Debat ketiga antara Cawapres tadi malam berlangsung membosankan dan datar. Kedua Cawapres bermain aman dengan berbicara normatif.Tapi bukan masyarakat Indonesia kalau tidak kreatif mengulik. Di tengah situasi datar ini, Tirto.id berhasil membuat ombak di tengah lautan debat ini.
Tirto.id terkenal sebagai media cepat dan tanggap merespon berita. Keunggulan lain adalah setiap beritanya dilengkapi data dan referensi yang kuat. Selain itu sajian infografisnya benar-benar memberi pembeda dari media mainstream yang lain.
Mengenai infografis dan desain yang menarik inilah yang memicu kegemparan di media sosial. Senjata utama Tirto ini malah mengundang kritikan dari banyak pihak. Niatnya melucu ungkapan kedua paslon, malah merusak dan jadi bulan-bulanan kedua pendukung.
"Kami juga mengajak kita semua untuk melawan dan memerangi hoaks. Karena hoaks merusak tatanan bangsa indonesia. Melawan dan memerangi fitnah, seperti kalau Jokowi terpilih kementerian agama dibubarkan, kementerian agama dilarang, azan dilarang, zina dilegalisir. Saya bersumpah demi Allah, selama hidup saya akan saya lawan upaya-upaya untuk melakukan itu semua."
Selain itu kesalahan juga terjadi dalam meme lain yang mengomentari pernyataan Sandiaga Uno. Janji Sandiaga Uno, "Kami akan hapuskan UN", divisualkan dalam bentuk meme sembari dikomentari dengan kalimat: "Eh...? Kirain apus NU".
Tentunya Tirto.id tidak sendirian. Banyak media di Indonesia bahkan luar negeri yang melakukan kesalahan seperti ini. Salah satu contohnya adalah The New Republik di tahun 1998. Majalah yang berbasis di Washington DC itu tercatat pernah meminta maaf untuk 27 berita palsu yang pernah diterbitkan selain itu mereka juga harus menghadapi tuntutan dari  banyak pihak serta memecat wartawan andalan mereka, Stephen Glass.
CNN Indonesia juga pernah meralat judul mereka yang berjudul 'Megawati: Bubarkan KPK. Mereka merevisi judul tersebut karena tidak tepat dalam mengutip. Selain itu Republika.co.id pernah melakukan kesalahan memasang foto atas berita '210 WNI Diduga Kelompok ISIS Dideportasi dari Enam Negara' padahal yang terpasang adalah foto WNI yang dievakuasi dari Yaman tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma.
Kesalahan Tirto yang berusaha membuat meme berada pada tingkat yang lain. Media di atas melakukan kesalahan dalam tingkat yang sama yaitu masih dalam bentuk berita. Berbeda dengan Tirto yang dalam bentuk meme. Tirto seakan melakukan dua kesalahan sekaligus, salah mencerna berita dan salah menuangkan dalam bentuk visual.
Tetapi tidak lantas menghakimi Tirto sebagai media penyebar hoax. Kesalahannya langsung ia perbaiki dan ada permintaan maaf. Tidak ada juga sentimen terhadap golong tertentu, sebut saja NU. Banyak artikel tentang NU yang dimuat dan memberi gambaran yang baik tentang organisasi tersebut.
Tirto banyak menyiarkan dan menyebarkan Munas Lombok beberapa waktu lalu dengan akurat. Tidak ada tanda-tanda sentimen terhadap NU. Ini meredam pihak-pihak yang ingin membenturkan NU dengan Tirto.
Belum ada media lain yang dengan gamblang menyajikan data dari buku, penelitian dan jurnal ilmiah sedalam Tirto. Karena itu kesalahan ini semoga bisa menjadi pelajaran dalam sistem admin sosial media yang sudah dijalankan.
Tirto juga sudah mematuhi Peraturan Dewan Pers nomor 1/Peraturan-DP/III/2012 tentang Pedoman Pemberitaan Media Siber. Butir ke-4 telah Tirto jalankan dengan memberi ralat, koreksi dan atau hak jawab wajib ditautkan pada berita yang diralat, dikoreksi atau yang diberi hak jawab.
Selain itu butir ke-5 menegaskan bahwa berita media siber atau online yang sudah bisa diunggah tidak bisa dicabut, kecuali karena alasan SARA, kesusilaan, masa depan anak, pengalaman traumatik korban atau berdasarkan pertimbangan khusus lain yang ditetapkan Dewan Pers. Pancabutan itu juga harus diumumkan kepada publik.
Label media hoax tidak pas apabila diterapkan ke Tirto hanya dengan satu kesalahan ini. Mengingat yang telah dilakukan dan disajikan Tirto telah memberi perspektif baru bagi media berita Indonesia. Kalau tidak ke Tirto.id, mau Kemana Lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H