Lagi-lagi poligami menjadi masalah. Masyarakat Indonesia masih sensitif mengenai masalah poligami ini. Apalagi jika yang diminta pendapat adalah wanita. Suara mereka sebagian lantang menolak poligami karena berbagai alasan. Salah satunya ingin memiliki seutuhnya tanpa dibagi dengan yang lain. Soal poligami menjadi masalah lagi ketika ada yg dilaporkan karena membuat video parodi tentang ustad arifin ilham. Ada beberapa anak muda yang membuat parodi  postingan Ust Arifin Ilham tentang nasihat poligami. Mereka mereka ulang dengan khas gaya parodi. Kali ini bukan mengomentari apakah parodi tsb salah atau benar karena akan banyak sekali pro dan kontra serta sangat subjektif sekali menilainya. Apalagi putra Ust Arifin Ilham, Alvin mengancam akan melaporkan pelaku ke polisi karena sudah melecehkan ulama. Kata Ulama sangat sensitif akhir-akhir ini, melihat banyak aksi aksi yang mengatas namakan ulama, seperti aksi bela ulama dan kriminalisasi ulama. Intinya selesaikan dengan baik dengan tanpa membuat seolah-olah drama. Saling lapor bahkan ada aksi-aksi berjilid-jilid. Mungkin ini terlalu berlebihan. Pembuat konten parodi apabila ingin meminta maaf silahkan, karena Alvin telah menunggunya dan mungkin masalah akan selesai sampai disini.Â
Jangan Berlebihan
Masalah ini jangan sampai membesar dan membuat gaduh Indonesia sekali lagi. Kasus perseorangan jangan sampai membawa masalah ke orang banyak. Masyarakat Indonesia sudah memiliki masalah yang banyak dan tidak arif apabila menambahkan dengan memikirkan masalah pribadi perseorangan. Kasus juga ini jangan menambah keruwetan, Indonesia mulai tenang setelah Pilkada Jakarta dan mulai naik kembali ketika ada kasus bom kemarin. Jangan sampai kasus ini menambah keruwetan yang telah ada. Jadi, tidak perlu demo-demo dengan tema pelecehan ulama. Selesaikan dengan arif dan bijaksana.
Bagaimana Kongres Ulama Menyikapi?
Ada yang menarik dalam Kongres Ulama Perempuan Indonesia di Cirebon, Jawa Barat, pada akhir April 2017. Di dalam kongres ini juga membicarakan tentang masalah poligami. Dalam kongres itu, para perempuan ulama menyebut poligami sebagai bentuk kekerasan dalam rumah tangga. Mereka pun berargumen bahwa poligami bukan tradisi Islam. Pasalnya, praktik itu sudah eksis sebelum massa Nabi Muhammad. Siti Ruhaini Dzuhayatin berrpendapat bahwa apa yang Islam lakukan adalah memanusiakan poligami. Quran justru bertujuan pada monogami. Hal senada diungkapkan Dr. Nur Rofiah Bil Uzm, Surat An-Nisa (4) ayat 3 yang kerap jadi landasan poligami, sebenarnya memberikan argumen kuat soal monogami. Dalam ayat yang dipahami membolehkan poligami, itu ada pesan monogami yang juga kuat, si ujung ayat itu mengatakan kalau khawatir tidak bisa berbuat adil (jangan dilakukan), berarti ini sudah mengingatkan ada potensi ketidakadilan yang tinggi. Maka satu saja. Jadi anjuran untuk poligami adalah untuk mereka yang dapat berbuat adil dan karenanya adil itu sangat sulit, maka pilihan menikah jatuh kepada satu orang saja. Sebagai contoh adalah Kyai NU. Banyak diantara kyai berpoligami. Tetapi tujuan mereka bukan untuk masalah dunia apalagi nafsu. Keadilan beliau sudah teruji dan diamini oleh masyarakat sehingga tidak membuat gaduh. Masyarakat sudah menilai Kyai tersebut mampu dan dipersilahkan untuk poligami sehingga menerimanya. Lantas bagaimana dengan tokoh yang berpoligami kemudian membuat polemik di masyarakat? apakah mereka berarti belum mampu dan dipandang adil oleh masyarakat?
Referensi : Beritagar.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H