Mohon tunggu...
Anang Saefulloh
Anang Saefulloh Mohon Tunggu... PNS -

#petugaspemasyarakatan #ayahduaoranganak #penulis #mahasiswa #kelasinspirasi #sukakajianpendidikanislam #sukamembaca #sukamusikjazz #sukabersepeda #pekalongan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tradisi Syawalan di Kota Pekalongan, Pelajaran Penting Mempersatukan Bangsa

24 Juli 2015   16:10 Diperbarui: 24 Juli 2015   16:18 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tradisi Syawalan di Kota Pekalongan identik dengan pemotongan Lopis Raksasa. Tampak pada gambar Lopis Raksasa di Krapyak Kidul Gg. 8 Kota Pekalongan yang mempunyai berat 1.320 Kg.

 

Suasana meriah tampak jelas di Kota Pekalongan. Pagi ini (24/07) di Kota Pekalongan berlangsung tradisi Syawalan yang ditandai dengan pemotongan Lopis Raksasa, ratusan balon udara yang beterbangan di angkasa dan suara petasan yang membahana. Tradisi Syawalan di Kota Pekalongan rutin diselenggarakan setiap tanggal 8 Syawal atau satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Tradisi di Kota Pekalongan ini, khususnya di Kelurahan Krapyak berbeda dengan tradisi Syawalan di daerah lain. Ciri khasnya adalah adanya pemotongan Lopis Raksasa sehingga tradisi ini juga disebut Lopisan atau Krapyakan. Saat ini tradisi tersebut sudah menjadi agenda pariwisata tahunan Kota Pekalongan. Tadi pagi pemotongan Lopis Raksasa dilaksanakan di dua tempat, yaitu Krapyak Lor Gang 1 dan Krapyak Kidul Gang 8.

Warga Kota Pekalongan banyak yang berfoto di depan Lopis Raksasa di Krapyak Lor Gang 1 Kota Pekalongan.

 

Lopis merupakan sejenis makanan rebus yang bahan bakunya berasal dari ketan. Pemilihan ketan sebagai bahan baku Lopis sesungguhnya sarat akan makna filosofis. Ketan memiliki makna lengket ini menyimbolkan semangat persaudaraan, persatuan dan perdamaian. Awal pembuatan Lopis Raksasa di Krapyak ini sudah dimulai sejak 1955 namun upacara pemotongan Lopis ini baru dimulai sejak tahun 1956 oleh bapak Rohmat, Kepala Desa tersebut pada saat itu. Dulu pembuatan Lopis Raksasa memang bertujuan untuk diberikan kepada tamu dan pengunjung. Awalnya masyarakat mengumpulkan jimpitan beras ketan dari masing- masing rumah kemudian dijadikan satu dan dibuat lopis. Lopis besar pertama yang dibuat hanya berukuran tinggi sekitar 25 sentimenter. Ukuran itu bertahan hingga tahun 1980. Barulah saat itu pemuda setempat berinisiatif untuk memperbesar ukuran lopis dan baru disebut lopis raksasa. Lopis raksasa pertama dibuat tahun 1980 mempunyai ukuran tinggi 80 sentimeter dengan ukuran lingkaran 115 sentimeter. Kini Lopis Raksasa yang dibuat warga Krapyak Lor Gang 1 mencapai ukuran tinggi 185 sentimeter, ukuran lingkaran 80 sentimeter dan berat 1654 kilogram. Sedangkan Lopis Raksasa di Krapyak Kidul Gang 8 mencapai ukuran tinggi 203 centimeter, ukuran lingkaran 240 sentimeter dan berat 1320 kilogram.

Prosesi Lopisan dimulai dengan pemotongan Lopis Raksana oleh Walikota Kota Pekalongan kemudian dibagikan kepada masyarakat yang hadir. Selain menghadiri acara pemotongan Lopis, masyarakat juga berkunjung ke rumah sanak kerabat yang telah siap menyambut mereka. Beragam masyarakat dari berbagai etnis berkumpul menjadi satu merayakan Lopisan di Krapyak. Selain Lopis, menurut Bapak Fajari, tokoh masyarakat di Krapyak Lor, tradisi Syawalan juga identik dengan Lotis dan minuman es sirup. Lotis adalah potongan berbagai macam buah seperti jambu air, bengkoang, kedondong dan buah-buahan lainnya yang disiram dengan gula jawa. Filosofi Lotis ini adalah berbagai macam suku bangsa dan etnis yang ada di Kota Pekalongan bisa berkumpul jadi satu dengan rukun dan saling menghormati antara satu dengan lainnya. Adapun filosofi minuman es sirup adalah sepanas apapun masalah yang ada di Kota Pekalongan bisa didinginkan dengan mengedepankan toleransi dan musyawarah.

Minuman es sirup biasa disajikan bagi tamu dalam tradisi Syawalan di Kota Pekalongan. 

 

Lopis, Lotis dan minuman es sirup menyimbolkan semangat persatuan dan persaudaraan diantara beragam etnis, suku dan kelompok sosial masyarakat Kota Pekalongan. Dihari ini mereka menanggalkan perbedaan dan bersatu sebagai sebuah keluarga besar. Kota Pekalongan menjadi contoh daerah yang dihuni oleh beragam etnis dengan perbedaan budaya dan adat istiadat. Sebagai wilayah di pesisir pantai utara Jawa (Pantura), Kota Pekalongan menjadi jalur perdagangan yang banyak disinggahi berbagai etnis sejak dulu mulai etnis Jawa, Bugis, Arab dan Tionghoa yang kemudian berbaur menjadi satu dalam kemajemukan yang penuh dengan toleransi sehingga selama ini di Kota Pekalongan jarang terdengar ada kerusuhan yang mengatasnamakan SARA (suku, agama dan ras).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun