Kepada si M, Dodson memintanya untuk menatap cermin setiap kali hendak memulai dan selesai melakukan aktivitas kesehariannya, selama lima menit, mengucapkan kalimat yang membesar-besarkan kalimat negatif tersebut.
“M, betapa bodohnya kau ini. Kamu beruntung Bossmu tidak tahu betapa bodohnya dirimu, bila tidak dia pasti akan memecatmu. Kamu membuat banyak kesalah dalam pekerjaanmnu. Sehingga, kamu pantas dipecat.”
Apa yang terjadi dalam situasi ini, yaitu selama rekaman negatif dalam benaknya dibiarkan berputar secara diam-diam, rekaman itu sangat kuat dan membuatnya tidak mampu memiliki perasaan positif tentang kepandaiannya. Tetapi, jika rekaman negatif itu dikendalikan secara sadar dan dengan sengaja dibesar-besarkan, M lalu menyadari betapa hujatan tersebut sama sekali tidak masuk akal.
Perlahan, ada suara yang halus dalam dirinya yang mulai mengatakan: “Lucu! Semua kata-kata tentang betapa bodohnya diriku adalah omong kosong! Saya sungguh pandai.” Tak lama berselang, M mengakhiri masa terapinya bersama Dodson setelah berhasil menerapkan metode yang sama untuk menanggulangi kurangnya kepercayaan diri karena penampilan fisiknya yang tidak menarik.
Dodson menuturkan, M lalu memutuskan mengambil kursus sekretaris hukum dan mendapat pekerjaan baru dengan gaji yang lebih tinggi. Dia juga mulai memakai perias wajah, dan berpakaian lebih menarik.
Mohon dicatat, ini hanya seni.
Anjuran yang disuguhkan oleh Dodson bukanlah obat manjur yang bakal berkhasiat terhadap semua orang. Malah, dia mengakui bahwa seni berpikir negatif tidak 100% berhasil mengubah pola pikir kita terhadap satu atau beberapa ihwal.
Dia juga mendukung tujuan dari berpikir positif yang dipelopori oleh Dr Norman Vincent Peale [yang ditulis Peale dalam bukunya: The Power of Positive Thinking]. Namun, ditegaskan Dodson, tidak semua orang dapat dengan mudah mengarahkan pikiran kepada perihal yang positif. Kebanyakan orang bila merasa terhimpit oleh ketakutan yang amat sangat atau kesedihan yang mendalam, tidak cukup kuat mengendalikan rekaman tersebut dengan berpikir positif saja.
Mengutip petuah salah seorang peretas — yang juga pendiri Jasakom — S'to, bahwa seni ialah pola pikir yang membuat kita melompat dari kotak, guna memberi hasil yang mengagumkan. Berani mengambil langkah yang berbeda dan perbedaan. Yang menjadikan kita unik. Manusia.
Tautan resmi: http://www.telaah.info/sosial/seni-berpikir-negatif.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H