Mohon tunggu...
Anandito Reza
Anandito Reza Mohon Tunggu... Editor - Seorang pria yang hobi olahraga pingpong, membaca, menulis, jalan-jalan, dan penyayang keluarga yang selalu berpikir positif dan bersyukur dalam segala hal

Menulis adalah menyampaikan pesan positif kepada pembaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

3 Pilihan Tempat Pendidikan untuk Anak Sindrom Down

29 Oktober 2019   12:56 Diperbarui: 29 Oktober 2019   13:01 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak dengan sindrom down memang memerlukan perhatian khusus. Sindrom down adalah gangguan genetika yang menyebabkan perbedaan kemampuan belajar dan ciri fisik. Sindrom ini tidak bisa disembuhkan, tetapi jika diberi dukungan dan perhatian maksimal, maka mereka bisa tumbuh bahagia dan normal layaknya anak-anak lain.

Gejala sindrom down pada anak memiliki beberapa ciri fisik yang serupa karena adanya faktor keturunan dari orangtua dan keluarga. Ada 10 ciri fisik yang berperan dalam penampilan pengidap sindrom down, yaitu:

1. Telapak tangan yang hanya memiliki satu lipatan
2. Posisi mata miring ke atas dan ke luar
3. Berat dan panjang saat lahir dibawah berat pada umumnya
4. Bentuk mulut kecil
5. Bagian hidung kecil dan tulang hidung rata
6. Bentuk tangan lebar dengan ukuran jari yang pendek
7. Bertubuh pendek
8. Mempunyai kepala kecil
9. Lidah menonjol keluar
10. Terdapat jarak yang luas antara jari kaki pertama dan kedua

Hal itu karena adanya perbedaan kemampuan belajar, anak dengan sindrom down memerlukan jenis pendidikan dan metode belajar khusus. Inilah yang terkadang membuat orangtua bingung. Sebenarnya, sekolah dan pendidikan seperti apa yang tepat untuk anak dengan sindrom down?

Berikut ini tiga pilihan yang mungkin bisa membantu:

1. Sekolah Luar Biasa

sekolah luar biasa (SLB) bisa menjadi pilihan bagi orangtua dengan anak pengidap sindrom down. Hal ini karena SLB memiliki staf pengajar yang kompeten dan fasilitas yang cukup baik. 

Selain itu, memiliki berbagai pendekatan yang berbeda saat mengajar siswa mereka dibandingkan peserta didik yang tidak berkebutuhan khusus. 

Ada beberapa SLB juga memiliki kerja sama dengan psikologi di luar sana yang akan datang pada awal tahun ajaran dan penghujung tahun. Adapun bentuknya berupa pertemuan, buka pendamping setiap kegiatan.

2. Sekolah Inklusi

Sekolah inklusi sebenarnya merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional (Kemendiknas) No. 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa. 

Melalui peraturan tersebut, anak dengan sindrom down dan penyandang disabilitas bisa bersekolah di sekolah umum yang ditunjuk oleh pemerintah kota (Pemkot)/pemerintah kabupaten (Pemkab), untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi. 

Selain itu, kurikulum di sekolah inklusi ini akan disesuaikan bagi anak dengan sindrom down berdasarkan minat dan bakatnya. Bahkan, di sekolah tersebut ada tenaga pengajar terlatih yang akan mendidik dan menangani mereka.

Selain sekolah yang ditunjuk pemerintah, ada juga pihak swasta yang memiliki inisiatif sendiri untuk merangkul anak dengan sindrom down dan penyandang disabilitas. Di sekolah swasta ini, ada berbagai jenis siswa, yang mengidap autisme, ADHD, disleksia, dan keterlambatan bicara.

Sumber: sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id
Sumber: sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id

3. Pendidikan Nonformal

Orangtua masih bisa memilih pendidikan nonformal untuk anak dengan sindrom down, jika sekolah inklusif dan SLB dirasa masih kurang cocock. Sekarang ini, sudah cukup banyak lembaga pendidikan nonformal yang dapat menunjang kebutuhan belajar anak dengan sindrom down. 

Apalagi di lembaga ini, anak dengan sindrom down akan dibekali dengan keterampilan khusus, agar mereka bisa berprestasi layaknya anak-anak lain pada umumnya. Bahkan, ada beberapa lembaga pendidikan nonformal yang mengajukan materi pendidikan yang dikreasikannya ke Kemendiknas, hingga materi tersebut disahkan.

Hal yang perlu diingat, pilihan menyekolahkan Si Kecil dengan sindrom down ini perlu dikembalikan lagi pada kebutuhannya. Contohnya, jika anak mengalami gangguan yang berat, maka sebaiknya pilihlah SLB, karena tenaga pengajar, sarana, dan prasarananya lebih siap. Namun, jika kondisinya memungkinkan, anak bisa dimasukkan ke sekolah inklusif.

Sumber: sehatfresh.com
Sumber: sehatfresh.com
Referensi:
1. Kelembagaan.ristekdikti.go.id. Diakses pada 27 Oktober 2019. Permen No. 70 2009 Tentang Pendidikan Inklusif Memiliki Kelainan Kecerdasan.
2. Betterhealth.vic.gov.au. Diakses pada 27 Oktober 2019. Down syndrome and learning.
3. Mayoclinic.org. Diakses pada 27 Oktober 2019. Down Syndrome.
4. WebMD.com. Diakses pada 27 Oktober 2019. What Is Down Syndrome?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun