Selain itu, khazanah-khazanah intelektual, perlu perpaduan secara teoritis antara konsep keperempuanan ala Islam dan Barat. Kohati semestinya menjiwai perjuangan perempuan yang tidak hanya berada di kekuasaan, namun harus lantang berbicara tentang kebobrokan rezim seperti Bivitri Susanti dalam film Dirty Vote maupun Ibu Sumarsih di aksi kamisan.
Jika masih saja bertahan dengan metode-metode seperti ini, maka jangan heran apabila kedepannya akan semakin mengalami kemunduran dari berbagai aspek, karena arus pragmatis yang makin menggerus. Bahkan, bila perlu dibubarkan saja!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H