Melihat penembakan yang membabi buta di Christchurch Selandia Baru, dunia layak geger. Â Brenton Tarrant, pria kulit putih kelahiran Australia dan berusia 28 tahun menembaki jamaah jumat di masjid layaknya ia bermain game. Parahnya lagi ia menyiarkan kejadian tersebut secara online di Facebook selama 17 menit.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern tentu saja kaget. Kejadian serangan teroris belum pernah terjadi di negeri ini. Apalagi tingkat pembunuhan Selandia Baru mencapai level terendah dalam 40 tahun terakhir menjadi 35 per tahun per 2017.
Selandia Baru dan dunia patut terkejut. Institute for Economics and Peace (IEP) mengeluarkan Global Index tahun 2018 merangking Negara berdasarkan tingkat keamanannya. Penilaian berdasarkan tingkat pertumbuhan, terror politik dan konflik internal. Selandia baru menempati posisi kedua. Indonesia tidak berhasil masuk 30 besar. Wilayah Asia Tenggara tertinggi dipegang oleh Singapura.
Melihat data ini, tidak mengherankan banyak orang Indonesia yang kuliah di Negara ini. Menurut Data dari Education New Zealand (ENZ), terdapat peningkatan 43 persen orang Indonesia yang kuliah di sini (2017). Hal ini juga didukung sistem pendidikan yang bagus di Negara ini. Menurut NCIA ada delapan universitas yang semuanya masuk dalam Top 500 QS World University Rankings tahun 2017.
Semua peringkat tentang keramahan, kedamaian dan pendidikan harus tercoreng dengan ulah Brenton Tarrant. Rencana penembakan telah ia siapkan selama dua tahun dan akhirnya memilih masjid tersebut tiga bulan lalu.
Jiwa rasismenya menyebut "kita harus memastikan keberadaan rakyat kita, dan masa depan untuk anak-anak kulit putih". Lantas ia begitu saja melegalkan aksinya menghabisi 49 orang di dalam masjid. Ia juga mengatakan tidak ada tempat aman bahkan di pelosok desa pun untuk imigran muslim ini.
Fraser Anning, senator Queensland ternyata juga hampir sama. Ia menyalahkan kebijakan negara soal imigran Muslim yang mengijinkan muslim fanatik pindah ke Selandia Baru. Ia juga mengatakan bahwa kaum muslim adalah korban tapi mungkin juga pelaku.
Negara Muslim boleh geram, Indonesia sebagai Negara muslim terbesar tentu saja harus bersikap. Tidak lantas harus membalas rasis dengan rasis tapi lebih lebar lagi menyampaikan kedamaian. Apalagi ada konsep Islam Nusantara dari NU dan Islam Berkemajuan dari Muhammadiyah.
Indonesia harus tetap waspada. Selandia Baru saja yang diklaim sebagai Negara teraman dan terdamai saja masih mengalami kejadian seperti ini, apalagi Negara lain yang berada di bawahnya. Upaya teroris di sumatera kemarin cukup member alarm, teroris masih berkembang di Indonesia.
Semoga Selandia Baru kembali damai dan menjadi negeri ramah bagi siapa saja.