Mohon tunggu...
Anang Wicaksono
Anang Wicaksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadikan menulis sebagai katarsis dan sebentuk kontemplasi dalam 'keheningan dan hingar bingar' kehidupan.

Mengagumi dan banyak terinspirasi dari Sang Pintu Ilmu Nabi. Meyakini sepenuhnya Islam sebagai rahmatan lil 'alamin, pembawa kedamaian dan kesejahteraan bagi semesta alam. Mencintai dan bertekad bulat mempertahankan NKRI sebagai bentuk negara yang disepakati para founding fathers kita demi melindungi dan mengayomi seluruh umat beragama dan semua golongan di tanah tumpah darah tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Peringatan Untuk Erdogan: Ber-empati-lah, Jangan ikutan Mengkudeta Presiden Suriah!

16 Juli 2016   21:26 Diperbarui: 16 Juli 2016   21:47 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagai manusia, sering kali kita terbuai dalam mimpi-mimpi indah kesombongan dan kepongahan kita karena merasa lebih kaya, lebih berkuasa, lebih berpengaruh, lebih hebat, atau pendeknya, merasa lebih unggul dibanding yang lain. Perasaan-perasaan 'yang merasa lebih'  inilah yang biasanya membuat kita lalai dan lupa diri sehingga menyebabkan kita terjerumus melakukan tindakan-tindakan tercela alias kezaliman pada pihak lain. Namun, Tuhan selalu baik kepada hamba-hamba-Nya. Dia akan menjadikan sebuah peristiwa sebagai peringatan bagi hamba-Nya yang lalai dan lupa diri agar segera tersadar untuk bergegas memperbaiki kesalahannya.

Dengan demikian, sebuah peristiwa yang terjadi, -- apapun itu, yang menurut kita baik atau buruk -- seharusnya bisa menjadi media peringatan yang efektif bagi kita. Atau bisa menjadi sebuah cermin dimana kita bisa melihat  'bopeng' wajah kita. Bagi orang yang rendah hati dan rutin melakukan introspeksi, setiap peristiwa yang terjadi, terutama yang menimpa dirinya sendiri, akan selalu dikaji agar bisa menemukan kedalaman makna hakiki di balik peristiwa tersebut. Orang-orang seperti ini akan berusaha untuk menemukan 'pesan Tuhan' dibalik sebuah peristiwa untuk membawanya memperbaiki diri. "Hisablah dirimu sebelum kau dihisab," demikian kurang lebih bunyi sebuah hadits Nabi.

Begitu pula dalam peristiwa kudeta bersenjata di Turki yang terjadi baru-baru ini. Seperti diberitakan, kudeta yang dilakukan sebagian faksi militer ini diduga didalangi oleh seorang mantan petinggi militer Turki, Kolonel Muharrem Kose. Kose ditengarai memiliki kedekatan dengan tokoh oposisi yang kini mengasingkan diri ke Amerika Serikat, Fethullah Gulen. Namun tidak seperti kudeta-kudeta militer yang terjadi sebelumnya di Turki, kudeta kali ini hanya berlangsung singkat. Kendati sempat menduduki beberapa gedung pemerintahan, para tentara pemberontak akhirnya berhasil dipukul mundur dan kudeta itu pun praktis dapat dipatahkan.

Lantas, 'pesan' apa yang dapat dibaca dari peristiwa kudeta gagal tersebut? Secara kasat mata, peristiwa itu membuktikan bahwa mayoritas rakyat Turki dan tentara tetap loyal mendukung rezim Erdogan. Namun yang masih perlu pembuktian, apakah benar kekuatan oposisi mendukung kudeta ini? Ataukah hanya ketidakpuasan sebagian faksi militer terhadap berbagai kebijakan Erdogan selama ini? Yang jelas, setelah kegagalan kudeta ini, hampir bisa dipastikan para tentara pemberontak akan dihukum berat karena terbukti tidak memiki loyalitas pada rezim penguasa.

Adakah pesan lain dalam peristiwa kudeta tersebut? Menurut saya ada. Dan pesan ini lebih penting dari semua pesan di atas. Pesan itu terkait dengan konflik Suriah, dimana bersama dengan penguasa monarki Saudi dan Qatar, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dikenal luas sebagai pemain regional yang bermain aktif melakukan intervensi terhadap masalah internal negara tetangganya itu.  Ketiga pemain regional ini bersekutu dengan poros kekuatan Amerika-Israel dan sebagian negara Barat lainnya untuk menjatuhkan Presiden Suriah Bashar Al Assad dengan cara mendukung kelompok-kelompok teroris pemberontak.

Peran Erdogan cukup dominan dalam mengobok-obok dan 'ngrusuhi' tetangganya itu. Antara lain dengan membiarkan perbatasan Turki-Suriah menjadi gerbang utama bagi para teroris takfiri Salafi-Wahabi dari seluruh penjuru dunia untuk masuk ke dalam wilayah Suriah. Juga tindakan jahatnya dengan menyuplai kebutuhan logistik dan persenjataan bagi para teroris pemberontak Suriah. Belum lagi dengan peran Turki sebagai penadah minyak jarahan ISIS dari ladang-ladang minyak Suriah dan Irak. Dalam konflik Suriah, Turki memang benar-benar sangat pas digelari sebagai "tetangga dekat yang buruk dan amat jahat!"

Dengan semua tindakan kriminal yang dilakukannya terhadap negara tetangganya itu, apa pesan khusus yang relevan untuk Erdogan? Pesan itu adalah: Ber-empati-lah pada negara tetangga Anda, Suriah. Hentikan perbuatan jahat Anda. Jangan ikut-ikutan dengan poros Amerika-Israel-Saudi untuk mengkudeta Presiden Suriah yang didukung mayoritas rakyatnya itu. 

Bersyukurlah bahwa kudeta yang menimpa Anda itu tidak didukung oleh negara-negara lain sebagaimana Anda dan sekutu Anda mendukung para teroris pemberontak Suriah untuk mengkudeta Presiden Bashar al Assad. Sadarlah bahwa tindakan Anda yang mendukung kudeta terhadap pemimpin negara tetangga Anda itu sangat tercela dan tidak patut! Bila Anda masih mempunyai secuil kehormatan, berhentilah dari melakukan sikap-sikap tercela seperti itu. Jadilah tetangga yang baik, Erdogan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun