Minggu, 3 Juni 2018, hari itu cuaca terlihat sangat cerah. Aku masih berada di rumah bersama istri dan anakku tercinta. Kami menikmati kebersamaan dengan bermain bersama di lapangan Nusantara Polo Club, yang tak jauh dari rumah.Â
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 12 siang, aku di bantu istri menyiapkan barang-barang keperluanku selama di Bandung. Setelah menunaikan Salat Zuhur, aku akan berangkat ke Bandung.Â
Berat rasanya meninggalkan keluarga, tapi itu harus ku lakukan karena Bandung tempat mencari rezeki untuk menafkahi keluarga. Sebelum berangkat ke Bandung, aku gendong Baim yang menangis.Â
Aku katakan kepadanya, ‘Baim, papah berangkat kerja dulu ya ke Bandung, papa mencari rezeki untuk kebutuhan Baim. Minggu depan papa pulang lagi, jadi jangan sedih ya’. Lalu, ku cium pipi Baim dan ia menyium tanganku sebagai tanda perpisahan. Tak lupa ku pamit dengan istri dan mertua.
Dengan mengendarai motor, aku mengambil rute Bogor-Bandung melalui jalur Puncak. Perjalanan kurang lebih berjarak 150 Km.Â
Tujuanku mengambil jalur Puncak karena pemandangannya bagus dan udaranya segar sehingga tidak mudah stres dan jenuh selama di perjalanan. Aku membawa motor dengan kecepatan 80-100 Km/jam untuk mengejar waktu agar tidak terlalu malam sampai Bandung.Â
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 55 Km, tibalah aku di Ciloto. Ketika berada di wilayah Ciloto, waktu telah menunjukkan pukul 03.15 sore, sayup-sayup terdengar suara Azan Ashar berkumandang di masjid.
Di sebelah kiri jalan wilayah Ciloto, aku melihat menara dan kubah Masjid. Tanpa berpikir lama, aku segera ke Masjid yang bernama Masjid Jami Al-Ihsan. Masjid ini berada di lingkungan Wisma Haji Ciloto milik Kementerian Agama.
Setelah selesai Salat Azhar, aku rehat sambil mengelilingi lingkungan Masjid Al-Ihsan. Masjid Al-Ihsan memiliki nilai estetika yang bagus dengan tempat wudu yang besar, tempat salat yang nyaman, taman yang luas, lingkungan yang bersih, serta udara yang sejuk.