Pemerolehan bahasa atau language aquesition dapat diartikan sebagai proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language) (Dardjowidjojo 2005:225).Â
Pemerolehan bahasa berlangsung di dalam otak seorang pada saat bayi ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibu (Chaer 2009:167). Pemerolehan bahasa pada anak yang baru lahir berawal dari tangisan yang merupakan bentuk respon terhadap stimulus dari lingkungannya (Indah 2011). Language Acquiestion Device (LAD) telah dimiliki oleh setiap anak sejak lahir (Miller & Chomsky, 1957 dalam (Susanto 2017)).
Istilah pemerolehan bahasa (language aquesition) berbeda dengan pembelajaran bahasa (language learning) (Chaer 2009:167; Dardjowidjojo 2005:225).Â
Dalam hal pemerolehan bahasa, pelajar bahasa tidak menyadari bahwa sedang berupaya memperoleh bahasa, walaupun dia tetap sadar sedang menggunakan bahasa untuk berkomunikasi (Mustadi et al. 2021:16). Pembelajaran bahasa terjadi dalam keadaan sadar, dan dalam lingkungan yang lebih formal.Â
Pemerolehan bahasa pertama merupakan proses pemrosesan input yang diterima dari bentuk yang sederhana hingga kompleks terhadap aturan-aturan bahasa yang diterimanya (Indah 2011).Â
Bahasa kedua atau bilingualisme (B2) diperoleh setelah seseorang menguasai bahasa pertama (B1) dimulai dari penguasaan B2 yang secara bertahap meningkat sampai akhirnya menguasainya (Syaprizal 2019). Apabila ada bahasa ketiga (B3) maka dapat disebut sebagai multilanguage.
Proses pemerolehan bahasa merupakan kemampuan proses dalam berkomunikasi untuk menangkap, menggunakan dan menghasilkan kata untuk memahami (Purnomo 2019).Â
Proses pemerolehan bahasa berkaitan erat dengan perkembangan komunikasi verbal anak yang terjadi sejak usia dini atau bayi.Â
Cara merespon anak akan berkembang seiring kematangan mentalnya, dan kemudian anak akan terus menyimpan stimulus bahasa pada memorinya (Indah 2011).Â
Tahapan pemerolehan bahasa menurut Mackey dalam (Purnomo 2019) antara lain, (1) umur 3 bulan, anak mulai mengenal suara manusia dengan ingatan sederhana; (2) umur 6 bulan, anak mulai mampu membedakan nada yang "halus" dan "kasar" sembari membuat vocal; (3) umur 9 bulan, anak mulai mampu mengucapkan bermacam-macam suara; (4) umur 12 bulan, anak mulai mampu membuat reaksi terhadap perintah; (5) umur 18 bulan, anak mulai mampu mengikuti petunjuk dengan beberapa kosa kata (biasanya sekitar 20) yang sudah dimiliki; (6) umur 2-3 tahun, anak pada usia ini sudah bisa memahami pertanyaan dan perintah sederhana, serta mengutarakan isi hatinya dengan kalimat sederhana; (7) umur 4-5 tahun, pemahaman anak pada usia ini semakin mantap dan mulai belajar kalimat-kalimat yang agak rumit digunakan; (8) umur 6-8 tahun, anak mulai mampu memahami kalimat yang biasa dipakai oleh orang dewasa dalam sehari-hari.
Pada saat anak sedang memperoleh bahasa pertamanya, terdapat dua proses menurut (Purnomo 2019) yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Proses kompetisi merupakan sebuah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung tanpa disadari.Â