Mohon tunggu...
Ananda ratu Rachelya
Ananda ratu Rachelya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hi saya melodi nandaa ! saya punya hobi berkesenian, dari melukis berteater sampai main alat musik. Menurut saya, seni itu bahasa universal yang bisa nyambungin banyak orang. Selalu senang bereksperimen dengan ide-ide baru dan ngekspresiin diri lewat karya-karya sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Dari Seni ke Aksi: Teater sebagai Media Kritik Sosial yang Menginspirasi Perubahan

13 Januari 2025   07:00 Diperbarui: 13 Januari 2025   06:49 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampilan Monolog Marsinah Menggugat Oleh Teater Lima Wajah, Di Gedung Indonesia Mennggugat, Bandung, 17 Agustus 2024. (Foto: Ananda Ratu Rachelya)

'teater bukan sekadar hiburan, ia adalah panggung tempat suara-suara yang terpinggirkan bergema, teater hadir sebagai ruang sunyi yang berbicara lantang. Di atas panggung, setiap gerak, dialog, dan ekspresi menyampaikan pesan mendalam tentang kehidupan. Melalui lakon-lakon penuh makna, teater menyampaikan kritik tajam terhadap ketidakadilan, ketimpangan sosial, hingga masalah-masalah sehari-hari yang sering luput dari perhatian. Dengan caranya sendiri, seni pertunjukan ini mengajak masyarakat untuk lebih peka terhadap realitas sosial di sekitar mereka. Teater bukan sekadar pertunjukan, melainkan cerminan kehidupan. Ia menunjukkan kepada kita apa yang sering kali tak terlihat keadilan. Sebab, di atas panggung teater, hidup bukan hanya sekadar cerita, ia adalah pesan yang menunggu untuk dipahami.'

 Di Indonesia, teater sering kali digunakan untuk mengkritik ketidakadilan, ketimpangan sosial, dan masalah-masalah yang ada dalam masyarakat. Melalui lakon-lakon yang disajikan, para seniman teater dapat menyuarakan suara-suara yang terpinggirkan, menyoroti isu-isu sosial yang sering kali terabaikan, serta mengajak masyarakat untuk lebih peka terhadap masalah-masalah yang ada.

Keberadaan teater yang cenderung dianggap netral pada dasarnya juga dikarenakan para pelaku seni merupakan bagian dari masyarakat yang melihat dan merasakan beragam masalah sosial yang kompleks. Mengingat bahwa setiap masyarakat berhak menjalankan fungsi kontrol sosial atau mengoreksi suatu keadaan yang janggal, seni memiliki cara tersendiri dalam mengemudikan fenomena tersebut, yaitu dengan menyisipkan sebuah kritik sosial di dalam sebuah sajian pertunjukan.

Lahirnya karya seni tentu dilatar belakangi dengan situasi yang ditengah terjadi di masyarakat. Sehingga keberadaan seni pertunjukan teater yang dimanfaatkan sebagai media  komunikasi pengantar pesan berupa kritik sosial.  Di dalamnya pun terdapat kandungan pesan dalam unsur komedi ataupun tragedi. Karya seni dan realitas sosial memiliki hubungan saling terkait.

Karya seni, hidup memberi respons pada isu realitas sosial. Sementara permasalahan dalam realitas sosial bisa diselesaikan dengan ide yang disalurkan melalui karya. Kehidupan manusia pun merupakan penggalan peristiwa dimana setiap individu didalamnya memainkan sebuah peran. sebagai makhluk sosial menemukan individu lain untuk membangun hubungan komunikasi, menemukan konflik yang berujung penyelesaian yang pada akhirnya akan menemukan suatu kesimpulan yang biasa disebut sebuah pesan.

Seni pertunjukan diidentifikasi sebagai media komunikasi tradisional yang memanfaatkan panggung sebagai sarana penyampaian pesan. dalam konteks sebagai media komunikasi representasi kehidupan sosial sangat erat kaitannya. "Berteater itu lebih nyata, kelihatan seperti kehidupan nyata, Bahwa menceritakan sebuah cerita kehidupan dibawa ke teater melalui naskah." - ucap Aldi Dorcas

Teater mengangkat suatu kegelisahan, menyuarakan sebuah isu, menuang edukasi dan menyisipkan pesan atau kritik sosial dari segala aspek mulai dari politik, agama, budaya, kesenjangan nilai-nilai kemanusiaan dan masih banyak lagi persoalan lainnya yang dikemas dalam bentuk hiburan. Namun Teater sebagai media kritik sosial juga tidak terbatas pada tema-tema besar, banyak juga pementasan teater yang menyentuh isu-isu sehari-hari, seperti kekerasan dalam rumah tangga, diskriminasi, atau krisis identitas budaya. Dengan pendekatan yang lebih personal dan dekat dengan kehidupan sehari-hari, teater berhasil membuat audiens lebih terhubung dengan pesan yang disampaikan.

Teater menciptakan atau memberikan pesan melalui makna tersirat seperti sebuah simbol atau gerakan non verbal. Begitupun makna tersurat seperti sebuah dialog, ekspresi, dll. Sebagai media pengantar pesan yang menggabungkan audio dan visual di dalamnya mampu menciptakan ruang untuk mengekspresikan segala kehidupan dengan segala kegelisahan yang ada.

"Memang sangat disayangkan bagi masyarakat yang tidak mengenal atau tidak mengetahui atau tidak menyukai seni pertunjukan teater karena dalam seni teater itu terdapat nilai moral yang sangat luar biasa. Tentu ini juga akibat dari modernisasi yang ada pada zaman ini seperti banyaknya film yang muncul jadi tertarik masyarakat lebih pada film serta kurangnya dukungan oleh pemerintah maupun dari akademiknya yang tidak mau mensosialisasikan tentang pertunjukan seni ini mungkin butuh bantuan juga dari para artis mungkin atau influencer influencer yang ada untuk lebih menaikkan lagi seni pertunjukan agar lebih dikenal oleh masyarakat." -ucap Lukman Sabar.

Menyampaikan pesan pesan konflik sosial yang terjadi, seperti permasalahan kesetaraan, ketidakadilan, hukum, perselisihan, permasalahan politik dan lain lain. Hal ini jelas memberikan pengalaman serta pemahaman agar masyarakat memiliki kepekaan terhadap realitas sosial yang terjadi.

"Banyak sih sebenarnya dampak-dampak yang bisa didapetin dari teater untuk menonton gitu. banyak hal di dalam dialog tuh ada yang relate di kehidupan kita, Contohnya kayak apa aku pernah nonton soal pemerintah gitu sih kan kita nggak tahu ya pejabat tuh seperti apa sih ? nah disaat nonton teater oh ternyata pejabat tuh seperti ini gitu walaupun itu bisa aja mengarang tapi tetap gitu kita juga pasti explorenya lihat pejabat tuh kayak gimana sih dari cara dia berbicara cara dia jalan pun itu dilihat kalau untuk di teater gimana sih biar persis kayak pejabat tuh dari omongannya kan udah biasalah pejabat omongannya manis- manis tapi kerjanya kan ya gitulah"ucap Aldi Dorcas

Fungsi teater sebagai media komunikasi bisa menjadi penetalisir di tengah kekacauan yang ada dalam masyarakat dikarenakan pengemasan pesan bersifat hiburan sekaligus menjadi penyindiran sehingga penonton dapat tertawa dan merenung melihat keadaan.

Rendahnya apresiasi dan dukungan pemerintah maupun sedikit minat keterlibatan masyarakat terhadap seni pertunjukan teater menjadi hal yang sangat disayangkan, karena membuat keberadaan teater sebagai media konvensional yang dikatakan cukup objektif dalam menjadikan informasi menjadi di nomor sekiankan.

Meskipun teater memiliki potensi besar sebagai alat kritik sosial, keberadaannya kerap terabaikan akibat rendahnya apresiasi publik dan dukungan yang terbatas dari pemerintah. Untuk itu, diperlukan upaya bersama, baik dari seniman, akademisi, hingga masyarakat umum, untuk menjaga dan mengembangkan seni pertunjukan ini agar tetap relevan dalam mengkritisi berbagai masalah sosial yang ada, serta memberikan dampak positif dalam perubahan sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun