Mohon tunggu...
Anang Syaifulloh
Anang Syaifulloh Mohon Tunggu... Freelancer - Akun Pribadi

Pengagum Bapak Soekarno, namun untuk masalah wanita belum seahli beliau

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkan Solusi Menghindari Pacaran Adalah Nikah Muda?

20 Januari 2018   14:05 Diperbarui: 20 Januari 2018   14:25 2324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ttps://www.womenwork.org/

Akhir-akhir ini nikah muda semakin marak. Sebenarnya bukan fenomena baru, tetapi nikah muda semakin populer dengan adanya sosial media yang semakin mendukung gerakan ini. Apakah nikah muda adalah jawaban gaya pacaran yang semakin tidak karuan?

Media sosial berperan besar. Ajakan untuk menikah muda semakin luas dengan banyaknya akun yang menyampaikan manfaat nikah muda. Beberapa orang yang terkenal terutama di Instagram juga melakukannya. Baru-baru ini rumah tangga Taqy Malik dan Salmafina goyah. Pernikahan muda keduanya baru berumur beberapa bulan. Tagar #NikahMuda dipost lenih dari 150 ribu kali. 

Bagi sebagian orang nikah muda dilakukan untuk mencegah zina dari pacaran. La Taqrabu Zina,ini benar adanya. Gaya pacaran jaman sekarang semakin memprihatinkan. Kos bebas di beberapa kota besar bukan menjadi rahasia lagi. Posting foto yang terlalu mesra di sosmed bukan hal yang tabu lagi. Apalagi hubungan badan menjadi tanda cinta kedua pasangan. Lantas gerakan nikah muda muncul untuk mengatasi itu semua. Efektifkah?

Selain itu, nikah muda juga mendatangkan rizki. Ini juga benar adanya. Secara logika, menikah akan menambah semangat suami atau istri untuk mencari rizki karena mungkin ada cita-cita kedua pasangan yang ingin dicapai. Lagi-lagi pacaran tidak menuju ke arah ini. Semangat membahagiakan pasangan tidak menuju ke arah yang jelas karena belum ada ikatan.

Akar masalahnya adalah zina dan hubungan haram maka solusinya adalah menghalalkan. Apakah solusi linier ini adalah solusi terbaik?. Tidak sesederhana itu. Semua amal baik itu dunia dan akhirat membutuhkan ilmu. Mendirikan bangunan butuh ilmu agar tidak roboh, membuat perahu butuh ilmu agar tidak tenggelam. Bahkan keutamaan orang berilmu lebih tinggi daripada orang yang rajin dan bekerja keras. 

Tanpa ilmu semuanya akan sia-sia. Amal belum tentu diterima, seperti meraba di tempat kegelapan. Menikah bukan hanya membutuhkan ilmu tentang nikah. Ada juga ilmu fiqh, muamalah, tasawuf dll. Sudahkah pelaksana nikah muda mempunyai ilmu yang cukup dalam membangun dan mengarungi lautan pernikahan?. Tanpa ilmu bangunan pernikahan akan roboh atau perahu pernikahan akan tenggelam.

Menghindari zina dan mendapat rizki yang barokah lebih tepatnya dengan mencari ilmu. Tidak ada yang salah dengan menunda menikah karena sedang mencari ilmu terutama agama. Persiapan bekal lebih utama. Membangun rumah butuh material, mengarungi samudera butuh persediaan bekal yang cukup. Masihkah ingin menikah tanpa bekal? hanya karena menghindari zina atau sekedar mengikuti tren sosial media?

Persiapkan jiwa dan raga terlebih dahulu. Mangga yang matang lebih manis daripada yang masih muda. Carilah ilmu melalui guru yang bijaksana. Mengaji ke pondok pesantren bisa menjadi solusi untuk mencapai kematangan yang hakiki. Bukankah ketika buah matang akan lebih banyak yang melirik?

Gerakan ayo mondok atau ayo ngaji lebih bisa menjawab masalah zina saat ini daripada gerakan nikah muda yang mengatasi masalah dengan sementara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun