Mohon tunggu...
Ananda Wijaya
Ananda Wijaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketergantungan Pangan Indonesia Sebagai Dampak Perang Rusia-Ukraina

27 Maret 2023   20:03 Diperbarui: 27 Maret 2023   20:07 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pangan merupakan kebutuhan konsumsi mendasar manusia. Terpenuhan pangan merupakan hak untuk semua masyarakat sehingga sebuah negara harus memenuhi kebutuhan tersebut. Negara wajib menyediakan pangan dengan harga yang terjangkau dan tidak membebani masyarakatnya. Sementara Ketergantungan pangan adalah suatu kondisi dimana negara tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya sehingga harus membeli dari negara lain.

Peperangan antara Rusia dan Ukraina  telah menyita perhatian dunia karena dampak perang yang telah menghasilkan kerugian terhadap negara lain seperti kelangkaan bahan bakar dan kelangkaan pangan. 

Dampak nyata dari peperangan tersebut adalah terganggunya rantai pasok pangan dan energi global. Sejak perang Rusia-Ukraina berlangsung, 30 Negara telah melakukan larangan ekspor pangan. Negara India sebagai harus menjegal ekspor berasnya untuk mengendalikan dan memenuhi kebutuhan dalam negerinya. 

Akibat kebijakan larangan ekspor tersebut, negara-negara yang memiliki ketergantungan harus “gigit jari” seperti Indonesia. Negara India merupakan penyumbang 40% pengiriman global dengan jumlah 21,5 juta ton pertahun 2021. Menurut data Nomura, Filipina dan Indonesia menjadi negara paling rentan atas pelarangan ekspor India. Indonesia melakukan impor untuk memenuhi 21% kebutuhan konsumsi berasnya.

Berdasarkan teori ketergantungan, negara-negara mengalami ketergantungan akibat konsekuensi yang tidak dapat dihindari dari sistem kapitalis global. Terdapat ketimpangan yang terjadi antara negara periferi atau negara berkembang dunia ketiga dengan negara industri atau negara maju. 

Negara periferi seperti Indonesia yang tidak siap dengan perubahan kondisi global seperti dampak peperangan, tidak dapat mencari alternatif pasar dengan segera karena negara yang menguasai pasar kapitalis global tidak ingin kepentingan negaranya terganggu. Bisa dikatakan, negara maju harus terlebih dahulu yang terpenuni kebutuhannya sebelum negara-negara berkembang.

Sebagai solusi dalam mengatasi permasalahan ketergantungan pangan tersebut, Indonesia bisa saja membuka besar-besaran wilayah pertanian untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tetapi menjadi dilema karena menambah wilayah pertanian artinya harus mengorbankan wilayah perhutaanan yang akan berpengaruh terhadap lingkungan. 

Solusi lain yang dapat pemerintah Indonesia lakukan adalah dengan membangun sistem ekonomi luar negeri yang mandiri dengan melakukan kerja sama pangan terutama dengan negara-negara sesama periferi untuk dapat saling memenuhi kebutuhan terutama pada masa-masa konflik guna terlepas dari tekanan dan pengaruh dari kelompok negara maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun