Mohon tunggu...
Anang Febrianto
Anang Febrianto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menulis untuk mengingatkan diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Muncak Merbabu

3 Agustus 2013   09:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:40 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gunung merbabu terletak di Magelang dan Boyolali dengan ketinggian 3.142M dpl berhadapan langsung dengan gunung Merapi. Kami mendaki lewat Kecamatan Selo(jalur selo atau jalur selatan) yang berada diantara Gunung Merapi dan Merbabu.

Dari pusat kota Yogyakarta, Jum’at 5 Juli 2013  kami  butuh sekitar 2 jam lebih hingga mencapai basecamp dilereng Merbabu. Beranggotakan 10 orang kami diharuskan untuk mantap dan yakin agar perjalanan senantiasa lancar tanpa gangguan. Amiin...

Tepat waktu maghrib, kami tiba di bacecamd, istirahat sejenak sambil memesan makanan sekedar untuk mengisi perut yang sudah mulai keroncongan

.Makanan dan minuman, seperti nasi goreng, mie rebus, teh, kopi  dan aneka cindera mata berupa gantungan kunci kaos tangan  juga bisa di peroleh di basecamp yg berupa rumah-rumah penduduk ini.  Sebelum mendaki saya sempat pesan mie rebus yang di bandrol 8000 rupiah sudah termasuk tehnya. Walau Cuma mie instan campur telor, tapi lumayanlah bisa bikin sedikit kenyang,  lagi pula yang kami siapkan dalam perjalanan hanya roti, susu, madu dan 15 liter air minum dan tentunya harus benar2 berhemat karena menurut teman kami yang pernah mendaki kira2 butuh 7-8 jam untuk sampai ke puncak.

Udara super dingin mulai membuat tangan dan kaki mengkerut, hampir  mati rasa. Ada kejadian saat saya gak sengaja meremas knalpotmotor  yang sebenarnya  masih panas

, tapi hasilnya hanya merah doang. Entah karena dinginnya yang ultimate greget atau tangan saya yang sakti.
Alhamdulillah hari itu cuaca sedang  cerah-cerahnya. Pendakian kami mulai pukul 19.00 wib sehabis sholat Isa. Beberapa jam mendaki jalanan terjal dan berlubang silih berganti kami lalui, untung nya tidak ada hewan semacam ular atau penampakan hantu secara tempatnya juga terbilang angker. 

Melalui jalur Selo ini kami dikejutkan oleh banyaknya percabangan jalan, bermodal peta dan insting serta bantuan pendaki lain, kami melanjutkan perjalanan meskipun didepan menunggu sisi jurang terjal yang sangat berbahaya.  Setelah 4 jam mendaki kami berpapasan dengan pemandangan indah bunga edelweiss di sisi kiri kanan jalan, yang katanya bunganya tidak bisa layu walau sudah dipetik dan didiamkan bertahun-tahun.

Tidak lama kemudian kami tiba di daerah Batu Tulis, yaitu tempat terbuka yang cukup luas, di tengahnya terdapat sebuah batu yang cukup besar. Kenapa diberi nama demikian, ya mungkin karna banyak terdapat coretan gak jelas di dinding batu.

Sekitar pukul 02.00 malam hari, kami berhenti di daerah Sabana, cukup luas dan terbuka seperti lapangan padang rumput. Puncaknya sudah kelihatan, tapi karna kelelahan. Kami putuskan mendirikan tenda yang telah disewa berjumlah 2 buah. Udara disertai angin kencang dan dingin membuat kami malas keluar tenda, keasyikan tidur, jadinya batal melihat sunrise, sedangkan diluar tenda beriringan pendaki lain, cukup banyak ternyata pada hari itu, perempuan sampai pendaki yang masih duduk di bangku sekolah dasar pun ada.

Makin lama stamina semakin terkuras, nafas yang terengah-engah, hanya beberapa langkah saja hingga akhirnya kembali beristirahat kembali selama beberapa menit. Sambil sesekali memalingkan muka untuk melihat Gunung Merapi yang tidah henti-hentinya mengepulkan asap.Matahari pagi pun belum sanggup menghilangkan rasa dingin lantaran angin terus menghantam dari berbagai arah.

Pukul 09.00 kami berhasil mencapai puncak. Tapi kurang tahu  puncak yang mana(karena puncaknya ada 7) disini kita dapat memandang Gn. Merapi dengan jelas, nampak dekat sekali. Ke arah barat tampak Gn. Sumbing dan Sindoro nampak gagah.  Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn. Lawu dengan puncaknya yang memanjang.

Rasa lelah pun terbayarkan dengan panorama alam dari atas gunung. Puncak ini seakan menjadi magnet bagi kami untuk mencoba menjejaki gunung lainnya suatu saat nanti.

SEKIAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun