Mohon tunggu...
Anang Syaifulloh
Anang Syaifulloh Mohon Tunggu... Freelancer - Akun Pribadi

Pengagum Bapak Soekarno, namun untuk masalah wanita belum seahli beliau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Arsitektur dan Bagaimana Pandemi Mempengaruhinya

10 Desember 2020   14:26 Diperbarui: 11 Desember 2020   09:49 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota sepi penghuni (Pexels.com)

 

Tempat tinggal pada saat ini khususnya di Indonesia umumnya terdiri atas ruang privat dan ruang publik. Ruang publik didesain dengan banyak bukaan guna berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Misalnya teras rumah yang berdekatan dengan taman sehingga pemilik dapat menikmati suasana luar rumah. Sekaligus bisa digunakan sebagai tempat menerima tamu atau bercengkrama dengan anggota keluarga. Berbeda dengan ruang publik, ruang privat umumnya didesain dengan bukaan yang lebih minim dari ruangan publik, tetapi tetap memperhatikan ventilasi dan pencahayaan. Salah satu contohnya yaitu kamar tidur.

Pembagian ruang publik dan privat juga berpengaruh pada perletakan perabot dan jenis perabotnya. Ruang tamu dan kamar tidur diisi dengan perabot yang sesuai dengan kebutuhan. 

Ruang tamu hanya membutuhkan kursi dan meja, serta kabinet kecil. Sebaliknya, kamar tidur membutuhkan tempat penyimpanan yang lebih banyak seperti lemari dan nakas di kiri kanan dipan. Berbeda lagi dengan kamar mandi yang membutuhkan perabot lebih minim. Ruangan ini cukup diisi dengan nakas kecil untuk tempat handuk dan tempat alat mandi.

Kamar mandi tahun 1880 (Getty Images)
Kamar mandi tahun 1880 (Getty Images)
Coba bandingkan pemilihan perabot dan material rumah hari ini dengan tahun 1880. Kamar mandi di Amerika didesain seperti ruangan lain pada umumnya. Kabinet, tirai, karpet terdapat di dalamnya. 

Di belahan bumi yang lain, Kampung Mangkunegaran (Karisidenan Semarang dan sekitarnya) rumah penduduk berupa dinding gedheg alang-alang, atap rumbia, dan jendela yang ala kadarnya.

Kondisi yang gelap karena kurangnya ventilasi menjadi awal wabah yang berkembang pada akhir abad 19 sampai awal abad 20. Pada masa revolusi industri, TBC menyumbang 25% dari total kematian di New York. Permukiman padat, sanitasi yang jelek dan nutrisi yang buruk menjadi beberapa sebab tingginya angka ini. 

Sanitasi juga menjadi masalah di London tahun 1850. Membuang air limbah rumah tangga ke saluran kota menjadi hal umum, sampai kolera menyadarkan penduduk kota tersebut.

Wabah berkontribusi merubah dan merevolusi peradaban manusia. Perabot, pola permukiman dan tata ruang berubah seiiring dengan keinginan untuk mencegah wabah yang semakin meluas. 

Arsitektur yang berupa ruang hidup manusia, otomatis akan merespon wabah dengan menciptakan desain yang memperkecil peluang wabah berkembang dan menular. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun