat program bank sampah.
Manfaat bank sampah untuk masyarakat adalah dapat menambah penghasilan masyarakat karena saat mereka menukarkan sampah mereka akan mendapatkan imbalan berupa uang yang dikumpulkan dalam rekening yang mereka miliki. Masyarakat dapat sewaktu-waktu mengambil uang pada tabungannya saat tabungannya sudah terkumpul banyak. Imbalan yang diberikan kepada penabung tidak hanya berupa uang, tetapi ada pula yang berupa bahan makanan pokok seperti gula, sabun, minyak dan beras.
Setelah penyampaian program, Y. Ananta Fajar Pramudya (21) mengajak warga RW 02 Kelurahan Srondol Kulon untuk mulai menerapkan bank sampah di lingkungan RW 02 dengan mengumpulkan sampah yang masih bisa dipakai untuk dijual kepada pengepul sampah. Warga antusias mengikuti program yang disampaikan.
Setelah sampah terkumpul, sampah tersebut dipilah berdasarkan jenisnya mulai dari plastik hingga kertas kemudian akan dijual ke pengepul sampah. Hasil dari penjualan sampah tersebut diserahkan kepada ketua RW 02 disertai dengan poster cara mengurangi sampah di lingkungan supaya masyarakat dapat menerapkan bank sampah sehingga lingkungan bebas dari sampah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H