Kearifan lokal mengacu pada pengetahuan, kebijaksanaan, praktik, dan nilai-nilai yang telah diperoleh dan diwariskan dari generasi ke generasi dalam suatu komunitas atau budaya tertentu. Ini mencakup pengetahuan tentang lingkungan alam, teknologi tradisional, sistem pertanian, pengobatan tradisional, kearifan dalam mengelola sumber daya alam, dan aspek-aspek lain dari kehidupan sehari-hari yang telah teruji dan terbukti relevan dalam konteks lokal. Kearifan lokal sering kali merupakan hasil interaksi manusia dengan lingkungan alamnya dan memiliki nilai signifikan dalam mendukung keberlanjutan lingkungan dan kehidupan masyarakat lokal.
Ekotoksikologi adalah cabang ilmu yang mempelajari dampak bahan kimia atau polutan terhadap organisme hidup dan ekosistem di alam. Ini mencakup penelitian tentang cara bahan kimia berinteraksi dengan organisme, termasuk toksisitas akut dan kronis, bioakumulasi, biomagnifikasi, dan efek jangka panjang terhadap populasi dan komunitas. Ekotoksikologi juga mempelajari interaksi antara polutan dan faktor lingkungan lainnya, seperti suhu, keasaman, keberadaan nutrien, dan interaksi antara spesies, untuk memahami bagaimana polusi dapat memengaruhi keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Penelitian ekotoksikologi penting dalam membantu mengelola risiko lingkungan dan kesehatan manusia serta dalam pelestarian lingkungan alam.
Kearifan lokal penting dalam ilmu ekotoksikologi karena memperkaya pemahaman tentang interaksi manusia dengan lingkungan, mengidentifikasi polutan lokal, memetakan risiko dengan lebih akurat, mendorong partisipasi masyarakat, dan melestarikan budaya serta nilai-nilai tradisional. Integrasi kearifan lokal meningkatkan keberlanjutan penelitian dan pengelolaan lingkungan, serta memastikan kesejahteraan masyarakat lokal yang terkait dengan lingkungan tempat tinggal mereka.
Mengawinkan kearifan lokal dengan ilmu ekotoksikologi penting karena mengintegrasikan pengetahuan tradisional dengan pendekatan ilmiah, memperoleh pemahaman holistik tentang interaksi manusia dengan lingkungan, memetakan risiko lingkungan dengan lebih akurat, memungkinkan pengambilan keputusan yang partisipatif, melestarikan pengetahuan lokal, dan meningkatkan kesadaran serta keterlibatan masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan. Ini mendukung pengelolaan lingkungan yang efektif dan memastikan kesejahteraan manusia serta kelestarian alam.
Pengetahuan kearifan lokal dapat diintegrasikan atau dikawinkan dengan bidang ilmu lain termasuk dengan kajian ilmu ekotoksikologi. Perkawinan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa langkah sistematis berikut ini :
Pengumpulan Pengetahuan Lokal: Mulailah dengan mengumpulkan pengetahuan tradisional dari masyarakat lokal tentang lingkungan, polutan, dan dampaknya. Libatkan komunitas dalam proses ini untuk memastikan inklusifitas dan keberlanjutan.
Validasi dan Integrasi: Validasi pengetahuan lokal dengan data ilmiah dan penelitian ekotoksikologi yang ada. Integrasikan temuan kearifan lokal ke dalam kerangka kerja ilmiah untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang kondisi lingkungan.
Kolaborasi dan Konsultasi: Kolaborasi dengan komunitas lokal, pakar ilmu ekotoksikologi, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mendesain penelitian dan pengelolaan lingkungan. Libatkan komunitas dalam proses pengambilan keputusan untuk memastikan solusi yang relevan dan berkelanjutan.
Pendidikan dan Pemberdayaan: Gunakan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran akan risiko toksikologi dan mempromosikan praktik pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
Evaluasi dan Revisi: Evaluasi secara berkala dampak dari integrasi pengetahuan kearifan lokal dalam kajian ekotoksikologi. Revisi dan sesuaikan pendekatan dan solusi berdasarkan umpan balik dari komunitas lokal dan temuan penelitian terbaru.
Dengan lima cara ini, maka pengetahuan kearifan lokal (Bi`idznillah) dapat diintegrasikan dengan kajian ilmu ekotoksikologi secara efektif, memperkaya pemahaman dan solusi dalam mengelola risiko lingkungan dan kesehatan manusia.