Mohon tunggu...
Anang Syaifulloh
Anang Syaifulloh Mohon Tunggu... Freelancer - Akun Pribadi

Pengagum Bapak Soekarno, namun untuk masalah wanita belum seahli beliau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Arsitektur dan Bagaimana Pandemi Mempengaruhinya

10 Desember 2020   14:26 Diperbarui: 11 Desember 2020   09:49 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lovell Health House di Los Angeles (Courtesy Dion Neutra, Architect © and Richard and Dion Neutra Papers, Department of Special Collections, Charles E. Young Research Library, UCLA)

 

Tempat tinggal pada saat ini khususnya di Indonesia umumnya terdiri atas ruang privat dan ruang publik. Ruang publik didesain dengan banyak bukaan guna berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Misalnya teras rumah yang berdekatan dengan taman sehingga pemilik dapat menikmati suasana luar rumah. Sekaligus bisa digunakan sebagai tempat menerima tamu atau bercengkrama dengan anggota keluarga. Berbeda dengan ruang publik, ruang privat umumnya didesain dengan bukaan yang lebih minim dari ruangan publik, tetapi tetap memperhatikan ventilasi dan pencahayaan. Salah satu contohnya yaitu kamar tidur.

Pembagian ruang publik dan privat juga berpengaruh pada perletakan perabot dan jenis perabotnya. Ruang tamu dan kamar tidur diisi dengan perabot yang sesuai dengan kebutuhan. 

Ruang tamu hanya membutuhkan kursi dan meja, serta kabinet kecil. Sebaliknya, kamar tidur membutuhkan tempat penyimpanan yang lebih banyak seperti lemari dan nakas di kiri kanan dipan. Berbeda lagi dengan kamar mandi yang membutuhkan perabot lebih minim. Ruangan ini cukup diisi dengan nakas kecil untuk tempat handuk dan tempat alat mandi.

Kamar mandi tahun 1880 (Getty Images)
Kamar mandi tahun 1880 (Getty Images)
Coba bandingkan pemilihan perabot dan material rumah hari ini dengan tahun 1880. Kamar mandi di Amerika didesain seperti ruangan lain pada umumnya. Kabinet, tirai, karpet terdapat di dalamnya. 

Di belahan bumi yang lain, Kampung Mangkunegaran (Karisidenan Semarang dan sekitarnya) rumah penduduk berupa dinding gedheg alang-alang, atap rumbia, dan jendela yang ala kadarnya.

Kondisi yang gelap karena kurangnya ventilasi menjadi awal wabah yang berkembang pada akhir abad 19 sampai awal abad 20. Pada masa revolusi industri, TBC menyumbang 25% dari total kematian di New York. Permukiman padat, sanitasi yang jelek dan nutrisi yang buruk menjadi beberapa sebab tingginya angka ini. 

Sanitasi juga menjadi masalah di London tahun 1850. Membuang air limbah rumah tangga ke saluran kota menjadi hal umum, sampai kolera menyadarkan penduduk kota tersebut.

Wabah berkontribusi merubah dan merevolusi peradaban manusia. Perabot, pola permukiman dan tata ruang berubah seiiring dengan keinginan untuk mencegah wabah yang semakin meluas. 

Arsitektur yang berupa ruang hidup manusia, otomatis akan merespon wabah dengan menciptakan desain yang memperkecil peluang wabah berkembang dan menular. 

Seperti pemilihan desain dan material porselin kamar mandi yang dibuat bulat agar mudah dibersihkan. Material seperti karpet dan kayu seperti pada tahun 1880 dihindari karena menjadi sarang kelembaban dan sulit dibersihkan.

Rumah Sakit dan Sanatorium

Penemuan Robert Koch pada basil tuberkolosis pada tahun 1882 memberi gambaran baru pada desain rumah sakit. Kunci pasien untuk sembuh adalah ruangan dengan udara segar, cahaya alami cukup dan tempat tidur yang kering dan nyaman. Standar baru muncul dengan mempertimbangkan kriteria aspek udara, cahaya dan kering. Ventilasi harus didesain agar semua ruangan mendapat akses cahaya dan udara segar.

Desain dan kontruksi kemudian berkembang ke arah arsitektur modern. Elemen arsitektur seperti atap datar, balkon dan cat yang putih dan bersih berkembang ke seluruh Eropa. Atap datar digunakan oleh pasien untuk berjemur, sedangkan warna cat putih untuk memberi kesan bersih. Inilah yang menjadikan rumah sakit kebanyakan berwarna putih.

Pada tahun 1925, Le Corbusier menggagas sebuah konsep kota ‘Radiant City’ yang salah satu cirinya adalah bangunan bersih dari ornamen. Sehingga Tidak ada sudut kotor dan elemen fasad yang tidak ada gunanya. 

Salah satu rancangan Corbusier yang terkenal dengan konsep ini adalah Villa Savoye di Prancis. Pemilihan warna didominasi warna putih dengan tidak ada tonjolan kolom dalam fasadnya, sehingga mudah dibersihkan. Selain itu jendela dibuat horizontal supaya semua ruangan dapat memperoleh cahaya matahari. Pemikiran Corbusier ini akhirnya banyak diamini oleh arsitek-arsitek lain, sehingga desain arsitektur modern ini berkembang semakin luas.

Paimio Sanatorium di Polandia menjadi contoh sanatorium modern pada tahun 1932. Tempat dengan tujuh lantai ini memiliki balkon di setiap ujung sayap. Pasien memiliki kemudahan untuk mengakses termpat tersebut. Dengan adanya balkon ini, para pasien bisa menikmati udara segar dan cahaya matahari yang menyehatkan.

Alvar Aalto, arsitek bangunan ini tidak hanya mendesain sebatas fasad bangunan dan pembagian denahnya. Dia juga mendesain furnitur di dalamnya. Kursi multipleks didesain agar permukaannya mudah dibersihkan. Wastafel didesain dengan sedikit suara guna mencegah suara yang dihasilkan mengganggu pasien lain. Percikan air juga diminimalisir agar tidak ada kuman atau virus yang menyebar ke tempat lain.

Paimio Sanatorium di Polandia (www.moritzbernoully.com/Flickr)
Paimio Sanatorium di Polandia (www.moritzbernoully.com/Flickr)
Aalto juga menerapkan prinsip arsitektur modern dengan memisahkan konsentrasi antara sayap ruang pasien dengan sayap ruang sosial. Selain itu, bangunan ini terletak di tengah hutan dengan balkon dan jendela besar yang memudahkan pasien untuk menikmati alam yang masih lestari, seakan-akan suasana alam luar terbawa ke dalam ruangan pasien. Desain bangunan seperti ini menunjukkan respon yang baik pada sisi sosial, tapak, dan iklim.

Tempat Tinggal Anti Wabah

Musim wabah Covid-19 ini akhirnya mengidamkan rumah yang sehat untuk mencegah virus berkembang, sekaligus dapat digunakan untuk tempat isolasi apabila terkena virus ini. Lovell Health House di Los Angeles dapat dijadikan referensi. Rumah ini terletak di lereng bukit dengan warna putih berkilau. Kontras dengan warna hijau di sekitar bukit, tetapi masih tetap harmoni. Jendela yang tinggi memasukkan cahaya dan udara yang cukup ke dalam rumah.

Lovell Health House di Los Angeles (Courtesy Dion Neutra, Architect © and Richard and Dion Neutra Papers, Department of Special Collections, Charles E. Young Research Library, UCLA)
Lovell Health House di Los Angeles (Courtesy Dion Neutra, Architect © and Richard and Dion Neutra Papers, Department of Special Collections, Charles E. Young Research Library, UCLA)
Jangan dulu berfikir bahwa desain ini baru dibangun 5-10 tahun belakangan. Rumah ini merupakan produk arsitektur modern yang dibangun oleh Richard Neutra pada tahun 1929. 

Richard Neutra mengadopsi prinsip desain Le Corbusier pada bangunan ini. Jendela horisontal terletak di sepanjang dinding putih bersih tanpa ornamen. Dua poin ini (jendela horisontal dan dinding putih) dapat ditemukan dalam desain Villa Savoye.

Desain hampir 100 tahun ini masih relevan dengan kebutuhan hunian di masa pandemi ini. Rumah ini dapat dijadikan sebagai tempat karantina mandiri bagi penghuninya. Bukaan yang banyak dapat memasukkan cahaya dan udara ke dalam rumah sehingga mempercepat naiknya metabolisme tubuh. 

Lingkungan sekitar yang damai dengan banyaknya pohon dan lansekap bukit baik bagi psikologis penghuni di dalamnya. Roger Ulrich seorang psikologis lingkungan pada tahun 1984 mengungkapkan bahwa pasien yang sering melihat pohon dan alam luar mengalami penyembuhan lebih cepat dan membutuhkan obat lebih sedikit dari pada pasien yang berada di ruangan dengan tembok masif minim bukaan.

Le Corbusier dengan Villa Savoye nya juga menerapkan kebersihan yang ketat dengan meletakkan wastafel di dekat pintu masuk. Pemilik rumah atau orang yang bertamu dapat mencuci anggota badannya terlebih dahulu sebelum masuk ke rumah. Dulu hal seperti ini juga jamak terjadi di depan rumah orang Jawa. Gentong air diletakkan di depan dengan fungsi yang sama seperti wastafel di Villa Savoye. Orang Jawa menyebutnya tolak bala. Hal yang dianggap mistis, ternyata memiliki alasan yang logis yaitu mencegah virus dan kuman masuk ke rumah

Kearifan Lokal Melawan Virus

Nusantara sendiri memiliki desain yang dapat melawan virus, terutama virus Corona ini. Salah satu contohnya yaitu rumah Bali. Arsitektur rumah Bali mengenal konsep Tri Angga yang merupakan pengejawantahan pembagian tubuh manusia menjadi tiga bagian yaitu kepala, badan, dan kaki. Aspek filosofis ini diterjemahkan ke dalam layout dan fungsi rumah Bali ini.

Arsitektur rumah Bali memisahkan perletakan bangunan sesuai fungsinya. Parahyangan (kepala) berada di pekarangan rumah. Kemudian di sebelah baratnya terdapat Bale Daja (badan), bangunan persegi panjang yang ruangnya dibagi menjadi dua yaitu sisi kiri dan kanan. Sisi kiri sebagai tempat tidur kepala keluarga atau orang tua, sedangkan bagian kanan sebagai tempat sembahyang atau meletakkan alat upacara.

Layout Rumah Tradisional Bali (Balihuts.com)
Layout Rumah Tradisional Bali (Balihuts.com)
Pada bagian Barat masih terdapat Bale Loji yang digunakan sebagai tempat menerima tamu dan juga tempat tidur bagi anak remaja dan anak muda. Sedangkan pada bagian timur terdapat Bale Dangin yang bisa digunakan untuk tempat upacara dan juga tempat tidur. Selain itu bale ini juga digunakan sebagai tempat santai seperti membuat benda seni.

Selain itu masih ada Bale Delod pada bagian selatan yang berfungsi sebagai tempat menerima tamu, kegiatan adat dan balai kematian. Sebelah barat daya bangunan ini terdapat dapur (kaki) sebagai tempat memasak keluarga. 

Tata letak yang terpisah memberi kesempatan pohon, perdu, dan elemen alam lainnya mengisi ruang yang kosong di antaranya. Selain hubungan antar manusia dalam ruang utama baik dengan keluarga dan tamu, masyarakat Bali juga menjaga hubungan dengan alam sekitarnya.

Arsitektur Nusantara menyediakan kearifan dalam merespon wabah/pageblug yang terjadi. Desain bangunan seperti ini didukung oleh teori Roger Ulrich di atas sehingga anggota keluarga yang mungkin terpapar oleh virus Covid-19 dapat diisolasi secara mandiri dalam satu bangunan bale tersebut. Terpisah dari anggota keluarga lainnya yang sehat. Bangunan isolasi yang terpisah diharapkan dapat memutuskan rantai virus. Selain itu pasien mendapat udara, cahaya dan pandangan yang segar berupa pohon-pohon, sehingga diharapkan sembuh lebih cepat.

Arsitektur Nusantara sebenarnya memberi panduan desain bangunan yang tanggap terhadap virus ini. Dapat juga dengan teori arsitekur modern dari Le Corbusier dan mikrobiologis Robert Koch di atas. Gabungan kedua sisi ini tentunya mempebesar kefektifan dalam mengatasi virus ini dengan hasil yang lebih maksimal, akibatnya arsitektur semakin berkembang tidak hanya sebagai aspek mekanik sebagai bangunan semata, tetapi didesain agar memenuhi aspek kebutuhan manusia. Karena bagaimanapun pengguna bangunan adalah manusia itu sendiri.

Sumber :

Arthadana, Ngurah.2020. Covid-19 dan Arsitektur Bali di https://www.balipuspanews.com/covid-19-dan-arsitektur-tradisional-bali.html

Budds, Diana.2020. Design in the a age of pandhemics at https://www.curbed.com/2020/3/17/21178962/design-pandemics-coronavirus-quarantine

Mawardi, Nugroho Kusumo.2010. Wabah Penyakit dan Pelayanan Kesehatan Penduduk pada Masa Pemerintahan Mangkunegoro VII (1916–1944). digilib.uns.ac.id

Stinson, Elizabeth. 2020.  Health and Diseases have always shaped our cities. What will be impact of Covid-19? at https://www.architecturaldigest.com/story/how-will-coronavirus-impact-cities

Suyatra, Putu. 2017. Rumah Boleh Modern, tapi Patuhi Tradisi di https://baliexpress.jawapos.com/read/2017/09/03/11439/rumah-boleh-modern-namun-patuhi-konsep-tradisi

Yuko, Elizabeth.2018. What Architecture Learned from TB Hospital at https://www.citylab.com/design/2018/10/how-tuberculosis-epidemic-influenced-modernist-architecture/573868/

Zachary, Edelson. Plague Architecture: How Designers have fought disease across the ages at https://architizer.com/blog/inspiration/collections/a-brief-history-of-plague-architecture/

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun