Ada satu yang unik ketika melihat Youtube Letto yang berjudul Letto ke Mandar - Pertemuan Agung. Ketika mampir di sebuah masjid, pemandangan unik terlihat di sisi kiri dan kanan jalan. Pengendara banyak yang turun dan mendekati masjid tersebut.
Masjid tersebut bernama Nurut Taubah atau dikenal dengan sebutan masjid Imam Lapeo. Masyarakat sekitar bahkan dari luar percaya jika bersedekah dengan ikhlas di masjid ini akan dimudahkan rezekinya dan selamat dalam perjalanan.Uniknya letak kotak amal berada di luar masjid. Inilah alasan banyak pengendara yang turun dari kendaraannya.
Imam lapeo sendiri adalah tokoh agama yang sangat disegani di Sulawesi. Beliau pernah menuntut ilmu kepada Syekhona Mbah Kyai Kolil di Bangkalan, Madura. Semasa dengan Hasyim Ashari dan Muhammad Darwis. Bertiga, mereka menuntut ilmu sampai ke Mekah sambil menunaikan ibadah haji.
Peran penyebaran Imam Lapeo sangat besar di Sulawesi. Dakwah Imam Lapeo dikenal menggunakan metode sederhana yang berlandaskan nilai-nilai budaya lokal. Setelah berpindah-pindah akhirnya beliau menetap di Lapeo dan disebut Imam Lapeo.
Inilah yang menjadi sebab ketaatan dan penghormatan masyarakat kepada Imam Lapeo dan masjidnya. Entah siapa yang memulai, kegiatan sedekah di masjid ini menguntungkan. Sedekah memang memudahkan rezeki dan mendatangkan keberuntungan. Tapi dengan metode seperti ini, masyarakat seperti diajak bersedekah dengan mengiringinya sebuah mitos.
Mircea Eliade dalam bukunya Myth and Reality mengatakan bahwa mitos sebagai bagian atau manifestasi religi masyarakat mempengaruhi cara berpikir dan cara hidup masyarakat. Mitos akan menjaga moralitas masyarakat. Mitos dan pemahaman religius apa pun akan merupakan bagian dari keseluruhan sistem hidup manusia. Di bawah ini ada beberapa mitos-mitos yang menguntungkan.
Mitos Merapi
Presepsi kemudian berkembang adanya perkawinan Gunung Merapi dan Laut selatan yang menciptakan kesuburan alam. Sehingga setiap tahun ada sesajen ke Gunung Merapi dan Laut Selatan yang dikenal dengan nama upacara labubahan dan larung.
Sesajen ini sebagai wujud hubungan manusia dan alam dalam konsep jawa Hamengmayu Hayuning Bawana. Mitos-mitos Gunung Merapi tersebut membawa dampak dalam rangka melestarikan ekosistem lereng Merapi. Larangan meremput, dan menebang pohon di tempat-tempat angker atau sakral atau memindahkan benda-benda (batu) di tempat angker.
Mitos Hutan Keramat Suku Baduy
Dua daerah hutan yaitu Sasaka Buana dan Sasaka Domas merupakan kawasan yang dilindungi dan disakralkan oleh Suku Baduy. Mereka menggunakan sistem perlindungan untuk menjaga kawasan ini dengan membagi menjadi tiga zona yaitu permukiman, huma dan keramat.
Permukiman dan huma dimanfaatkan untuk pelestarian keanekaragaman hayati, perlindungan tanah dari bahaya erosi, pengaturan sistem hidrologi, habitat satwa liar, memelihara iklim mikro, dan fungsi sosial ekonomi. Sedangkan zona keramat berfungsi sebagai ekologi hayati. Zona ini terlindungi dari penebangan dan pembukaan lahan.
Mitos Tana Toa di Bulu Kumba Sulawesi Selatan
Menurut kepercayaan masyarakat Tanah Toa, Kajang, bahwa hutan merupakan pusat kehidupan dan dipercayai di hutan ini bersemayam para arwah dan roh-roh nenek moyang. Para roh dan arwah  dapat naik turun, dari bumi ke langit dan sebaliknya dari langit turun ke bumi.
Masyarakat Tanah Toa percaya akan ajaran Pasang yang berisi larangan menebang hutan, ajakan untuk menjaga dunia, manusia dan hutan. Urusan penebangan hutan menjadi tanggung jawab Ammatoa sebagai pemangku adat. Apabila melanggar akan dikenakan denda.
Manfaat Mitos
Melihat pola pikir dan proses interaksi dengan alam, masyarakat indonesia sudah maju dalam berfikir holistik. Masyarakat dari dulu telah menerapkan yang oleh Clare Palmer, dalam Light and Rolston disebut sebagai pendekatan etika lingkungan, individual dan keseluruhan lingkungan (echological wholes), lebih  melihat ekosistem dan atau spesies dan biosfir sebagai keseluruhan.
Mitos-mitos yang dibangun akhirnya memberi dampak pada manusia dan lingungan itu sendiri. Alam tetap lestari sehingga manusia tetap bisa hidup aman. Manusia pun tetap hidup dengan memegang konsep saling memiliki alam dan lingkungan sekitar. Melestarikan alam juga termasuk bersedekah kepadanya. Sama seperti sedekah kepada orang, sedekah kepada alam akan memberi manfaat yang akan kembali ke pemberinya.
Lestari alamku, lestari desaku
Dimana Tuhanku Menitipkan aku ~
Sumber :Â
duaÂ
Napsiah, 2016, The Contextualization of Local Beliefs on the Preservation of Mount Merapi Environment, Kontekstualita, Vol. 31, No.1, 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H