Mohon tunggu...
Penulis Pinggiran
Penulis Pinggiran Mohon Tunggu... Lainnya - Semarang, Jawa Tengah

Ketidakmungkinan hanyalah sebuah opini

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Sulung dan Ibunya pada Lembaran Cerita

8 Juni 2020   01:03 Diperbarui: 22 September 2020   20:11 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang wanita tua menunggu kepulangan anaknya setelah berbulan-bulan tak kunjung pulang kerumah. Tetangga rumah selalu memanggilnya dengan nama Bu Narti. Usianya kini sudah 41 tahun , rambut lurus dengan sedikit beruban serta satu helai rambut janggut yang tak hilang dari dulu. Hidup bersama anak nomor duanya dan ditinggal oleh suaminya untuk bekerja menghidupi keluarganya di Jakarta serta anak sulungnya yang harus mengenyam bangku kuliah di  Semarang.

Senyum selalu terpancar setiap paginya di depan rumahnya, duduk santai diatas tangga rumah serta memakan beberapa makanan kesukaan semacam tempe kemul dan bakwan sembari meminum teh hangat. Setiap pagi ditemani alunan suara  tv yang selalu memberi kabar mengenai kondisi terkini.

Tatkala corona virus ini menyerang indonesia yang membuat panik, khawatir serta ketakutan di seluruh dunia. Namun Bu Narti tak pernah taklut akan virus itu. pandangan beliau virus itu tak akan masuk desa termasuk pandangan di orang-orang yang minim informasi.

Dipagi hari itu pesan datang dari si sulung melalui aplikasi whatsapp "Buk, Semarang mulai mencengkam gara-gara corona, Awan pulang yah bu? bantu-bantu ibu dulu" Lantas ibu pun membalas "Iya le, balik saja. di sini  aman". 

Mendapat kabar anak sulungnya akan pulang, sang Ibu mulai tersenyum bahagia menanti kedatangan anak sulungnya. Rasa kegirangan terus melanda dirinya. kemudian sang ibu meminta anak kedua untuk membeli beberapa kebutuhan pokok untuk menyambut kehadiran si sulung beberapa hari lagi. Sang ibu pun ingat bahwa makanan kesukaan anaknya ialah keripik tempe untuk caJmilan sehari-harinya, yah intinya sama sama makan tempe seperti ibunya. 

Tiga hari sejak whatsapp itu di terima, Awan pulang menaiki motornya yang melaju sedikit lambat sembari menikmati indahnya suasana tempat kelahirannya. Tak sampai 4 jam dia telah tiba di sebuah desa dekat pegunungan. Matanya memandani sinar matahari yang menyingsing tinggi dengan di temani dua gunung yang berdiri gagah dan megah. Selepas itu Awan bergegas menuju rumahnya. Sang ibu sudah menunggunya dengan senyuman indah nan mempesona. pelukan dan mencium tangan ibu tak terhindarkan di moment bahagia ini. Si anak kedua yang sedikit jahil juga tak lupa  mencium tangan kakaknya. Oleh-oleh dari Semarang di berikan. Tak luput para tetanggah sebelah rumah pun di beri oleh-oleh khas Semarang. Hari pertama penuh bahagia ini pun dinikmati dengan makan bersama keluarga kecilnya. 

Keesokanya Awan membantu ibu yang sedang membungkus tempe seperti biasanya. membungkus tempe untuk dijual adalah salah satu pemasukan di keluarga ini. berbagi cerita kuliah di Semarang sembari mengikat beberapa bungkus tempe yang siap dijual. Selepas itu sang ibu lantas bertanya pada Kurnia "Corona itu gmana di Semarang le? Kamu jangan-jangan tertular juga?" canda sang ibu pada anak sulungnya. "Ngeri buu!! Aku sendiri aman lahhh. kan ibu tahu, Awan ini anak ibu yang paling kebal dari yang namanya penyakit!" ucap Awan sembari menahan tawanya. 

Malam harinya dilewati seperti biasa. Makan malam penuh dengan makna dan canda tawa di perlihatkan oleh keluarga kecilnya, Tak ada habisnya sang ibu melihat anaknya pulang yang di penuhi rasa kerinduan. Si anak kedua yang biasanya hanya terdiam sekarang lebih aktif berbicara, seoperti biasa lontaran ejekan dengan kakaknya tak bisa dihindarkan yang kemudian membuat ibu sedikit kesal dengan tingkah kedua anaknya. Namun kali ini sang ibu membiarkan mereka bertengkar sekedar melepas rindu. Suasana rumahpun menjadi ramai dan tak hening lagi seperti biasanya.

Beberapa hari sejak kepulangan Awan. Sang ibu tiba-tiba meminta Awan untuk menceritakan terkait proses kuliahnya di masa sekarang. "Le. Gimana kuliahmu sekarang??" Tanya ibu. . Lantas Awan pun menjawab "Alhamdulilah lancar bu, hanya proses kegiatanya saja yang berbeda. Sekarang sudah serba online semua. Termasuk kuliah online "  sang ibu pun bertanya lagi "Wahh enak yah le? gak usah mandi berkali-kali buat pergi ke kampus, uang juga jadi lebih iritkan?" tahu saja kalau anaknya memang malas mandi (kata sang anak dalam hati). Sontak sang anak sulung pun kaget "Aduhh buu, iya enak bu, gak usah mandi berkali-kali. tapi kuliahnya yang serasa ditimpah tugas berkali-kali . Uang juga tambah boros bu. buat beli kuota biar bisa ikutan kuliah online " ucap Awan pada ibunya. 

Mengetahui hal yang diceritakan oleh Awan,  ibupun terdiam sembari memikirkan kedepannya untuk anak sulungnya. Satu pertanyaan yang membuat Awan juga merasa sedih kala itu "Le. bayar kuliahnya gimana?? Masih seperti biasanya atau tidak?" Tanya ibu. Si sulungpun ikut terdiam mendengar pertanyaan ibu. Kemudian si Sulung berusaha untuk mengalihkan pembicaraannya, karena dia tahu kalau membahas soal hal itu pasti ibunya akan bersedih. Walaupun anaknya tak menjawab pertanyaannya. Sang ibu pun berkata "Sudah gak apa-apa le, yang penting nanti ibu cari tambahan buat bayar kuliah kamu semester depan. Doain ibu sehat biar nambah semangat dan lancar rezekinya" Lantas membuat Awan sedikit meneteskan air mata mendengar  perkataan dan sembari bertekuk lutut pada ibunya. 


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun