Mohon tunggu...
Anang Setiawan
Anang Setiawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bercerita semoga ada arti dan makna di dalamnya

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Koridor Salju Musim Semi di Jepang

30 Oktober 2013   18:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:49 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musim semi (spring) di Jepang identik dengan musim di mana bunga Sakura bermekaran, tapi tahukah Anda bahwa juga ada salju yang masih tebal ketika bunga Sakura sudah lama berguguran? Musim dingin (winter) di Jepang berakhir pada bulan Maret, dan akan di gantikan oleh kehangatan mentari dengan munculnya bunga Sakura di musim semi. Tapi tidak untuk objek wisata di Gunung Tateyama, sebuah gunung di perbatasan perfektur Toyama dan perfektur Nagano. Tateyama merupakan sebuah daerah di Jepang dengan curah hujan salju yang cukup tinggi, rata-rata mencapai 7 meter setiap tahunnya, bahkan dapat mencapai ketinggian 20 meter. Di sini ada sebuah jalur wisata sepanjang 90 kilometer yang di sebut dengan Rute Alpen (Alpine Route). Rute wisata ini setiap tahunnya hanya di buka pada bulan April sampai bulan November. Sebagai orang yang tinggal di daerah tropis melihat dan merasakan dinginnya salju adalah salah satu impian saya. Alhamdulillah mimpi tersebut dapat menjadi kenyataan ketika saya berkesempatan pergi berlibur ke Jepang di bulan Mei 2013 sebagai tambahan pergi ke Jepang merupakan pengalaman pertama saya pergi ke luar negeri. Untuk menuju ke Rute Alpen dari Tokyo saya berdua dengan teman saya memilih untuk naik bus malam menuju kota Toyama. Jam 23:30 malam kami berangkat dari Shinjuku dan tiba di stasiun JR Toyama ke esokan harinya jam 6 pagi. Setelah minum coklat panas dari mesin penjual otomatis (vending machine) kami berjalan kaki 10 menit untuk menuju stasiun Dentetsu Toyama. Dari Stasiun ini kami menaiki kereta untuk menuju Stasiun Tateyama. Keretanya sendiri merupakan kereta yang sudah tua dengan lantai berlapis kayu tapi tetap bersih. Durasi perjalanan selama 1 jam dengan tiket seharga 1170 yen. Di stasiun ini pembelian tiket melalui mesin otomatis dan semua dalam tulisan Jepang, sehingga saya terpaksa minta tolong dengan petugas stasiun dengan bahasa Tarzan karena petugas tersebut hanya mampu berbahasa Jepang. [caption id="attachment_288352" align="aligncenter" width="550" caption="Kereta menuju Tateyama yang berlantai kayu"][/caption] Selama perjalanan pemandangan pedesaan di Jepang yang terlihat, bentuk rumah dan warna atap rumah pedesaan di Jepang semuanya seragam. Kereta ini hanya mempunyai satu masinis yang sekaligus berperan sebagai kondektur. Di sebebelah kursi masinis ada mesin untuk memasukkan tiket yang sudah di beli sebelumnya di stasiun, sangat efisien. Setelah sampai di Stasiun Tateyama saya langsung mencari tempat penukaran tiket yang sebelumnya sudah saya beli online sebelum saya berangkat ke Jepang. Harga Tiket satu arah untuk rute Tateyama sampai dengan Ogizawa adalah 8060 yen, cukup mahal harganya untuk kantong saya. Tiket ini hanya untuk membayar biaya alat transportasi selama saya melintasi rute Alpen. Tempat penukaran tiket ini ada di bagian bawah stasiun, untungnya petugas di sini cukup mampu berbahasa Inggris. Saya kemudian memilih untuk segera berangkat. Sambil berlari saya menaiki cable car untuk menuju ke Stasiun Bijodaira. Lama perjalanan hanya 7 menit di sini warna putih salju mulai terlihat. Karena saya sudah membeli tiket terusan maka di sini saya tidak perlu membeli tiket lagi, hanya perlu menunjukkan tiket terusan saya ke petugas loket, jika membeli satuan tiketnya seharga 700 yen. [caption id="attachment_288354" align="aligncenter" width="550" caption="Cable Car menuju Bijodaira"]

1379245426411371982
1379245426411371982
[/caption] Setelah sampai Bijodaira kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan Highland bus. Di dalam bis ini hanya sedikit di isi penumpang, mungkin karena hari kerja dan masih pagi. Bis ini akan menempuh perjalanan selama 50 menit dengan tarif 1660 yen. Di dalam bus juga di lengkapi dengan suara pemandu dalam bahasa Inggris yang menjelaskan tempat-tempat yang di lewati. Di sini pemandangan yang terlihat adalah pepohonan besar yang berwarna putih karena masih tertutup salju tebal. Bus sempat berhenti sejenak di lokasi air terjun Shomyo. Air terjun ini merupakan air terjun tertinggi di Jepang dengan ketinggian 350 meter, hanya saja karena salju yang masih tebal tidak terlihat kucuran air terjun. [caption id="attachment_288357" align="aligncenter" width="550" caption="Highland Bus"]
13792454981688629590
13792454981688629590
[/caption] [caption id="attachment_288358" align="aligncenter" width="550" caption="Pemandangan di sepanjang jalan Bijodaira - Murodo"]
13792455451288765775
13792455451288765775
[/caption] Stasiun Murodo yang merupakan stasiun tertinggi di Jepang dengan ketinggian 2450 meter diatas permukaan laut merupakan tempat pemberhentian terakhir Highland bus. Daya tarik utama Murodo pada bulan April sampai dengan awal bulan Juni adalah koridor salju (Snow Corridor / Snow Wall) yang tingginya dapat mencapai 20 meter atau hampir setinggi gedung 10 lantai. 16 April 2013 di hari pembukaan rute Alpen ketinggian dindingnya mencapai 18 meter. Koridor Salju mulai di buka jam 10 pagi. Karena masih belum buka saya memutuskan untuk berjalan mengitari Murodo. Di Murodo juga terdapat onsen , tempat pemandian air panas khas Jepang, dengan lokasi yang paling tinggi di Jepang dan ada juga jalur untuk trekking melihat pemandangan gunung Tateyama. [caption id="attachment_288360" align="aligncenter" width="550" caption="Tumpukan salju di stasiun Murodo"]
13792456162008071206
13792456162008071206
[/caption] Jaket tebal, kupluk dan sarung tangan yang saya pakai ternyata belum mampu melawan hawa dingin di Murodo. Sayangnya saya hanya sebentar berkeliling Murodo untuk melihat dan memegang tumpukan salju karena selain dingin, sepatu kets yang saya pakai juga licin untuk berjalan di atas es. Jadi saya memutuskan untuk menghangatkan diri di dalam stasiun. Rute Alpen juga merupakan objek wisata favorit turis lokal Jepang, banyak yang sudah lanjut usia datang ke tempat ini dengan membawa peralatan trekking. Sedangkan yang masih berusia muda membawa peralatan olahraga ski dan snowboard. Begitu menunjukkan jam 10 kami mengantri untuk berjalan di Koridor Salju. Kami berjalan di satu sisi jalan raya dengan hanya di batasi oleh sebuah tali. Koridor Salju yang hanya terdapat di Jepang, membuktikan bahwa kecanggihan tekhnologi Jepang dapat berpadu mesra dengan keindahan alam. Timbunan salju setinggi 18 meter mampu di belah dengan presisi yang sangat akurat. Jalan yang boleh di lalui wisatawan hanya sepanjang 500 meter, kemudian kami berbalik arah ke dalam stasiun. Pengalaman berjalan di antara dinding salju yang begitu tinggi membuat saya merasa kecil di hadapan kekuasaan Illahi. [caption id="attachment_288362" align="aligncenter" width="550" caption="Koridor Salju di Murodo"]
1379245664657214957
1379245664657214957
[/caption] Selanjutnya perjalanan kami lanjutkan dengan menaiki Tateyama Trolley Bus, sebuah bus elektrik yang berjalan menembus terowongan menuju Daikanbo. Perjalanan dengan tarif 2100 yen ini berlangsung selama 10 menit. Stasiun Daikanbo juga menyediakan dek observasi untuk wisatawan dapat melihat pemandangan di sekelilingnya. [caption id="attachment_288364" align="aligncenter" width="550" caption="Trolley Bus yang di gerakkan dengan listrik"]
13792457201374449540
13792457201374449540
[/caption] Kereta gantung (ropeway) adalah alat transportasi selanjutnya untuk menuju ke Kurobedaira. Kereta ini mempunyai jalur sepanjang 1.7 km dengan waktu tempuh 7 menit dan berharga 1260 yen. Kereta gantung ini tidak memiliki tiang penahan di antara kedua stasiun, membuat kereta gantung ini menjadi kereta gantung tanpa penahan terpanjang di Jepang. Pemandangan yang di tawarkan juga mengagumkan, gunung berwarna biru tua bercampur dengan pepohonan yang berwarna putih. [caption id="attachment_288365" align="aligncenter" width="550" caption="Pemandangan selama di kereta gantung"]
13792457652115960937
13792457652115960937
[/caption] Kami hanya berhenti sejenak di Stasiun Kurobedaira, kemudian mengantri untuk menaiki cable car. Yang berbeda dengan cable car sebelumnya adalah di sini berjalan melewati terowongan. Setelah 5 menit kami sampai di stasiun Kurobeko. Cable car ini berbiaya 840 yen. [caption id="attachment_288366" align="aligncenter" width="550" caption="Cable car yang berjalan di dalam terowongan menuju stasiun Kurobeko"]
13792458341935746351
13792458341935746351
[/caption] Akhirnya kami sampai di objek terakhir rute Alpen, Kurobe Dam, Bendungan air paling tinggi di Jepang dengan ketinggian 186 meter. Di sini di sediakan view point untuk mendapatkan pemandangan bendungan Kurobe yang lebih indah. Untuk mencapai view point wisatawan perlu terlebih dahulu menaiki 220 anak tangga. Di Kurobe dam juga terdapat kapal pesiar (cruise) untuk melihat pemandangan di sekitarnya, sayangnya kapal ini hanya beroperasi di akhir bulan Juni sampai awal bulan November setiap tahunnya. [caption id="attachment_288367" align="aligncenter" width="550" caption="Danau di Bendungan Kurobe"]
13792459181709961399
13792459181709961399
[/caption] [caption id="attachment_288368" align="aligncenter" width="550" caption="Bendungan Kurobe"]
1379245965757400374
1379245965757400374
[/caption] Karena terbatasnya waktu kami tidak dapat berlama-lama menikmati keindahan bendungan Kurobe, dan hanya berjalan di tepi bendungan untuk menuju ke sebuah terowongan yang lembab ke stasiun untuk menaiki Kanden Trolley Bus dengan biaya 1500 yen ini akan menembus terowongan selama 15 menit menuju ke Ogizawa. Stasiun Ogizawa merupakan tujuan akhir dari tiket yang saya beli online. Kemudian saya perlu membeli lagi tiket seharga 1330 yen untuk menuju ke Stasiun JR di kota Shinano-Omachi. Perjalanan ini membutuhkan waktu selama 40 menit, di sepanjang jalan selain salju yang mulai mencair saya juga sempat melihat bunga sakura yang masih belum gugur. Dari Shinano-Omachi rencana awal saya adalah akan naik bis langsung menuju Shinjuku, Tokyo. Setelah berputar-putar di sekitar stasiun dengan di temani angin kencang dan suhu yang mulai dingin saya tidak dapat menemukan lokasi agen untuk membeli tiket bis. Agak susah bagi saya menemukan petunjuk karena orang Jepang yang saya tanya tidak dapat berbahasa Inggris, sedangkan saya tidak dapat berbahasa Jepang. Hal ini memaksa saya mengambil keputusan untuk kami akan naik kereta lokal terlebih dahulu ke kota Matsumoto. Sebelum naik kereta saya mencicipi soba panas dengan daging bebek yang ada di dalam stasiun, maknyuss! [caption id="attachment_288370" align="aligncenter" width="550" caption="Stasiun Shinano-Omachi"]
1379246007652785661
1379246007652785661
[/caption] Tiket kereta menuju kota Matsumoto seharga 650 yen dengan durasi perjalanan selama 40 menit. Sampai di stasiun JR Matsumoto. Rintik hujan mulai turun, kami segera keluar dari stasiun dan kemudian membeli tiket bis untuk melanjutkan perjalanan selama 3 jam untuk kembali ke Shinjuku, Tokyo. [caption id="attachment_288371" align="aligncenter" width="550" caption="Stasiun JR Matsumoto"]
1379246067634351620
1379246067634351620
[/caption] Sebuah perjalanan satu hari yang melelahkan sekaligus mengesankan demi mewujudkan sebuah impian. Video bagian pertama Video bagian kedua Catatan: Untuk menuju Rute Alpen di Gunung Tateyama dapat melalui Kota Toyama atau Kota Shinano-Omachi. Dari Tokyo, Kota Toyama dapat di capai dengan bus dan kereta api, sedangkan Shinano-Omachi dapat di capai dengan menggunakan Kereta api (silakan cek untuk harga dan waktu tempuh di hyperdia.com) Makanan di sepanjang rute Alpen harganya cukup mahal, lebih baik membawa bekal (terdapat minimarket di dekat stasiun JR Toyama) Untuk dapat menikmati keseluruhan pemandangan di rute Alpen, sebaiknya berangkat dari Toyama atau Shinano-Omachi sepagi mungkin. Jika dana Anda berlebih, dapat juga menginap di Murodo, di sini terdapat hotel dengan lokasi tertinggi di Jepang. Selain salju di musim semi, rute Alpen juga menawarkan pemandangan indah di musim panas dan musim gugur. Foto dan Video: dokumen pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun