Isu perdagangan manusia di Afghanistan bukan merupakan suatu isu yang baru. Sejak Taliban berkuasa pada Agustus 2021, warga Afghanistan kemudian dihadapkan dengan masalah-masalah multidimensi seperti masalah pendidikan, makanan, kebersihan, hingga tempat tinggal yang layak. Hal ini kemudian diperparah dengan kepemimpinan Taliban yang kemudian banyak melarang seluruh warga Afghanistan untuk melakukan hal-hal yang dapat membantu mereka bertahan hidup. Selain itu, perempuan dan anak-anak kemudian dieksploitasi sehingga mereka tidak bisa hidup selayaknya manusia.
Penyebab human trafficking di Afghanistan
Ada banyak faktor-faktor yang menyebabkan menjamurnya isu human trafficking di Afghanistan. Isu human trafficking di Afghanistan pertama kali diakibatkan oleh adanya konflik bersenjata yang ketidakstabilan politik di Afghanistan. Konflik yang terus berkecamuk membuat warga negara Afghanistan kemudian berusaha untuk keluar dari negara mereka dan mencari negara baru untuk ditinggali. Hal ini kemudian dilihat oleh kelompok-kelompok kriminal sebagai celah untuk mengambil keuntungan dan kemudian menyelundupkan orang-orang yang kemudian akan dijual atau dipekerjakan paksa di negara-negara sekitar mereka seperti Pakistan dan Iran.Â
Selain itu, angka kemiskinan yang meluas di tengah konflik kemudian membuat keluarga-keluarga di Afghanistan menghadapi kesulitan ekonomi yang cukup ekstrem sehingga mereka rentan mengalami scam yang dilakukan oleh kelompok-kelompok kriminal. Mereka dijanjikan akan  mendapatkan uang yang menggirukan jika oknum tersebut diizinkan untuk membeli anak-anak mereka. Keluarga-keluarga tersebut dijanjikan bahwa anak-anak mereka mendapatkan pekerjaan yang layak baik didalam maupun diluar negeri. Namun pada kenyataannya, anak-anak tersebut kemudian dipekerjakan paksa dengan upah minimum.
Di sisi lain, adanya praktik budaya seperti Bacha Bazi, yang melibatkan perdagangan anak laki-laki untuk kesenangan seksual, penjualan perempuan untuk membayar hutang, turut serta menyumbang permasalahan perdagangan manusia di negara ini. Praktik-praktik ini menjadi bukti bahwa adanya ketidaksetaraan gender dan tatanan sosial yang mempermudah eksploitasi terhadap individu-individu yang lebih rentan.
Kurangnya akses pendidikan dan kesadaran di beberapa wilayah Afghanistan menyebabkan ketidakinformasian dan kurangnya perlindungan bagi warga yang rentan menjadi korban perdagangan manusia. Faktor-faktor ini saling terkait dan memperparah permasalahan perdagangan manusia di tengah kondisi yang sulit di Afghanistan.
Peran Taliban dalam Isu Human Trafficking di Afghanistan
Peran Taliban dalam isu perdagangan manusia di Afghanistan memiliki implikasi yang kompleks dan kontroversial. Sejak mereka mengambil alih kendali pada Agustus 2021, Taliban telah memberlakukan beberapa langkah untuk melarang praktik-praktik yang menyebabkan eksploitasi manusia, seperti pernikahan paksa dan praktik Bacha Bazi. Langkah-langkah ini mencerminkan upaya untuk menegakkan aturan yang lebih ketat terhadap pelaku perdagangan manusia dan memberikan sinyal bahwa praktik semacam itu tidak akan ditoleransi di bawah pemerintahan mereka.
Namun, meskipun adanya langkah-langkah tersebut, beberapa aspek dari ideologi Taliban dan tindakan lapangan mereka masih menciptakan lingkungan yang rentan terhadap perdagangan manusia. Keterbatasan hak-hak perempuan di bawah pemerintahan Taliban dapat meningkatkan risiko eksploitasi, terutama bagi perempuan dan anak perempuan yang rentan. Praktik-praktik budaya yang mendukung ketidaksetaraan gender dan norma sosial yang mempermudah perdagangan manusia mungkin masih ada di beberapa wilayah di Afghanistan.
Peran Komunitas Internasional pada isu Human Trafficking di Afghanistan
Komunitas internasional telah merespons isu perdagangan manusia di Afghanistan melalui berbagai langkah dan inisiatif yang mencakup bantuan kemanusiaan, dukungan finansial, kampanye kesadaran, dukungan teknis, diplomasi, dan operasi penegakan hukum internasional. Pertama-tama, bantuan kemanusiaan disediakan oleh organisasi kemanusiaan seperti UNICEF, UNHCR, dan IOM untuk memberikan bantuan langsung kepada korban, termasuk makanan, bantuan medis, dan tempat tinggal sementara.
Dukungan finansial dari negara-negara dan lembaga keuangan internasional juga memainkan peran penting dalam mengatasi isu ini. Dana tersebut dialokasikan untuk mendukung program pencegahan dan rehabilitasi, termasuk pembukaan pusat rehabilitasi, pelatihan keterampilan, dan proyek-proyek yang bertujuan mengurangi ketidaksetaraan dan kemiskinan.
Kampanye kesadaran isu human trafficking telah diluncurkan oleh NGO dan lembaga kemanusiaan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang risiko dan konsekuensi perdagangan manusia. Kampanye tersebut melibatkan penyuluhan di sekolah, komunitas, dan melalui media massa, menciptakan pemahaman yang lebih baik di kalangan masyarakat.
Dukungan teknis diberikan oleh komunitas internasional kepada pemerintah Afghanistan untuk membantu dalam pengembangan undang-undang, penegakan hukum, dan pembentukan lembaga-lembaga yang dapat mengatasi isu perdagangan manusia. Ini melibatkan pelatihan untuk aparat penegak hukum dan penguatan kapasitas lembaga-lembaga terkait di tingkat nasional.
Diplomasi dan tekanan internasional terus dilakukan untuk memastikan keterlibatan dan kerjasama Taliban dalam menangani isu perdagangan manusia secara serius. Sanksi dan tekanan internasional juga diupayakan sebagai langkah untuk memastikan kepatuhan terhadap standar hak asasi manusia di Afghanistan.
Operasi penegakan hukum internasional, seperti yang dilakukan oleh INTERPOL, bertujuan untuk membongkar jaringan perdagangan manusia di tingkat global. Operasi semacam ini dapat memberikan hambatan dan tekanan internasional terhadap pelaku kejahatan di tingkat internasional, menjadikannya bagian integral dari upaya bersama untuk mengatasi perdagangan manusia di Afghanistan. Meskipun upaya-upaya ini memberikan kontribusi positif, permasalahan ini tetap rumit dan memerlukan kerja sama yang berkelanjutan dari seluruh komunitas internasional untuk mencapai perubahan yang signifikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H