Mohon tunggu...
Anang Wicaksono
Anang Wicaksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadikan menulis sebagai katarsis dan sebentuk kontemplasi dalam 'keheningan dan hingar bingar' kehidupan.

Mengagumi dan banyak terinspirasi dari Sang Pintu Ilmu Nabi. Meyakini sepenuhnya Islam sebagai rahmatan lil 'alamin, pembawa kedamaian dan kesejahteraan bagi semesta alam. Mencintai dan bertekad bulat mempertahankan NKRI sebagai bentuk negara yang disepakati para founding fathers kita demi melindungi dan mengayomi seluruh umat beragama dan semua golongan di tanah tumpah darah tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Politik

ISIS : 'Anak Politik' Barat yang Liar dan Linglung

17 November 2015   10:50 Diperbarui: 17 November 2015   10:51 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Apapun bentuk dan alasannya, terorisme tidak bisa ditolerir!" 

Demikian tanggapan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo terkait aksi teror di Paris, 13 November 2015. Saya 100% mendukung statemen sang presiden.

Terorisme di Paris yang menewaskan lebih dari seratus orang dan melukai ratusan yang lain telah mengguncangkan Prancis dan dunia. Masyarakat dunia mengecam dan mengutuk aksi serangan teror ini. ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) mengklaim berada dibalik serangan teror Paris. Investigasi pihak keamanan Prancis juga mengarah ke ISIS sebagai pelaku serangan.

Bagi negara-negara Barat -- terutama Amerika, Inggris dan Prancis --, ISIS adalah 'anak' tak diharapkan yang dibutuhkan. ISIS lahir dari hasil perselingkuhan politik ambisius Amerika-Israel dan para sekutunya -- Inggris, Prancis, Saudi, Qatar, UEA dan Turki -- untuk menjatuhkan Presiden Suriah Bashar Al Assad. Tak diharapkan karena Barat merasa khawatir adanya sisi militansi anti Barat yang secara fundamental ada pada diri ISIS dan berpotensi besar menyerang mereka. Dibutuhkan karena Amerika dan sekutunya membutuhkan ISIS -- faksi pemberontak terkuat di Suriah -- untuk memuluskan agenda politik mereka di Suriah.

Pada krisis Suriah, Barat menerapkan 'politik dua wajah' yang terkesan membingungkan. Di satu sisi mereka adalah pendukung pemberontak Suriah (termasuk ISIS), namun disisi lain -- demi status mereka sebagai 'pendukung' HAM -- mereka tak bisa 'membiarkan' kebiadaban terorisme ISIS di Irak dan Suriah. Untuk itulah kemudian Barat beretorika untuk melawan ISIS dengan menggunakan 'serangan-serangan' jet tempur Amerika.

Dengan 'politik dua wajah' Barat, tak heran bila 'serangan-serangan' jet tempur Amerika itu tidak menunjukkan hasil yang signifikan, justru malah memperkuat ISIS. Lain halnya dengan Rusia yang dengan serius menggempur basis-basis teroris ISIS sehingga memudahkan tentara Suriah untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang sempat diduduki ISIS.

Jadi sebenarnya 'politik dua wajah' Barat di Suriah itulah yang membingungkan masyarakat awam dunia termasuk ISIS sendiri di dalamnya. Apalagi propaganda dan retorika Barat untuk melawan ISIS didengungkan begitu gencar ke seluruh penjuru dunia. 

Bagi sebagian elit ISIS, mungkin mereka paham bahwa Barat sebenarnya mendukung -- dan memperalat -- mereka untuk mendongkel Bashar Al Assad dan propaganda melawan ISIS di Irak dan Suriah hanyalah retorika kosong belaka. Namun bagi sebagian elit lain dan kalangan 'akar rumput' ISIS yang kurang memahami seluk beluk politik, retorika Barat nampaknya mereka pandang sebagai sesuatu yang 'serius' dan oleh karenanya mereka memandang Barat sebagai musuh.

Dengan demikian, saya menduga akibat 'politik dua wajah' Barat di Suriah, ada sebagian kelompok dalam tubuh ISIS yang menjadi bingung dan kemudian linglung. Dan 'sayap' ISIS yang linglung inilah yang melakukan aksi teror di Paris. Semua tahu tentang kebiadaban dan keliaran perilaku ISIS selama melakukan aksi terorisme mereka di Irak dan Suriah. Di sana puluhan bahkan ratusan ribu jiwa telah menjadi korban keganasan ISIS. Kini ISIS pun semakin liar dan linglung dengan menyerang 'sang tuan berwajah dua' di Eropa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun