Selain itu, kurikulum di sekolah inklusi ini akan disesuaikan bagi anak dengan sindrom down berdasarkan minat dan bakatnya. Bahkan, di sekolah tersebut ada tenaga pengajar terlatih yang akan mendidik dan menangani mereka.
Selain sekolah yang ditunjuk pemerintah, ada juga pihak swasta yang memiliki inisiatif sendiri untuk merangkul anak dengan sindrom down dan penyandang disabilitas. Di sekolah swasta ini, ada berbagai jenis siswa, yang mengidap autisme, ADHD, disleksia, dan keterlambatan bicara.
3. Pendidikan Nonformal
Orangtua masih bisa memilih pendidikan nonformal untuk anak dengan sindrom down, jika sekolah inklusif dan SLB dirasa masih kurang cocock. Sekarang ini, sudah cukup banyak lembaga pendidikan nonformal yang dapat menunjang kebutuhan belajar anak dengan sindrom down.Â
Apalagi di lembaga ini, anak dengan sindrom down akan dibekali dengan keterampilan khusus, agar mereka bisa berprestasi layaknya anak-anak lain pada umumnya. Bahkan, ada beberapa lembaga pendidikan nonformal yang mengajukan materi pendidikan yang dikreasikannya ke Kemendiknas, hingga materi tersebut disahkan.
Hal yang perlu diingat, pilihan menyekolahkan Si Kecil dengan sindrom down ini perlu dikembalikan lagi pada kebutuhannya. Contohnya, jika anak mengalami gangguan yang berat, maka sebaiknya pilihlah SLB, karena tenaga pengajar, sarana, dan prasarananya lebih siap. Namun, jika kondisinya memungkinkan, anak bisa dimasukkan ke sekolah inklusif.
1. Kelembagaan.ristekdikti.go.id. Diakses pada 27 Oktober 2019. Permen No. 70 2009 Tentang Pendidikan Inklusif Memiliki Kelainan Kecerdasan.
2. Betterhealth.vic.gov.au. Diakses pada 27 Oktober 2019. Down syndrome and learning.
3. Mayoclinic.org. Diakses pada 27 Oktober 2019. Down Syndrome.
4. WebMD.com. Diakses pada 27 Oktober 2019. What Is Down Syndrome?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H