Kalau kita ngomongin pasangan, baik yang masih pacar atau sudah suami istri, biasanya tidak jauh dari lingkungan pergaulan. Dokter biasanya mendapat jodoh di area rumah sakit, dosen di lingkungan kampus atau pedagang di lingkungan pasar. Tetapi bisa juga mendapat jodoh yang beda latar belakangnya. Misal anak teknik yang dapat pacar anak akuntansi.
Dalam lingkungan yang lebih sempit yaitu kampus, ada dua aliran yang saya temui ketika teman-temanku mencari pasangan. Aliran pertama tidak mau cari pasangan yang sejurusan. Alasannya supaya hubungan percintaannya tidak mengganggu kehidupan kuliahnya. Sedangkan aliran yang kedua yaitu tidak masalah punya pasangan yang sejurusan. Biar bisa saling support katanya.
Sebenarnya mana yang lebih enak dan worth it, punya pasangan yang sejurusan atau beda jurusan? Kita coba ulas satu per satu. Fokus pada satu hal saja dulu yaitu aspek ngobrol atau diskusi. Kira-kira mana yang cocok bagi kalian?
Punya pasangan bukan sekadar untuk bahan uwu-uwuan di medsos, buat partner joget di Tiktok, atau buat menuh-menuhin foto di galeri. Pasangan bagi anak kuliahan harusnya satu langkah lebih serius daripada anak SMA. Keuwuan bisa memudar, keseruan apalagi. Level kecocokan itu seperti keimanan, ia bisa naik dan turun.
Pasangan sejurusan tentunya punya manfaat yang banyak. Ketika masih kuliah, dua insan ini bisa saling bertanya dan diskusi tentang tugas. Banyak kita lihat di cafe ketika meja dengan 4 kursi hanya diisi oleh dua insan yang sedang mengerjakan tugas. Sebenarnya ini sudah masuk pemborosan kuota meja kafe. Tolong pemilik kafe banyakin meja dengan dua kursi untuk mengakomodir pasangan seperti ini.
Orang bilang cintalah yang mengenalkan namun kebiasan-kebiasaan kecil yang melanggengkan. Salah satu kebiasaan kecil yang mudah dilakukan adalah mengobrol. Pasangan yang sejurusan tentunya punya topik yang keduanya menguasai. Misal anak arsitektur bisa membahas kedekatan sejarah arsitektur Kota Romawi dan Yunani, atau anak sejarah bisa diskusi kecil tentang asal mula pertanian 12 ribu tahun lalu oleh manusia purba.
Mencari pasangan yang nyambung ketika diajak ngobrol tidak mudah. Salah satu kunci kelanggengan adalah komunikasi. Sudah banyak kan pasangan yang bubar karena salah paham. Pasangan sejurusan bisa melakukan deep talk tentang jurusan mereka, merembet ke ilmu lain bahkan kalau bisa menghasilkan karya bersama.
Merembet ke bisnis, pasangan sejurusan bisa mendirikan usaha bareng. Apalagi sudah suami istri. Modal komunikasi yang baik karena sering ngobrol tadi membuat keduanya bisa membagi porsi kerjaan. Mempekerjakan karyawan bisa ditunda. Anggaran bisa dihemat. Tentunya dengan pengorbanan beban kerja yang lebih banyak dan mental yang diuji. Namun jangan kawatir, cintalah yang akan menguatkan hehe.
Memilih pasangan yang beda jurusan merupakan keputusan yang menarik. Pasangan beda jurusan tentunya memberi sudut pandang baru. Obrolan dan diskusi jadi lebih beragam. Satu sama lain bisa memberi insight yang sebelumnya belum diketahui. Anak Akuntansi bisa memberi ilmu manajemen keuangan pada pacarnya yang merupakan anak arsitekur. Keduanya bisa mengetahui tahap pembangunan gedung dengan memperhatikan manajemen keuangannya.
Saya jadi ingat lirik Payung Teduh dalam satu lagunya yang berjudul Mari Bercinta :
Sesungguhnya berbicara denganmuÂ
tentang segala hal yang bukan tentang kita
mungkin tentang ikan paus di laut atau mungkin tentang bunga padi di sawah
Sungguh bicara denganmu
tentang segala hal yang bukan tentang kita
selalu bisa membuat semua bersahaja
Lirik diatas rasanya bisa disangkut pautkan dengan pasangan beda jurusan. Berbicara tentang segala hal yang bukan tentang kita, artinya membicarakan yang sama sekali baru bagi keduanya. Mencari hal baru bersama-sama tentunya lebih seru apalagi dengan dasar cinta, membuat semua bersahaja hehe.
Pillow talk lebih menggairahkan. Ketika masing-masing pasangan bercerita tentang kerjanya hari itu. Anak akuntansi bisa curhat tentang keuangan ambur adul kantornya, sedangkan pasangannya anak arsitek tentu saja curhat ia sering pulang telat karena sering lembur.Â
Apapun pilihan pasanganmu, mengobrol itu penting. Ketika usia tua nanti, kegiatan berdua yang masih sangat mungkin adalah mengobrol. Berbicara tentang sawah belakang rumah yang mulai menguning atau tentang cucu yang baru saja bisa berjalan. Liburan ke pantai sudah sulit, mendaki gunung apalagi.
Maka cari pasangan yang menghargai pendapatmu, mampu memberi tanggapan kritis sambil sesekali menatap tajam matanya menjadi salah satu poin pertimbangan. Bukan yang pandai bicara, tetapi lebih ke orang yang bisa saling timbal balik obrolan dengan balutan cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H